Langsung ke konten utama

Tawangmangu dan Telaga Sarangan Project (Part 2)

Alhamdulillah setelah sekian lama kami berencana pergi ke Tawangmangu akhirnya bisa terlaksana juga. Tapi ke Tawangmangunya setelah ke Magetan. Hihihi.

Hari Sabtu lalu (12 Agustus) kami pergi ke Telaga Sarangan, Magetan. Jauuuhh yaaa 😆
Agak berbeda dengan rencana sebelumnya karena kami cuma ngikut aja rencana teman yang sebelumnya sudah pernah ke sana. Perjalanan Karanganyar - Sarangan ditempuh dalam waktu kurang lebih 1 jam 45 menit dengan menggunakan motor. Alhamdulillah anak-anak kondusif banget 😍 Emaknya udah kuatir aja takut mereka ngga kuat di jalan atau apalah. Ternyata mereka enjoy aja. Hahaha.

Selama di perjalanan pemandangannya masya Allah baguuuusss banget. Kesempatan banget buat ngajakin kakak tadabbur alam dan bersyukur atas nikmat dan karunia Allah. Mengingatkan lagi tentang kalimat-kalimat thayyibah, mengingatkan bahwa Allah Maha Pencipta dan Maha Kuasa.

Sampai di Sarangan Faiq langsung nodong minta naik speedboat. Haha. Awalnya saya mengajaknya bernegosiasi dengan harapan Faiq membatalkan keinginannya naik speedboat, tapi ternyata keinginannya kuat sekali sodara-sodara! Ngga ada tantrum atau ngambek apalah. Yang ada permainan kata-kata cerdik dan rayuan kepada ayah bundanya. Dan yaaa sebenernya bundanya juga kepengen siihh. Hihihi. Akhirnya setelah makan bekal yang dibawa dari rumah dan saya rasa ia sudah cukup bersabar, kami memilih kapal yang akan kami naiki.

Kami sangat menikmati perjalanan mengelilingi telaga dengan speedboat karena speedboat dijalankan dengan pelan ol3h pak supir. Iya dong, kan ada 2 balita dan 2 bayi di dalamnya. Hihi. Anak-anak juga asyil menikmati perjalanan dan pemandangan. Syaura juga senang dan ngoceh selama naik speedboat. Akhirnya setelah selesai naik speedboat kami berfoto dan berbalik arah ke Karanganyar. Mampir untuk makan dan sholat di sebuah rumah makan.

Setelah makan dan sholat kami menuju Taman Balekambang Tawangmangu. Di sana kami banyak berfoto karena banyak spot bagus. Saya dan ayahnya anak-anak juga mengenalkan nama-nama miniatur landmark dunia yang ada di sana. Faiq banyak bertanya tentang landmark tersebut dan saya menjelaskan sebisanya.

Tak terasa ternyata sore menjelang. Langit pun nampak mendung. Kami pulang dengan perasaan bahagia. Faiq pun minta agar suatu hari nanti ia bisa kembali lagi ke sana 😊

Karanganyar, 15 Agustus 2017

#Day3
#Level3
#MyFamilyMyTeam
#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10hari





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Jurnal 4 : SMART Goals dan Sumber Daya

Di sistem umpan balik yang keempat ini saya mendapatkan buddy dari Jakarta, mbak Helena namanya. Beliau seorang ibu bekerja di ranah domestik dan juga aktif sebagai blogger. Saat berkenalan beliau cerita bahwa beliau pernah tinggal di Palu! Obrolan seputar tempat wisata di Palu dan sekitarnya pun mengalir. Ah, rasanya ingin sekali pandemi cepat berlalu jadi saya bisa jalan-jalan yang agak jauh lagi. Sudah lama berencana ke Donggala lagi, atau ke Poso, tapi karena Pandemi jadi tertunda. Paling jauh ke Sibedi di Sigi 😅 Selain ngobrolin tempat wisata di Palu dan sekitarnya, kami juga ngobrolin proses menjalankan tantangan 4 kemarin. Ternyata mbak Helena sama seperti saya yang berjalan bersama tim keluarga, bedanya mbak Helena melibatkan anak-anaknya sedangkan saya hanya dengan suami saja. Proses menentukan SMART Goals pun tidak terlalu sulit, diskusi yang terjadi di tim beliau berjalan lebih santai dan lebih mudah dari sebelumnya. Melihat SMART Goals dan milestone yang dibuat oleh mbak H...

Ibu, Kuatlah! Demi Surga Anakmu!

Para pengikut yang setia mendampingi Abdullah bin Zubair makin sedikit, dan ia mengkhawatirkan keselamatan mereka. Tetapi mereka ini tidak mau meninggalkannya sendirian sebagaimana teman-temannya walau nyawa harus menjadi taruhannya. Abdullah bin Zubair menemui ibunya, Asma’ binti Abu Bakar, yang telah berusia hampir 100 tahun dan telah buta matanya. Dia datang untuk mendiskusikan masalah yang dihadapinya. Abdullah bin Zubair menceritakan kepada ibunya situasi yang sedang dihadapinya. Termasuk berbagai kemungkinan yang akan terjadi pada pasukan yang dipimpinnya. Jumlahnya memang sangat sedikit. Mendengar penuturan putranya tersebut, Asma’ jadi teringat dengan "ramalan" Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam saat melahirkannya. Inilah masa yang digambarkan oleh Rasulullah untuk putranya, dan ternyata ia ditakdirkan untuk menyaksikan kejadian tragis tersebut. Sebagai seorang ibu yang berhati tegar dan sangat teguh memegang kebenaran, Asma’ berkata, ...

Perjalanan Belajar Terbang Pekan Pertama

Alhamdulillah sudah sampai di pekan pertama tahap Kupu-kupu. Di pekan ini kami diibaratkan sebagai kupu-kupu muda yang baru belajar terbang.  Pembelajaran kali ini menggunakan fitur baru dari Facebook, yaitu fitur Mentorship. Setiap mahasiswa diminta mendaftar menjadi mentor untuk bidang yang dikuasainya, dan menjadi mentee untuk bidang yang akan dipelajarinya sesuai dengan peta belajarnya. Belajar Terbang Sebagai Mentor Awalnya saya bingung akan menjadi mentor di bidang apa. Saya sempat terpikirkan untuk menjadi mentor mengawal perkembangan anak usia 0-6 tahun. Kemudian keesokan harinya saya teringat bahwa selama lebih dari enam tahun kami sudah hidup tanpa TV dan kami bahagia dengan hal itu. Anak-anak kami tetap memiliki waktu melihat layar atau screentime, tetapi waktunya kami batasi dan durasi waktu tersebut sesuai kesepakatan kami dan anak-anak. Alhamdulillah selama ini anak-anak sangat minim aktivitas layar, sehari hanya maksimal 30 menit saja. Biasanya hanya 10-20 menit. Itu...