Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2017

Aliran Rasa Komprod

Kunci utama dalam keharmonisan sebuah hubungan adalah komunikasi yang baik. Saya menemui kasus-kasus pertengkaran dan ketidakharmonisan berawal dari buruknya komunikasi. Tidak usah jauh-jauh, bahkan dalam rumah tangga orang terdekat saya pun menjumpainya. Akibat buruknya komunikasi dan akhirnya semua masalah menjadi bom waktu dan meledak. Sangaaaat mengerikan! Masalah-masalah sepele yang terakumulasi akibat tidak adanya komunikasi yang baik. Saat ini bahkan bisa dikatakan komunikasinya telah mati. Sapaan-sapaan yang ada hanyalah formalitas. Sebagai "pendatang" di keluarga tersebut saya merasa bingung untuk melebur ke dalamnya karena selama ini saya dibesarkan dalam keluarga yang terbuka dalam hal komunikasi. Berangkat dari pengalaman orang-orang terdekat saya bertekad untuk selalu terbuka dengan suami dan anak-anak serta melakukan komunikasi yang baik. Selama ini saya pikir apa yang telah saya lakukan dalam keluarga kecil saya sudah cukup tepat, setelah mengikuti games leve

Hari Terakhir yang Menjadi Awal

Alhamdulillah tiba di hari kesepuluh. Tidak terasa sudah belajar mendobrak kebiasaan komunikasi yang selama ini dilakukan. Melakukan perubahan memang tidak mudah, tapi semua bisa dilakukan asalkan ada kemauan kuat untuk melakukannya. Sangat terasa perjuangan untuk menaklukkan diri sendiri. Emosi yang naik turun, energi yang sering tersita akibat pekerjaan domestik, belum lagi target-target pribadi yang seringkali terbengkalai. Rasa hati ingin tetap bisa sabar dan berpikir jernih saat berkomunikasi dengan pasangan dan anak-anak, tapi jika suasana hati sedang kurang bersahabat, komunikasi jadi tidak mulus. Hiks. Selama sepuluh hari ini saya banyak belajar untuk utamanya menata hati dan emosi agar apa yang saya sampaikan kepada pasangan dan anak-anak dapat tersampaikan dengan baik dan diterima dengan baik pula. Alhamdulillah suami dan anak-anak sangat mendukung saya untuk belajar. Suami pun mau untuk belajar bersama memperbaiki gaya komunikasi kami selama ini, termasuk cara ia berkomu

Menabung

"bunda, kakak mau ke warung" ujarnya pada saya siang tadi. "mau ngapain?" tanya saya. "mau beli jajan" jawabnya. "kan tadi siang kakak udah jajan yupi 2 waktu ikut eyang keluar. Jatah jajan kakak hari ini udah abis. Iya, kan?" ujar saya memastikan. "iya" jawabnya. "kakak masih pengen beli Funtastic Learning ngga?" tanya saya. "masih" ia menjawab. "kalau kakak pengen beli Funtastic Learning kakak harus rajin menabung, jangan jajan terus. Nanti uangnya jadi habis kalo dipake jajan terus. Kalo ngga nabung-nabung nantinya ngga jadi bisa beli Funtastic Learning" saya menjelaskan. "iya" jawabnya. "kayak Saliha ya bunda, pengen beli buku harus nabung dulu, tapi salihanya jajan terus" "iya kak. Kalo jajan terus uangnya jadi terkumpul atau tidak?" "tidak" "jadi bisa beli buku atau tidak kalau uangnya tidak terkumpul?" "tidak" "kakak mau be

Hikmah Pulang Kampung

Pulang ke kampung halaman artinya Faiq bisa berjumpa dengan sepupu-sepupunya. Itu berarti pula Faiq belajar berinteraksi dengan orang lain selain ayah bundanya. Selain itu Faiq pun belajar untuk bisa bermain dengan anak sebayanya. Karena sudah beberapa kali pulang kampung, Faiq sudah mengenal sepupu-sepupunya dan mulai berani bermain bersama. Hari ini salah satu sepupunya yang sudah bersekolah di bangku kelas 5 SD main ke rumah eyang Faiq. Namanya Ayura. Ayura ingin mengajak Faiq bermain bersama. Mulanya saya ikut menemani, saya mengajak Ayura bermain Ressa dan Funtastic Learning milik Faiq, kemudian setelah bosan Ayura mengajak Faiq bermain meniup gelembung sabun bersama. Faiq yang masih malu kepada Ayura meminta saya menemaninya bermain, padahal saat itu saya sedang menyusui adiknya. Saya membuat kesepakatan dengannya jika ia ingin ditemani oleh saya maka dia harus mau menunggu saya selesai menyusui. Tapi jika dia ingin segera bermain gelembung sebelum saya selesai, dia harus berani

