Langsung ke konten utama

Review Materi Level 11 Kelompok 2

Kali ini yang presentasi adalah kelompok 2. Kelompok 2 mengangkat tema Pelecehan Seksual pada Anak.
Kelompok 2 memaparkan bahwa kasus pelecehan seksual pada anak berdasarkan data dari KPAI adalah sebanyak 116 di tahun 2017. Jumlah yang tidak sedikit.

Beberapa hal diantaranya yang menyebabkan pelecehan seksual pada anak adalah kurangnya pengetahuan orang tua terkait fitrah seksualitas, orang tua masih malu dan menganggap tabu pembicaraan seputar seksualitas dan seks, zaman digital yang membuat anak-anak semakin mudah mengakses konten porno di internet, dll.

Penting sekali bagi orang tua untuk menumbuhkan fitrah seksualitas pada anak serta memberikan pendidikan seksual pada anak agar anak bisa terhindar dari pelecehan seksual. Beberapa kaitannya adalah sebagai berikut :

1. Dengan fitrah seksualitas yang matang anak mengetahui identitas seksualnya dan berpikir, merasa, serta berbuat seperti seharusnya sesuai gendernya. Anak yang mengerti identitasnya bisa terhindar dari pelecehan seksual dan penyimpangan seksual.

2. Dengan pendidikan seks yang tepat sesuai usia, anak mengerti bagian-bagian tubuhnya dan mampu menjaganya sehingga bisa terhindar dari pelecehan seksual.

Untuk membantu orang tua memahamkan anak terkait konsep gender Kelompok 2 membuat media edukasi berupa lembar identifikasi gender untuk anak. Cara memakainya adalah ibu atau ayah mengajak anak melihat orang-orang di sekitarnya dan menebak jenis kelaminnya masing-masing.

Sedangkan untuk membantu orang tua mengajak anak waspada terhadap pelecehan seksual, kelompok 2 membuat poster edukasi dan lagu edukasi berkaitan dengan bagian tubuh yang harus ditutup dan dilindungi serta bagian tubuh yang boleh tersentuh.

Berdasarkan penyampaian Bu Elly Risman Psi dalam sebuah seminar, untuk membantu anak menghindari pelecehan seksual adalah dengan bermain role play. Kelompok 2 membuat dadu dan kartu edukasi yang dapat digunakan untuk role play.

Link media edukasi Kelompok 2 :

https://drive.google.com/folderview?id=1eFPkc0w1-O9ZPYs0FGENPdGyLXeGrSz8

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Jurnal 4 : SMART Goals dan Sumber Daya

Di sistem umpan balik yang keempat ini saya mendapatkan buddy dari Jakarta, mbak Helena namanya. Beliau seorang ibu bekerja di ranah domestik dan juga aktif sebagai blogger. Saat berkenalan beliau cerita bahwa beliau pernah tinggal di Palu! Obrolan seputar tempat wisata di Palu dan sekitarnya pun mengalir. Ah, rasanya ingin sekali pandemi cepat berlalu jadi saya bisa jalan-jalan yang agak jauh lagi. Sudah lama berencana ke Donggala lagi, atau ke Poso, tapi karena Pandemi jadi tertunda. Paling jauh ke Sibedi di Sigi 😅 Selain ngobrolin tempat wisata di Palu dan sekitarnya, kami juga ngobrolin proses menjalankan tantangan 4 kemarin. Ternyata mbak Helena sama seperti saya yang berjalan bersama tim keluarga, bedanya mbak Helena melibatkan anak-anaknya sedangkan saya hanya dengan suami saja. Proses menentukan SMART Goals pun tidak terlalu sulit, diskusi yang terjadi di tim beliau berjalan lebih santai dan lebih mudah dari sebelumnya. Melihat SMART Goals dan milestone yang dibuat oleh mbak H...

Membangun Karakter di Hexagon City

Pekan ini saya kembali dibuat terkagum-kagum dengan Hexagon City. Konsep Character to Nation yang disampaikan founding mother membuat saya pribadi merinding. Bagaimana tidak? Beliau ingin kami memiliki karakter moral yang sama sebagai Hexagonia untuk membangun peradaban  Hexagon City. Karakter moral yang beliau maksud juga sama dengan karakter moral Ibu Profesional. Karakter moral sendiri diartikan sebagai kumpulan kualitas perilaku moral yang bisa menyatukan dan mendefinisikan secara budaya sebagai perbedaan dari warga lain. Kesamaan karakter moral akan menjadi identitas suatu kelompok. Di Hexagon City ada 3 komponen karakter moral yang harus kami miliki, yaitu:  Moral knowing, yaitu pengetahuan tentang moral. Ada 6 yang berlaku di Hexagon City. Moral feeling, yaitu perasaan tentang moral. Ada 6 yang harus mampu dirasakan oleh para Hexagonia. Moral action, yaitu bagaimana membuat pengetahuan moral dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata. Bisa dilihat dari 3 hal yaitu komp...

Ibu, Kuatlah! Demi Surga Anakmu!

Para pengikut yang setia mendampingi Abdullah bin Zubair makin sedikit, dan ia mengkhawatirkan keselamatan mereka. Tetapi mereka ini tidak mau meninggalkannya sendirian sebagaimana teman-temannya walau nyawa harus menjadi taruhannya. Abdullah bin Zubair menemui ibunya, Asma’ binti Abu Bakar, yang telah berusia hampir 100 tahun dan telah buta matanya. Dia datang untuk mendiskusikan masalah yang dihadapinya. Abdullah bin Zubair menceritakan kepada ibunya situasi yang sedang dihadapinya. Termasuk berbagai kemungkinan yang akan terjadi pada pasukan yang dipimpinnya. Jumlahnya memang sangat sedikit. Mendengar penuturan putranya tersebut, Asma’ jadi teringat dengan "ramalan" Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam saat melahirkannya. Inilah masa yang digambarkan oleh Rasulullah untuk putranya, dan ternyata ia ditakdirkan untuk menyaksikan kejadian tragis tersebut. Sebagai seorang ibu yang berhati tegar dan sangat teguh memegang kebenaran, Asma’ berkata, ...