Langsung ke konten utama

Jangan Jadi Orang Tua Durhaka

JANGAN JADI ORANGTUA DURHAKA (Sebuah renungan)
By : bendri jaisyurrahman (twitter : @ajobendri)

1. Hal yang indah ketika Allah memberi amanah kepada orang tua. Lahirnya anak sebagai pelipur lara. Dinanti sejak awal berumah tangga

2. Anak dinantikan hadirnya, namun saat terlahir banyak yang mengabaikannya demi mengejar obsesi dunia

3. Banyak pasangan berobat demi mendapatkan anak. Di sisi lain banyak pasangan setelah memiliki anak sibuk dengan mencari harta yang banyak

4. Padahal anak bukanlah piaraan sebagaimana kucing anggora. Sekedar dikasih makan selesai begitu saja. Mereka punya jiwa yang harus disapa

5. Ortu bersusah payah penuhi kebutuhan materi. Namun sering abai memenuhi kebutuhan hati dan ruhani. Jadilah mereka tumbuh tanpa harga diri

6. Saat anak dirundung masalah sepulang sekolah, ortu sering tak ada di rumah. Mereka mengadu kepada tetangga sebelah. Kita cemburu dan marah

7. Saat anak unjuk prestasi. Berharap ortu hadir dan memuji. Namun ortu sibuk dengan segudang alibi. Mereka merasa yatim sejak dini

8. Saat anak masih bayi ortu rela begadang. Setelah tumbuh remaja komunikasi menjadi jarang. Sekedar tanya PR tak ada waktu berbincang

9. Kita salahkan tv sebagai perusak. Namun tak mampu memberi hiburan anak walau sejenak. Malah bangga dianggap anak sebagai ortu yang galak

10. Anak mencoba datang ke mesjid. Saat bercanda malah dibentak dan dicubit. Hati mereka sakit. Bertekad jauhi masjid

11. Anak lebih memilih ke warnet. Disambut laksana artis di atas karpet. Disana mereka awet. Ortu makin mumet

12. Saat anak bertanya tentang seks yang tabu. Ortu menghardik dan menggerutu. Tak dijawab malah mengalihkan isu. Anak mencari jawab dari film biru

13. Saat anak mulai jatuh cinta. Mereka butuh teman bercerita. Ortu berada entah dimana. Mereka pun curhat lewat dunia maya

14. Saat ortu tak bisa menjadi kawan. Mereka pun memutuskan untuk pacaran. Demi bisa dapat perhatian sekaligus belaian yang diidamkan

15. Ortu hanya bisa marah. Sementara pacar bersikap ramah. Anak lebih membela pacar dibandingkan ortu yang suka menampar

16. Ortu merasa sudah berjasa. Memberikan semua yang anak pinta. Padahal anak jarang disapa. Sudah lama tak bermain dan bercanda

17. Saat anak dirasa menjauh ortu menyesal. Hanya bisa marah-marah dan merasa gagal. Saat bayi dulu anak ditimang. Sudah besar berbincang jarang

18. Andai waktu bisa berulang. Perbaiki kesalahan yang sudah melekang. Namun anak kadung menentang. Tinggallah ortu merasa gamang

19. Jika semua sudah terlanjur, maka evaluasi haruslah jujur. Tak perlu salahkan siapa-siapa. Semua pasti ada hikmahnya

20. Meminta maaf bisa lembutkan jiwa. Teriring kalimat cinta. Dengan pasangan saling bekerjasama. Memulai tekad jalin kasih dalam keluarga

21. Bersusah payah mengasuh anak di dunia tidaklah mengapa. Asal di akhirat bisa berkumpul bersama. Allah buatkan rumah di surga. Duh indahnya

22. Jangan malu mencari ilmu. Sebab mengasuh anak memang perlu guru. Agar kita tak keliru. Berharap anak jadi pribadi bermutu

23. Luangkan waktu ikut seminar pengasuhan. Praktekkan bersama pasangan. Anak bangga punya ortu idaman. Selalu mendampingi saat dibutuhkan

24. Saat ortu telah tiada. Anak tak henti mengirim doa. Sebab cinta telah tertanam sedemikian rupa. Buah dari pengasuhan yang utama

25. Kelak kita kan kumpul bersama di surga. Merajut kasih bersama anak cucu tercinta. Buah dari pengasuhan yang berkualitas selama di dunia