Stabilitas Emosi

Hari ini adalah hari kelima saya di kampung halaman di Kuningan. Setiap kali mudik, saya selalu merasakan kemalasan luar biasa untuk melakukan aktivitas produktif yang biasanya saya lakukan saat saya di perantauan. Termasuk untuk menuliskan progres tantangan sepuluh hari ini. Huhuhu. Sebenarnya kemalasan saya untuk berkegiatan seperti saat belum mudik adalah karena saya merasa nyaman dan ingin menikmati liburan ini dengan seksama. Hihihi. Tapi ya namanya ini PR yang harus disetorkan apalah daya saya pun harus tetap menyempatkan diri untuk menuliskan progres tantangan sepuluh hari saya. Sangat menyenangkan. Sangat sukses. Mungkin karena selama di sini saya merasa bahagia dan tidak ada beban kali ya. Fokus saya hanya membersamai anak-anak. Tidak ada tekanan dari pekerjaan rumah tangga. Pun karena ada ibu dan adik saya jadi saya pun tidak begitu repot dalam mengurua anak-anak. Emosi saya menjadi jauuuhh lebih stabil, tetap bahagia, dan anak-anak pun bahagia. Karena ibu mereka bahagia,

Mudik

Jum'at malam lalu kami bertolak ke Pemalang untuk mudik. Sebelumnya kami sudah memberitahu Faiq rencana ini. Faiq sangat kooperatif karena ia pun sudah lama ingin berperjalanan menggunakan mobil. Saat kami akan mengepak barang-barang kami, kami meminta Faiq untuk mengepak buku dan mainan yang ingin dia bawa karena ia selalu bertanya jam berapa kami akan berangkat. Saat kami pikir ia belum mengepak buku dan mainan yang ia mau, saya melihat tas ransel favoritnya sudah penuh. Saya tengok isinya dan ternyata ia benar-benar telah mengepak barang bawaannya! Saya jadi maluuuu. Huhu. Kami melakukan perjalanan tengah malam dan tiba di tujuan saat subuh. Setelah sholat subuh saya dan suami ingin beristirahat karena sudah menahan kantuk selama perjalanan. Tapi Faiq ingin bermain. Akhirnya kami menawarkan solusi kepadanya agar ia bermain bersama simbah. Kami awalnya ragu ia mau bermain bersama simbahnya, karena Faiq selalu minta ditemani saya atau ayahnya jika di tempat baru. Ternyata Faiq s

Reminder : Mengelola Emosi!

"Ayah, tolong transferin ya dari BRI, ini list nomor rekening dan nominal yang harus ditransfer udah bunda tulis semua di sini." ujar saya sambil menunjukkan selembar kertas berisi daftar nomor rekening reseller yang harus segera ditransfer komisinya. Bank BRI yang selalu mengenakan biaya transfer dan memotong pulsa jika saya melakukan transaksi lewat internet banking membuat saya merasa harus melakukan proses transfer tersebut lewat mesin ATM Link agar bebas dari biaya ttansfer, tetapi saya yang berstatus emak rempong (alesan aja ih!) ini kesulitan untuk menuju ATM terdekat. Alhasil, saya mengandalkan suami untuk membantu saya. Hihihi. Suami saya hanya mengiyakan tanpa menoleh karena dia sedang fokus mengerjakan tugas. Dan, apa yang terjadi? Yup, betul! Saat pulang kuliah beliau bilang bahwa beliau lupa mentransfer dan justru balik bertanya "loh mana kertasnya?" Nah, looo, saya kembali mengulang kesalahan nih! Di hari sebelumnya saya ngga menyampaikan dengan jelas

