Langsung ke konten utama

Mudik

Jum'at malam lalu kami bertolak ke Pemalang untuk mudik. Sebelumnya kami sudah memberitahu Faiq rencana ini. Faiq sangat kooperatif karena ia pun sudah lama ingin berperjalanan menggunakan mobil. Saat kami akan mengepak barang-barang kami, kami meminta Faiq untuk mengepak buku dan mainan yang ingin dia bawa karena ia selalu bertanya jam berapa kami akan berangkat. Saat kami pikir ia belum mengepak buku dan mainan yang ia mau, saya melihat tas ransel favoritnya sudah penuh. Saya tengok isinya dan ternyata ia benar-benar telah mengepak barang bawaannya! Saya jadi maluuuu. Huhu.

Kami melakukan perjalanan tengah malam dan tiba di tujuan saat subuh. Setelah sholat subuh saya dan suami ingin beristirahat karena sudah menahan kantuk selama perjalanan. Tapi Faiq ingin bermain. Akhirnya kami menawarkan solusi kepadanya agar ia bermain bersama simbah. Kami awalnya ragu ia mau bermain bersama simbahnya, karena Faiq selalu minta ditemani saya atau ayahnya jika di tempat baru. Ternyata Faiq setuju untuk bermain bersama simbah dan membiarkan saya dan suami beristirahat. Terima kasih kakak 💕

Siangnya kami melanjutkan perjaranan ke Kuningan. Alhamdulillah kakak dan adik sangat kooperatif. Sepertinya mereka beedua memang sangat suka berperjalanan, jadi mereka tidak pernah rewel saat di kendaraan 😁

Kuningan, 12 Juni 2017

#catatanbelajarbunfasya
#level1
#day6
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Jurnal 4 : SMART Goals dan Sumber Daya

Di sistem umpan balik yang keempat ini saya mendapatkan buddy dari Jakarta, mbak Helena namanya. Beliau seorang ibu bekerja di ranah domestik dan juga aktif sebagai blogger. Saat berkenalan beliau cerita bahwa beliau pernah tinggal di Palu! Obrolan seputar tempat wisata di Palu dan sekitarnya pun mengalir. Ah, rasanya ingin sekali pandemi cepat berlalu jadi saya bisa jalan-jalan yang agak jauh lagi. Sudah lama berencana ke Donggala lagi, atau ke Poso, tapi karena Pandemi jadi tertunda. Paling jauh ke Sibedi di Sigi 😅 Selain ngobrolin tempat wisata di Palu dan sekitarnya, kami juga ngobrolin proses menjalankan tantangan 4 kemarin. Ternyata mbak Helena sama seperti saya yang berjalan bersama tim keluarga, bedanya mbak Helena melibatkan anak-anaknya sedangkan saya hanya dengan suami saja. Proses menentukan SMART Goals pun tidak terlalu sulit, diskusi yang terjadi di tim beliau berjalan lebih santai dan lebih mudah dari sebelumnya. Melihat SMART Goals dan milestone yang dibuat oleh mbak H...

Membangun Karakter di Hexagon City

Pekan ini saya kembali dibuat terkagum-kagum dengan Hexagon City. Konsep Character to Nation yang disampaikan founding mother membuat saya pribadi merinding. Bagaimana tidak? Beliau ingin kami memiliki karakter moral yang sama sebagai Hexagonia untuk membangun peradaban  Hexagon City. Karakter moral yang beliau maksud juga sama dengan karakter moral Ibu Profesional. Karakter moral sendiri diartikan sebagai kumpulan kualitas perilaku moral yang bisa menyatukan dan mendefinisikan secara budaya sebagai perbedaan dari warga lain. Kesamaan karakter moral akan menjadi identitas suatu kelompok. Di Hexagon City ada 3 komponen karakter moral yang harus kami miliki, yaitu:  Moral knowing, yaitu pengetahuan tentang moral. Ada 6 yang berlaku di Hexagon City. Moral feeling, yaitu perasaan tentang moral. Ada 6 yang harus mampu dirasakan oleh para Hexagonia. Moral action, yaitu bagaimana membuat pengetahuan moral dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata. Bisa dilihat dari 3 hal yaitu komp...

Ibu, Kuatlah! Demi Surga Anakmu!

Para pengikut yang setia mendampingi Abdullah bin Zubair makin sedikit, dan ia mengkhawatirkan keselamatan mereka. Tetapi mereka ini tidak mau meninggalkannya sendirian sebagaimana teman-temannya walau nyawa harus menjadi taruhannya. Abdullah bin Zubair menemui ibunya, Asma’ binti Abu Bakar, yang telah berusia hampir 100 tahun dan telah buta matanya. Dia datang untuk mendiskusikan masalah yang dihadapinya. Abdullah bin Zubair menceritakan kepada ibunya situasi yang sedang dihadapinya. Termasuk berbagai kemungkinan yang akan terjadi pada pasukan yang dipimpinnya. Jumlahnya memang sangat sedikit. Mendengar penuturan putranya tersebut, Asma’ jadi teringat dengan "ramalan" Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam saat melahirkannya. Inilah masa yang digambarkan oleh Rasulullah untuk putranya, dan ternyata ia ditakdirkan untuk menyaksikan kejadian tragis tersebut. Sebagai seorang ibu yang berhati tegar dan sangat teguh memegang kebenaran, Asma’ berkata, ...