26. Sibuk bekerja itu sah sah saja. Tapi tanggung jawab sebagai ortu tetap yang utama. Kelak ditagih di akhir masa

27. Ingatkan pasangan jikalau lupa. Bahwa hidup bukan semata materi dan benda. Amanah Allah haruslah dijaga. Jangan sampai menyesal di masa tua

28. Semoga tak ada lagi ortu durhaka. Yang abaikan hak anak seenaknya. Berharaplah untuk bisa sukses dalam kerja. Keluarga tetap terjaga

29 Kultweet ini sekedar renungan. Jika ada yang salah mohon dimaafkan. Semoga kita bisa jadi ortu idaman. Silahkan share jika berkenan (bendri jaisyurrahman)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Jurnal 4 : SMART Goals dan Sumber Daya

Di sistem umpan balik yang keempat ini saya mendapatkan buddy dari Jakarta, mbak Helena namanya. Beliau seorang ibu bekerja di ranah domestik dan juga aktif sebagai blogger. Saat berkenalan beliau cerita bahwa beliau pernah tinggal di Palu! Obrolan seputar tempat wisata di Palu dan sekitarnya pun mengalir. Ah, rasanya ingin sekali pandemi cepat berlalu jadi saya bisa jalan-jalan yang agak jauh lagi. Sudah lama berencana ke Donggala lagi, atau ke Poso, tapi karena Pandemi jadi tertunda. Paling jauh ke Sibedi di Sigi 😅 Selain ngobrolin tempat wisata di Palu dan sekitarnya, kami juga ngobrolin proses menjalankan tantangan 4 kemarin. Ternyata mbak Helena sama seperti saya yang berjalan bersama tim keluarga, bedanya mbak Helena melibatkan anak-anaknya sedangkan saya hanya dengan suami saja. Proses menentukan SMART Goals pun tidak terlalu sulit, diskusi yang terjadi di tim beliau berjalan lebih santai dan lebih mudah dari sebelumnya. Melihat SMART Goals dan milestone yang dibuat oleh mbak H...

Membangun Karakter di Hexagon City

Pekan ini saya kembali dibuat terkagum-kagum dengan Hexagon City. Konsep Character to Nation yang disampaikan founding mother membuat saya pribadi merinding. Bagaimana tidak? Beliau ingin kami memiliki karakter moral yang sama sebagai Hexagonia untuk membangun peradaban  Hexagon City. Karakter moral yang beliau maksud juga sama dengan karakter moral Ibu Profesional. Karakter moral sendiri diartikan sebagai kumpulan kualitas perilaku moral yang bisa menyatukan dan mendefinisikan secara budaya sebagai perbedaan dari warga lain. Kesamaan karakter moral akan menjadi identitas suatu kelompok. Di Hexagon City ada 3 komponen karakter moral yang harus kami miliki, yaitu:  Moral knowing, yaitu pengetahuan tentang moral. Ada 6 yang berlaku di Hexagon City. Moral feeling, yaitu perasaan tentang moral. Ada 6 yang harus mampu dirasakan oleh para Hexagonia. Moral action, yaitu bagaimana membuat pengetahuan moral dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata. Bisa dilihat dari 3 hal yaitu komp...

Ibu, Kuatlah! Demi Surga Anakmu!

Para pengikut yang setia mendampingi Abdullah bin Zubair makin sedikit, dan ia mengkhawatirkan keselamatan mereka. Tetapi mereka ini tidak mau meninggalkannya sendirian sebagaimana teman-temannya walau nyawa harus menjadi taruhannya. Abdullah bin Zubair menemui ibunya, Asma’ binti Abu Bakar, yang telah berusia hampir 100 tahun dan telah buta matanya. Dia datang untuk mendiskusikan masalah yang dihadapinya. Abdullah bin Zubair menceritakan kepada ibunya situasi yang sedang dihadapinya. Termasuk berbagai kemungkinan yang akan terjadi pada pasukan yang dipimpinnya. Jumlahnya memang sangat sedikit. Mendengar penuturan putranya tersebut, Asma’ jadi teringat dengan "ramalan" Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam saat melahirkannya. Inilah masa yang digambarkan oleh Rasulullah untuk putranya, dan ternyata ia ditakdirkan untuk menyaksikan kejadian tragis tersebut. Sebagai seorang ibu yang berhati tegar dan sangat teguh memegang kebenaran, Asma’ berkata, ...