Berpuasa Berarti Menahan Diri

Tahun ini merupakan Ramadhan keempat bagi Faiq. Jika tahun lalu Faiq masih sekadar berkenalan dengan kata puasa lewat sebuah cerita, kini di usianya yang sudah tiga tahun Faiq mulai mengerti apa itu puasa dan seperti apa rasanya jika kita berpuasa. Menjelaskan ibadah yang tak nampak ini kepada balita bukan perkara mudah. Berbeda dengan shalat dan mengaji yang jelas-jelas bisa dilihat dan ditiru, berpuasa menjadi hal abstrak bagi balita. Seperti biasa, saya mencoba menjelaskan dengan cerita dari salah satu buku miliknya ditambah sedikit improvisasi. "bunda mau ngga?" ujarnya sambil meyodorkan sepotong kue. "ngga nak, bunda kan sedang berpuasa" "kalo puasa itu ngga boleh makan ya bunda, ngga boleh minum" ia berkata lagi "iya, sama ngga boleh marah-marah juga. Kan berpuasa artinya menahan diri," jawab saya "bunda jangan marah-marah ya, kan puasa" Saya menahan tawa. Meski sadar betul bahwa saya sedang berpuasa, saya kerap lupa

Hari Ketiga Permainan

Di hari ketiga ini saya iseng bertanya kepada suami apakah ada perubahan yang berarti dari pola komunikasi saya. Dengan santainya suami menjawab  "biasa aja. Masih utuh cin," Huwwaaaa disitu rasanya saya pengen ngomel-ngomel hahahaha. Apa dia engga tau yaa kalo saya udah berusaha dengan sekuat tenaga untuk memperbaiki diri? Hiks...  "masa sih? Beneran ngga ada perubahan apaaa gitu, cin? Kemarin itu loh cin aku udah berusaha buat menahan diri dan baru menyampaikan sesuatu di saat kamunya santai" saya setengah memaksa. Wakakaka.  "oh, iya deh. Lumayan lah. Sekarang juga udah ngga nada tinggi lagi. Soalnya bunda kan lagi puasa, jadi lemes" ujarnya sambil menyeringai usil.  Ishhh bener-bener deh yaa, kalo ngga karena lagi ada anak-anak udah saya uyel uyel laki-laki ini! Hahaha...  Hari ini saya juga mencoba tantangan baru untuk tetap menjaga kontak mata saat berbicara dengannya. Dan bener loo rasanya beda. Lebih deg-deg ser ahahahaha.

Hari Kedua : Belajar Konsisten, Konsisten Belajar

💕 Komunikasi Produktif dengan Pasangan Setelah kemarin berhasil menaklukkan tantangan choose the right time , hari ini saya mencoba mempraktekkan kembali. Dan ternyata? Tidak semulus kemarin. Hehehe. Saya sempat keceplosan membahas sesuatu yang penting terkait perbedaan pendapat kami dalam mengasuh anak tetapi saya menyampaikannya di depan Faiq. Padahal itu tentulah hal yang sangat tidak tepat. Huhuhu. Saat saya tersadar bahwa saya mengulang lagi kesalahan yang sama, saya segera diam dan mengalihkan pembicaraan yang lain. Hehe.  Pembicaraan serius kami pun terjadi lagi tapi kali ini di waktu yang tepat karena bersamaan dengan saat makan selepas tarawih. Saya dan suami sedang dalam kondisi tenang dan nyaman sehingga tidak ada perdebatan maupun salah paham. Alhamdulillaah :) 💕 Komunikasi Produktif dengan Anak Membersamai bayi yang sudah aktif merayap dan mengeksplorasi serta balita usia tiga tahun yang tingkahnya seperti ABG membuat saya harus memanjangkan sumbu k

Menjawab Tantangan Game Level 1

Sebelum memutuskan akan mengambil tantangan yang mana, saya terlebih dahulu meminta maaf kepada suami dan anak-anak karena selama ini terdapat banyak kesalahan dalam gaya komunikasi saya. Selanjutnya saya pun meminta feed back dari suami atas gaya komunikasi saya selama ini, baik itu komunikasi saya kepada suami maupun komunikasi saya kepada anak-anak. Dari situ saya kemudian mantap memilih beberapa poin penting yang harus segera saya perbaiki. 💕 Komunikasi Produktif dengan Pasangan Dari 5 poin komunikasi produktif pada pasangan saya memilih choose the right time dan kaidah 7-38-55 sebagai tantangan yang harus saya taklukkan dengan segera dalam sepuluh hari ke depan. Tidak heran sih , saat menyampaikan game level 1 ini suami mengritik kebiasaan saya yang sering bicara sesuatu hal penting tidak pada waktunya. Beliau pun mengatakan bahwa saya kurang bisa mengontrol intonasi suara saya saat berbicara. Tidak jarang saya berbicara dengan intonasi yang cukup tinggi meski maksu