Langsung ke konten utama

Resolusi Ramadhan Tahun Ini

bismillahirrahmanirrahiim....

semalam sudah masuk Ramadhan. Alhamdulillahirrabbil 'alamiin... akhirnya Allah memberi saya kesempatan berjumpa kembali dengan bulan penuh berkah ini.

setiap kali akan berjumpa dengan bulan yang istimewa ini ada perasaan haru. perasaan yang sangat sulit diungkapkan. yang pasti saya senang, gembira, bersyukur, dan benar-benar ingin memanfaatkan momen ini untuk memperbaiki diri. terlebih saat ini, saat status sudah berubah menjadi istri dan juga ibu. sudah seharusnya saya terus menerus belajar untuk selalu dan selalu menjadi lebih baik lagi...

apa yang berbeda dengan Ramadhan kali ini?
kali ini anak saya, Faiq, usianya sudah 17 bulan. di usianya yang sudah bukan bayi lagi, saya mulai belajar banyak hal. terutama belajar menjadi madrasah pertamanya. PR saya banyaaaakk sekali. sebenarnya ini PR lama, karena semestinya saya sudah belajar jauuuuhh sebelum ia berusia 1 tahun, kalau perlu sebelum saya menikah. tetapi, semoga tidak ada kata terlambat dalam proses belajar :)

saya membaca beberapa buku seputar pengasuhan anak, membaca banyak artikel dengan tema yang serupa, mengikuti beberapa grup seputar pendidikan dan pengasuhan anak, tapi tetap saja ilmu saya masih sangat dangkal. saya pun seringkali melewatkan banyak momen diskusi penting dan seru, melewatkan kesempatan untuk bertanya langsung kepada narasumber yang hadir. memang, saya tidak melewatkan resume diskusi, dan saya hampir selalu mengirimkan semua histori diskusi ke email, tetapi, penyakit malas saya lebih kuat. saya hanya membacanya tanpa meresapinya. hasilnya? ilmunya hanya numpang lewat begitu saja :(

apa hubungannya dengan Ramadhan kali ini?
di bulan penuh ampunan ini, kebetulan sekali tidak ada diskusi di grup yang saya ikuti, akhirnya saya memutuskan untuk memanfaatkan momen tersebut sebagai waktunya membaca dan mempelajari semua hasil diskusi selama ini, dan mencoba menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. alhamdulillah melihat usia Faiq yang masih 17 bulan saya optimis insya Allah saya memang belum terlambat untuk belajar ^_^

maka, di sinilah saya sekarang. memanfaatkan momen istimewa, saya menyusun beberapa materi ringan untuk saya ajarkan kepada Faiq. materi yang paling utama tentu akidah karena akidah adalah pondasi dari semua hal. karena yang paling utama adalah Faiq mengenal siapa Tuhannya. mengenal Allah.
untuk hal ini sudah saya mulai sejak bulan lalu. saya mengulang-ulang kalimat "Faiq, siapa Tuhanmu? Allah." dan Faiq mengikuti ucapan saya dengan wajah gembira. ya, Faiq memang belum mengerti maksud kalimat saya, tetapi saya tetap mengulang-ulang kalimat tadi kemudian saya pun mengucapkan kalimat syahadat. tujuannya adalah agar Faiq familiar dengan kalimat ini. sebagaimana Faiq familiar dengan surah Al Fatihah dan suka meniru saya dan ayahnya, dia melafalkan "bismillahirrahmanirrahim" atau "arrahmanirrahiim" dengan bahasanya sendiri. yang terdengar jelas hanya "wawahim" ^_^

semalam, malam pertama bulan Ramadhan, saya menceritakan ia bulan Ramadhan dan perintah berpuasa, sedangkan mengenalkannya dengan konsep puasa sudah saya lakukan sejak beberapa hari yang lalu lewat buku Halo Balita jilid Aku Belajar Puasa. sumber informasi yang mudah dipahami oleh Faiq saya dapat dari buku Muhammad Teladanku.

