Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2018

Mensyukuri Makanan

Tadi saat makan malam kakak dan adik memainkan makanan mereka. Banyak nasi yang tercecer dengan sengaja. Melihat hal tersebut tentu saya merasa sedih. Kemudian saya bercerita kepada mereka, terutama kepada kakak. "Tahu tidak? Di luar sana ada banyak anak kecil yang ngga bisa makan, ngga bisa beli makanan karena ngga punya uang, padahal dia laper banget" ucap saya. "Kasihan" kata kakak. "Kenapa ngga bisa makan? Kenapa ngga bisa beli makanan?" Tanya kakak. "Karena ngga punya uang, kak. Orangtuanya juga ngga punya uang, atau mungkin malah ngga punya orangtua". Jawab saya. "Jadi kita harus bersyukur sekarang bisa makan dengan nyaman, makan dengan lauk yang enak, ayah bunda masih biaa beli makanan." Saya melanjutkan. Kakak terlihat mengerti. Dia pun berhenti memainkan makanannya dan berkata kalau dia sudah selesai makan, lalu dia melanjutkan bermainnya. Kadang kalau sudah selesai makan tetapi masih ada makanan di piringnya, dia mem

Rejeki Kesehatan

Semalam saat ayah hendak mengajak kami keluar bertemu dengan temannya semasa SMA dan kuliah, Faiq tiba-tiba batuk terus menerus. Tetapi Faiq tetap kekeuh untuk ikut. Lalu sayapun mengajaknya berdoa untuk meminta kesembuhan dan kesehatan dari Allah. Saya mengajaknya untuk mensugesti dirinya sendiri bahwa dia sehat, kuat. Saya menanyainya apakah ia yakin mau ikut dan yakin sehat? Ia jawab yakin. Oke, kami pun berangkat. Alhamdulillah biidznillah. Sampai di lokasi Faiq tidak batuk-batuk. Faiq makan dengan lahap. Faiq banyak minum. Ketika sampai rumah pun Faiq tidak batuk-batuk. Saya bilang padanya bahwa Allah lah yang memberi karunia berupa kesehatan dan kekuatan, dan kedua hal tersebut juga adalah rejeki 😊

Rejeki Waktu dan Berbagi

Hari ini masih memberikan pengertian bahwa semua hal baik dari Allah adalah rejeki, termasuk juga waktu. Terkadang saya pribadi lupa bahwa waktu yang luang adalah rejeki. Hari ini saya bisa menyelesaikan memilah baju-baju kami sekeluarga dan menata ulang di lemari. Sebuah pekerjaan yang sebelumnya sempat tertunda lumayan lama. Hiks. Sembari memilah saya pun memilih baju-baju yang masih pantas dipakai untuk disumbangkan di acara bazaar murah. Kami mengajarkan Faiq untuk bersyukur karena bisa memakai baju yang pantas dan bagus. Kami menyampaikan padanya bahwa tidak semua orang bisa mendapatkan akses yang mudah untuk membeli baju bagus, tidak semua orang bisa membeli baju baru. Semoga dengan ini Faiq ikut belajar berbagi dan semakin bertambah rasa syukurnya. Aamiin.

Semua adalah Rejeki

Ya, semua adalah rejeki. Lingkungan yang baik kondusif untuk kami bertumbuh adalah juga rejeki dari Allah. Saya sangat bersyukur bahwa selama ini saya selalu dikelilingi orang-orang yang berhati baik namun tegas ini. Saya senaaaaangg sekali bahwa saya selama ini telah mendapatkan banyak teman yang baik. Allah menjaga saya dengan menempatkan saya di tempat-tempat baik dengan orang-orang baik. Hal itu pun saya sampaikan kepada Faiq. Bahwa yang terjadi dalam hidup kami, keberadaan kami yang dikelilingi orang-orang baik, itupun adalah rejeki dan harus disyukuri. Semoga dimanapun kami ditempatkan oleh Allah, kami selalu berjamaah dengan orang-orang baik, dan bisa ikut mewarnai tanpa terwarnai. Aamiin.

Pay yours first

Ada 3 jenis pay yours yang harus segera ditunaikan saat kita mendapatkan uang. Ketiga pay yours ini saya adopsi dari buku financial parenting. 1. Pay your soul first. Ini berarti mengeluarkan harta untuk bersedekah, besarannya 10% dari penghasilan. 2. Pay your safe first. Ini berarti menyisihkan minimal 10% penghasilan untuk investasi. 3. Pay your future first. Pos ini berarti tabungan yang nantinya uangnya bisa kita gunakan untuk keperluan2 di waktu2 tertentu. Misal saat akan liburan keluarga atau saat akan membayar biaya anak masuk sekolah. Sehingga maksimal pengeluaran untuk konsumsi (termasuk membayar cicilan2 tetap -jika ada-) adalah 70% dari penghasilan. Keluarga kami sudah menerapkan hal ini, tapi kadang tabungannya masih diambil *malu* Sepertinya harus banyak yang diperbaiki nih biar tabungannya ngga suka diambilin. Hihihi.

