Langsung ke konten utama

Reminder : Mengelola Emosi!

"Ayah, tolong transferin ya dari BRI, ini list nomor rekening dan nominal yang harus ditransfer udah bunda tulis semua di sini." ujar saya sambil menunjukkan selembar kertas berisi daftar nomor rekening reseller yang harus segera ditransfer komisinya. Bank BRI yang selalu mengenakan biaya transfer dan memotong pulsa jika saya melakukan transaksi lewat internet banking membuat saya merasa harus melakukan proses transfer tersebut lewat mesin ATM Link agar bebas dari biaya ttansfer, tetapi saya yang berstatus emak rempong (alesan aja ih!) ini kesulitan untuk menuju ATM terdekat. Alhasil, saya mengandalkan suami untuk membantu saya. Hihihi. Suami saya hanya mengiyakan tanpa menoleh karena dia sedang fokus mengerjakan tugas. Dan, apa yang terjadi? Yup, betul! Saat pulang kuliah beliau bilang bahwa beliau lupa mentransfer dan justru balik bertanya "loh mana kertasnya?" Nah, looo, saya kembali mengulang kesalahan nih! Di hari sebelumnya saya ngga menyampaikan dengan jelas plus ngga liat timing juga. Hahaha. Begitulah kalau efek kurang tidur akibat begadang harus menyelesaikan amanah di tim jualan online! Duh, cin, maaf yaaa. Sepertinya istrimu ini benar-benar harus dikasih peringatan terus menerus deh biar bisa selalu mempraktekkan ilmu komunikasi produktif yang baik dan benar.

Lain lagi dengan Faiq. Ia yang masih berusia tiga tahun dan sering dikatakan dalam fase threenager benar-benar menguras emosi dan stok kesabaran saya. Dalam kondisi berpuasa dan harus menyusui serta tetap berperan sebagai ibu rumah tangga tanpa ART tenaga saya mulai berkurang saat lewat tengah hari. Saya menjadi lebih sering mengantuk dan pusing. Mood saya pun mudah turun dan emosi rentan tersulut. Faiq dengan tingkah threenagernya dan kebiasaannya yang tidak pernah tidur siang membuat saya semakin merasa kesulitan untuk mempertahankan level "kewarasan" saya. Hiks. Ada saat ia tantrum karena hal sepele dan saya hampir menyerah dengan meninggikan intonasi bicara saya. Sepertinya saya masih kesulitan menjaga emosi saya supaya tetap baik dan terkontrol. Huhuhu. Maafkan bunda ya kakaaakk...


#CatatanBelajarBunfasya
#Level1
#Day5
#Tantangan10Hari
#KomunikasiProduktif
#KuliahBunsayIIP

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Jurnal 4 : SMART Goals dan Sumber Daya

Di sistem umpan balik yang keempat ini saya mendapatkan buddy dari Jakarta, mbak Helena namanya. Beliau seorang ibu bekerja di ranah domestik dan juga aktif sebagai blogger. Saat berkenalan beliau cerita bahwa beliau pernah tinggal di Palu! Obrolan seputar tempat wisata di Palu dan sekitarnya pun mengalir. Ah, rasanya ingin sekali pandemi cepat berlalu jadi saya bisa jalan-jalan yang agak jauh lagi. Sudah lama berencana ke Donggala lagi, atau ke Poso, tapi karena Pandemi jadi tertunda. Paling jauh ke Sibedi di Sigi 😅 Selain ngobrolin tempat wisata di Palu dan sekitarnya, kami juga ngobrolin proses menjalankan tantangan 4 kemarin. Ternyata mbak Helena sama seperti saya yang berjalan bersama tim keluarga, bedanya mbak Helena melibatkan anak-anaknya sedangkan saya hanya dengan suami saja. Proses menentukan SMART Goals pun tidak terlalu sulit, diskusi yang terjadi di tim beliau berjalan lebih santai dan lebih mudah dari sebelumnya. Melihat SMART Goals dan milestone yang dibuat oleh mbak H...

Ibu, Kuatlah! Demi Surga Anakmu!

Para pengikut yang setia mendampingi Abdullah bin Zubair makin sedikit, dan ia mengkhawatirkan keselamatan mereka. Tetapi mereka ini tidak mau meninggalkannya sendirian sebagaimana teman-temannya walau nyawa harus menjadi taruhannya. Abdullah bin Zubair menemui ibunya, Asma’ binti Abu Bakar, yang telah berusia hampir 100 tahun dan telah buta matanya. Dia datang untuk mendiskusikan masalah yang dihadapinya. Abdullah bin Zubair menceritakan kepada ibunya situasi yang sedang dihadapinya. Termasuk berbagai kemungkinan yang akan terjadi pada pasukan yang dipimpinnya. Jumlahnya memang sangat sedikit. Mendengar penuturan putranya tersebut, Asma’ jadi teringat dengan "ramalan" Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam saat melahirkannya. Inilah masa yang digambarkan oleh Rasulullah untuk putranya, dan ternyata ia ditakdirkan untuk menyaksikan kejadian tragis tersebut. Sebagai seorang ibu yang berhati tegar dan sangat teguh memegang kebenaran, Asma’ berkata, ...

Perjalanan Belajar Terbang Pekan Pertama

Alhamdulillah sudah sampai di pekan pertama tahap Kupu-kupu. Di pekan ini kami diibaratkan sebagai kupu-kupu muda yang baru belajar terbang.  Pembelajaran kali ini menggunakan fitur baru dari Facebook, yaitu fitur Mentorship. Setiap mahasiswa diminta mendaftar menjadi mentor untuk bidang yang dikuasainya, dan menjadi mentee untuk bidang yang akan dipelajarinya sesuai dengan peta belajarnya. Belajar Terbang Sebagai Mentor Awalnya saya bingung akan menjadi mentor di bidang apa. Saya sempat terpikirkan untuk menjadi mentor mengawal perkembangan anak usia 0-6 tahun. Kemudian keesokan harinya saya teringat bahwa selama lebih dari enam tahun kami sudah hidup tanpa TV dan kami bahagia dengan hal itu. Anak-anak kami tetap memiliki waktu melihat layar atau screentime, tetapi waktunya kami batasi dan durasi waktu tersebut sesuai kesepakatan kami dan anak-anak. Alhamdulillah selama ini anak-anak sangat minim aktivitas layar, sehari hanya maksimal 30 menit saja. Biasanya hanya 10-20 menit. Itu...