Langsung ke konten utama

Review Materi Level 11 Kelompok 10

Kelompok 10 mengambil tema mengenai pergaulan. Teman-teman kelompok 10 menyoroti kasus yang terjadi baru-baru ini di Tulungagung.

Setiap manusia tidak lepas dari proses pergaulan karena hal tersebut merupakan proses interaksi antar manusia. Dalam proses tersebut, terdapat pergaulan yang sehat dan tidak sehat. Adapun pergaulan yang sehat adalah sebagai berikut:

Prinsip pergaulan sehat:
-adanya kesadaran beragama.
-memiliki rasa setia kawan agar dapat terjalin hubungan sosial yang baik, peranan rasa setia kawan sangat dibutuhkan.
- memilih teman untuk mengantisipasi agar tidak terpengaruh dengan sifat yang tidak baik/ sehat.
- mengisi waktu dengan kegiatan yang positif.
- antara laki laki dan perempuan memiliki batasan batasan tertentu agar tidak terjadi hal hal yang tidak diinginkan.
- jika memiliki masalah selesaikan dengan komunikasi,bukan amarah/ emosi.

Lalu mengapa bisa terjadi pergaulan bebas?

Faktor penyebab pergaulan bebas :
1. Faktor orang tua:
- faktor kesenjangan pada sebagian masyarakat kita masih terdapat ank- anak yang merasa bahwa orang tua mereka ketinggalan jaman dalam urusan orang muda.
- faktor kekurangpedulian orang tua terhadap pergaulan muda mudi.
- faktor ketidakmengertian para orang tua yg kurang menyadari kondisi jaman sekarang.
2. Faktor agama dan iman.
3. Perubahan zaman.

Bagaimana cara menghindari pergaulan bebas?

1. Mendekatkan anak kepada Allah SWT
2. Orangtua melakukan komunikasi, kontrol dan pengawasan kepada anak, dengan siapa saja anak bergaul
3. Membekali anak dgn akhlak dan budi pekerti yg baik
4. Memberitahu anak batasan tentang laki-laki & perempuan, misal tidak boleh pacaran/berdua-duan dengan lawan jenis yg bukan mahram
5. Memberi pengertian anak utk  memilih bergaul dengan teman yg baik
6. Memberi kegiatan positif pada anak

Di akhir sesi kelompok 10 memberikan media edukasi berupa Dongeng yang menarik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Jurnal 4 : SMART Goals dan Sumber Daya

Di sistem umpan balik yang keempat ini saya mendapatkan buddy dari Jakarta, mbak Helena namanya. Beliau seorang ibu bekerja di ranah domestik dan juga aktif sebagai blogger. Saat berkenalan beliau cerita bahwa beliau pernah tinggal di Palu! Obrolan seputar tempat wisata di Palu dan sekitarnya pun mengalir. Ah, rasanya ingin sekali pandemi cepat berlalu jadi saya bisa jalan-jalan yang agak jauh lagi. Sudah lama berencana ke Donggala lagi, atau ke Poso, tapi karena Pandemi jadi tertunda. Paling jauh ke Sibedi di Sigi 😅 Selain ngobrolin tempat wisata di Palu dan sekitarnya, kami juga ngobrolin proses menjalankan tantangan 4 kemarin. Ternyata mbak Helena sama seperti saya yang berjalan bersama tim keluarga, bedanya mbak Helena melibatkan anak-anaknya sedangkan saya hanya dengan suami saja. Proses menentukan SMART Goals pun tidak terlalu sulit, diskusi yang terjadi di tim beliau berjalan lebih santai dan lebih mudah dari sebelumnya. Melihat SMART Goals dan milestone yang dibuat oleh mbak H...

Belajar Jadi Fasilitator A Home Team

Hai-hai...  Saya punya cerita baru. Hehehe...  Jadi ceritanya saya lagi ikutan training fasilitator A Home Team dari ahometeam.id. A Home Team ini merupakan salah satu produknya Padepokan Margosari, keluarga panutan kami.  Dulu~ tanggal 14 Januari 2018 saya mengikuti workshop A Home Team yang diselenggarakan oleh Ibu Profesional Jogja. Pak Dodik dan Bu Septi langsung yang memberi materi. Perasaan saya waktu itu? Waaah seneng bangett~ saya bersyukur bisa ikutan workshop meski nggak bisa couple sama suami karena beliau jagain anak-anak. Setelah workshop saya dapat bekal untuk membangun tim keluarga dan saya merasakan keluarga kami menjadi lebih kompak.  Sekarang, saya belajar lagi tentang A Home Team dengan niatan ingin menguatkan home team kami lewat berbagi dengan keluarga lain sebagai fasilitator. Meski materinya masih basic, namun tetap ada hal baru yang saya dapatkan. Apalagi keadaan keluarga kami dan tantangan yang kami hadapi sudah berbeda dengan empat tahun lal...

Membangun Karakter di Hexagon City

Pekan ini saya kembali dibuat terkagum-kagum dengan Hexagon City. Konsep Character to Nation yang disampaikan founding mother membuat saya pribadi merinding. Bagaimana tidak? Beliau ingin kami memiliki karakter moral yang sama sebagai Hexagonia untuk membangun peradaban  Hexagon City. Karakter moral yang beliau maksud juga sama dengan karakter moral Ibu Profesional. Karakter moral sendiri diartikan sebagai kumpulan kualitas perilaku moral yang bisa menyatukan dan mendefinisikan secara budaya sebagai perbedaan dari warga lain. Kesamaan karakter moral akan menjadi identitas suatu kelompok. Di Hexagon City ada 3 komponen karakter moral yang harus kami miliki, yaitu:  Moral knowing, yaitu pengetahuan tentang moral. Ada 6 yang berlaku di Hexagon City. Moral feeling, yaitu perasaan tentang moral. Ada 6 yang harus mampu dirasakan oleh para Hexagonia. Moral action, yaitu bagaimana membuat pengetahuan moral dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata. Bisa dilihat dari 3 hal yaitu komp...