mari, nak, kita belajar bersama ^_^

oh iya, selamat menjalankan ibadah puasa ya teman-teman semua... semoga diberi kelancaran sampai akhir, semoga kita menjadi muslim yang bertakwa. aamiin... :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Jurnal 4 : SMART Goals dan Sumber Daya

Di sistem umpan balik yang keempat ini saya mendapatkan buddy dari Jakarta, mbak Helena namanya. Beliau seorang ibu bekerja di ranah domestik dan juga aktif sebagai blogger. Saat berkenalan beliau cerita bahwa beliau pernah tinggal di Palu! Obrolan seputar tempat wisata di Palu dan sekitarnya pun mengalir. Ah, rasanya ingin sekali pandemi cepat berlalu jadi saya bisa jalan-jalan yang agak jauh lagi. Sudah lama berencana ke Donggala lagi, atau ke Poso, tapi karena Pandemi jadi tertunda. Paling jauh ke Sibedi di Sigi 😅 Selain ngobrolin tempat wisata di Palu dan sekitarnya, kami juga ngobrolin proses menjalankan tantangan 4 kemarin. Ternyata mbak Helena sama seperti saya yang berjalan bersama tim keluarga, bedanya mbak Helena melibatkan anak-anaknya sedangkan saya hanya dengan suami saja. Proses menentukan SMART Goals pun tidak terlalu sulit, diskusi yang terjadi di tim beliau berjalan lebih santai dan lebih mudah dari sebelumnya. Melihat SMART Goals dan milestone yang dibuat oleh mbak H...

Membangun Karakter di Hexagon City

Pekan ini saya kembali dibuat terkagum-kagum dengan Hexagon City. Konsep Character to Nation yang disampaikan founding mother membuat saya pribadi merinding. Bagaimana tidak? Beliau ingin kami memiliki karakter moral yang sama sebagai Hexagonia untuk membangun peradaban  Hexagon City. Karakter moral yang beliau maksud juga sama dengan karakter moral Ibu Profesional. Karakter moral sendiri diartikan sebagai kumpulan kualitas perilaku moral yang bisa menyatukan dan mendefinisikan secara budaya sebagai perbedaan dari warga lain. Kesamaan karakter moral akan menjadi identitas suatu kelompok. Di Hexagon City ada 3 komponen karakter moral yang harus kami miliki, yaitu:  Moral knowing, yaitu pengetahuan tentang moral. Ada 6 yang berlaku di Hexagon City. Moral feeling, yaitu perasaan tentang moral. Ada 6 yang harus mampu dirasakan oleh para Hexagonia. Moral action, yaitu bagaimana membuat pengetahuan moral dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata. Bisa dilihat dari 3 hal yaitu komp...

Ibu, Kuatlah! Demi Surga Anakmu!

Para pengikut yang setia mendampingi Abdullah bin Zubair makin sedikit, dan ia mengkhawatirkan keselamatan mereka. Tetapi mereka ini tidak mau meninggalkannya sendirian sebagaimana teman-temannya walau nyawa harus menjadi taruhannya. Abdullah bin Zubair menemui ibunya, Asma’ binti Abu Bakar, yang telah berusia hampir 100 tahun dan telah buta matanya. Dia datang untuk mendiskusikan masalah yang dihadapinya. Abdullah bin Zubair menceritakan kepada ibunya situasi yang sedang dihadapinya. Termasuk berbagai kemungkinan yang akan terjadi pada pasukan yang dipimpinnya. Jumlahnya memang sangat sedikit. Mendengar penuturan putranya tersebut, Asma’ jadi teringat dengan "ramalan" Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam saat melahirkannya. Inilah masa yang digambarkan oleh Rasulullah untuk putranya, dan ternyata ia ditakdirkan untuk menyaksikan kejadian tragis tersebut. Sebagai seorang ibu yang berhati tegar dan sangat teguh memegang kebenaran, Asma’ berkata, ...