Langsung ke konten utama

Proyek Martabak

Saya dan Faiq sangat suka martabak manis. Petang tadi saya tiba-tiba ingin makan martabak manis tetapi martabak buatan sendiri. Mencoba berhemat ceritanya. Hehehe.

"kak, nanti abis maghrib bikin martabak yuk" ajak saya

"mau! Kakak mau bikin adonannya ya bunda" ujarnya

Oke. Selepas sholat maghrib saya dan Faiq mengeksekusi proyek martabak, sedangkan ayah mengajak adik bermain. Saya menyiapkan bahan-bahan dan mencampurkannya ke dalam mangkok kemudian mengaduknya hingga tercampur. Faiq memperhatikan dengan seksama. Setelah adonan tercampur saya memberi Faiq kesempatan untuk mengaduk adonan. Setelah adonan tercampur rata, kami mendiamkan adonan selama kurang lebih 1 jam.

Sambil menunggu adonan siap saya dan Faiq bermain bola. Lebih tepatnya Faiq bermain bola sementara saya menjadi supporternya. Bagaimana dengan adik? Adik asyik melihat ikan di akuarium, sambil sesekali saya suapi makan. Hehehe.

Tak terasa satu jam pun berlalu. Adonan martabak kami telah siap dimasak di atas teflon. Karena ternyata saya tidak punya keju dan meises, akhirnya ayah dan Faiq pergi ke indomaret untuk membeli keju dan meises.

Dari adonan yang saya buat ternyata bisa menghasilkan 3 buah martabak. Yang pertama saat belum ada keju dan meises saya memakai pisang sebagai topping. Kemudian setelah keju dan meises tersedia saya memakai pisang, meises coklat, dan keju sebagai topping. Terakhir karena Syaura minta menyusus, akhirnya ayah yang mengeksekusi adonan dan jadilah martabak keju pisang.

Alhamdulillah martabaknya berhasil dibuat. Kata Faiq enaaakk. Padahal martabaknya ngga bersarang sama sekali dan nggak terlalu manis. Hehehe. Yang penting kita sudah berusaha ya naaak, dan yang penting kakak menikmati prosesnya 😉

Saat menikmati martabak pisang coklat keju kakak berkata kepada saya,

"kakak mau bikin-bikin lagi. Kakak mau pegang adonan"

"ohh. Kalo adonannya yang bisa dipegang nanti kita bikinnya donat atau pizza kak" ujar saya. Sebelum ini kami beberapa kali membuat donat dan pizza. Bagian yang paliiing Faiq sukai adalah menguleni karena ia bisa bermain-main dengan adonannya. Hahaha.

Karanganyar, 10 Agustus 2017


#catatanbelajarbunfasya
#Level3
#Day1
#MyFamilyMyTeam
#KuliahBunsayIIP




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Jurnal 4 : SMART Goals dan Sumber Daya

Di sistem umpan balik yang keempat ini saya mendapatkan buddy dari Jakarta, mbak Helena namanya. Beliau seorang ibu bekerja di ranah domestik dan juga aktif sebagai blogger. Saat berkenalan beliau cerita bahwa beliau pernah tinggal di Palu! Obrolan seputar tempat wisata di Palu dan sekitarnya pun mengalir. Ah, rasanya ingin sekali pandemi cepat berlalu jadi saya bisa jalan-jalan yang agak jauh lagi. Sudah lama berencana ke Donggala lagi, atau ke Poso, tapi karena Pandemi jadi tertunda. Paling jauh ke Sibedi di Sigi 😅 Selain ngobrolin tempat wisata di Palu dan sekitarnya, kami juga ngobrolin proses menjalankan tantangan 4 kemarin. Ternyata mbak Helena sama seperti saya yang berjalan bersama tim keluarga, bedanya mbak Helena melibatkan anak-anaknya sedangkan saya hanya dengan suami saja. Proses menentukan SMART Goals pun tidak terlalu sulit, diskusi yang terjadi di tim beliau berjalan lebih santai dan lebih mudah dari sebelumnya. Melihat SMART Goals dan milestone yang dibuat oleh mbak H...

Membangun Karakter di Hexagon City

Pekan ini saya kembali dibuat terkagum-kagum dengan Hexagon City. Konsep Character to Nation yang disampaikan founding mother membuat saya pribadi merinding. Bagaimana tidak? Beliau ingin kami memiliki karakter moral yang sama sebagai Hexagonia untuk membangun peradaban  Hexagon City. Karakter moral yang beliau maksud juga sama dengan karakter moral Ibu Profesional. Karakter moral sendiri diartikan sebagai kumpulan kualitas perilaku moral yang bisa menyatukan dan mendefinisikan secara budaya sebagai perbedaan dari warga lain. Kesamaan karakter moral akan menjadi identitas suatu kelompok. Di Hexagon City ada 3 komponen karakter moral yang harus kami miliki, yaitu:  Moral knowing, yaitu pengetahuan tentang moral. Ada 6 yang berlaku di Hexagon City. Moral feeling, yaitu perasaan tentang moral. Ada 6 yang harus mampu dirasakan oleh para Hexagonia. Moral action, yaitu bagaimana membuat pengetahuan moral dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata. Bisa dilihat dari 3 hal yaitu komp...

Ibu, Kuatlah! Demi Surga Anakmu!

Para pengikut yang setia mendampingi Abdullah bin Zubair makin sedikit, dan ia mengkhawatirkan keselamatan mereka. Tetapi mereka ini tidak mau meninggalkannya sendirian sebagaimana teman-temannya walau nyawa harus menjadi taruhannya. Abdullah bin Zubair menemui ibunya, Asma’ binti Abu Bakar, yang telah berusia hampir 100 tahun dan telah buta matanya. Dia datang untuk mendiskusikan masalah yang dihadapinya. Abdullah bin Zubair menceritakan kepada ibunya situasi yang sedang dihadapinya. Termasuk berbagai kemungkinan yang akan terjadi pada pasukan yang dipimpinnya. Jumlahnya memang sangat sedikit. Mendengar penuturan putranya tersebut, Asma’ jadi teringat dengan "ramalan" Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam saat melahirkannya. Inilah masa yang digambarkan oleh Rasulullah untuk putranya, dan ternyata ia ditakdirkan untuk menyaksikan kejadian tragis tersebut. Sebagai seorang ibu yang berhati tegar dan sangat teguh memegang kebenaran, Asma’ berkata, ...