Menabung untuk Edutrip

Hari ini kami membahas lagi rencana kami untuk melakukan wisata edukasi ke Salatiga pekan depan. Kami sangat excited karena kami akan berwisata tetapi juga mendapat pelajaran berharga. Menilik pengalaman sebelum-sebelumnya, kami sadar bahwa untuk bisa berwisata edukasi kami butuh budget khusus. Kami pun sadar bahwa ternyata budget ini memang penting, mengingat berwisata sangat banyak manfaatnya. Akhirnya kamipun memutuskan untuk menganggarkan budget khusus untuk edutrip. Bismillah semoga dengan begini kami bisa tetap berwisata edukasi tanpa mempermasalahkan jumlah rupiah yang harus kami keluarkan akan bisa membuat gonjang ganjing budget untuk kebutuhan sehari-hari.

Rejeki Itu Pasti

Hari ini saya kembali diingatkan bahwa rejeki semua manusia sudah Allah tetapkan. Rejeki itu pasti, kemuliaan yang harus dicari. Ungkapan ini bukan berarti kita tak berupaya menjemput rejeki yang sudah Allah tetapkan, tetapi sebagai pengingat bahwa jangan sampai kita sibuk mencari materi penghidupan sementara kemuliaan hidup kita dan keluarga menjadi tersisihkan. Seminar bersama bu Septi tadi meyakinkan saya bahwa rejeki akan mengikuti saat kita berfokus mencari kemuliaan diri dan keluarga. Saya takjub betapa beliau dan suami pernah mengalami masa yang sulit kemudian Allah mengangkat derajat keduanya serta mencukupkan penghidupannya dengan aneka project dan karya yang mereka temukan, diantaranya Jarimatika dan Jari Quran. Beliau pun mendirikan sebuah sekolah yang sangat luar biasa menyenangkan. Sebuah sekolah formal rasa informal, katanya. Hari ini saya kembali meyakinkan diri saya bahwa rejeki itu pasti, kemuliaanlah yang harus dicari :)

Mengenali Kebutuhan dan Keinginan

Hari ini kami belajar lagi mengenali kebutuhan dan keinginan. Objek kali ini adalah sepatu. Ya, saya yang sama sekali tidak punya sepatu mendadak merasa butuh sepatu karena lusa komunitas yang saya ikuti akan mengadakan seminar. Biasanya saya hanya menjadi peserta dan saya cuek saja memakai sandal (sandal gunung dan satu-satunya sandal yang saya miliki sejak baru menikah, hampir 5 tahun lalu), tetapi karena kali ini saya menjadi panitia, saya merasa tidak pantas dan kurang sopan jika saya memakai sandal. Oke, fix saya butuh punya sepatu. Saat kami akan berangkat ke toko sepatu, Faiq kami beri penjelasan tentang tujuan kami ke toko sepatu, kami pun membuat kesepakatan bahwa kami hanya fokus membeli sepatu saya, tidak ada beli mainan atau membeli koin untuk bermain di game center. Utnungnya masih ada simpanan koin game center sehingga Faiq juga bisa bermain di game center tanpa harus membeli koin. Hehe. Akhirnya kami tetap pulang dengan tangan kosong karena sepatu yang saya sukai mod

Konsep Rejeki

Menerima materi di level 8 membuat saya harus menata lagi apa yang sudah berjalan. Kami sudah menjalankan beberapa tips mengatur keuangan tetapi konsep rejeki kami masih belum tepat. PR kami yang utama untuk level 8 ini adalah mematangkan lagi konsep rejeki di keluarga kami. Bahwa saat meminta apapun kepada Allah kita percaya bahwa Allah Maha kaya dan semuanya mungkin terjadi jika Allah berkehendak. Itu pula yang kami ingin tanamkan kepada anak-anak. Sejak mendapatkan materi ini kami mulai hbrbenah lagi, dan Faiq pun mulai kami tanamkan untuk selalu meminta kepada Allah, sehingga kami pun berusaha untuk tidak berkata "ayah bunda tidak punya uang", karena Allah lah Sang pemilik rejeki.