Langsung ke konten utama

Review Materi Level 11 Kelompok 5

Kelompok 5 mengangkat isu orang tua sebagai role model dalam fitrah seksualitas anak.

Sejak lahir anak membawa fitrahnya masing-masing dan mereka tumbuh dalam lingkungan keluarga. Maka mereka akan melihat contoh dari keluarga.

Idealnya mendidik fitrah seksualitas, sosok ayah ibu sekaligus, senantiasa harus hadir sejak lahir sampai Aqil Baligh. Dalam proses pendidikan berbasis fitrah, mendidik fitrah seksualitas ini memerlukan kedekatan yang berbeda beda untuk tiap tahap.



Tantangan muncul ketika peran AYAH & IBU tidak bisa dilakukan secara ideal, antara lain 

1. Peran ayah & ibu terbalik.
Misal : ketika ibu lebih memegang peran sebagai penentu visi misi keluarga, atau sebagai the person of tega, dan sebaliknya. 
Fungsi & peran yang terbalik ini kelihatannya tidak bermasalah, tapi pada jangka panjang bisa menyebabkan kekacauan persepsi anak tentang peran laki-laki & perempuan di masa depan. Anak bisa mengalami disorientasi fungsi & peran seksual yang memicu perilaku menyimpang.

2. Dominasi dari salah satu Figur Orang tua, sehingga menutupi fitrah peran yang lain. Hal ini bisa meyebabkan kebingungan pada anak sehingga fitrah seksualitasnya tidak bertumbuh dengan sempurna

3. Fitrah peran Ayah atau Ibu yang tidak tumbuh secara paripurna. 
Ayah atau Ibu mempunyai innerchild yang menggangu fitrah perannya sebagai ayah atau ibu yang ideal. Yang menyebabkan mereka tidak bisa menjalankan perannya masing-masing sebagai pembangkit fitrah seksual secara sempurna. 

4. Kesibukan orang tua bekerja.
Sering kali, kedua orang tua sibuk bekerja, sehingga anak diharuskan di rumah diasuh oleh orang lain. Akan bermasalah untuk anak jika orang tua tidak punya cukup waktu mendampingi anak-anak mereka dalam tahapan mereka memahami fitrah seksualitasnya.

5. Kekosongan salah satu figur orang tua dikarenakan : Single parent, LDM
Ketika ibu atau ayah harus mengasuh anak sendiri, tanpa pasangannya dikarenakan sudah bercerai, pasangan meninggal, LDM. Akan bermasalah untuk anak karena kehidupan mereka tidak akan ideal tanpa didampingi salah satu orang tua nya, atau ketika hidup harus berjauhan dengan salah satu orang tua nya, sehingga anak bisa mengalami kekosongan salah satu figur orang tua.

Sehingga alternatif solusi dari kelompok 5 adalah sebagai berikut:

*ALTERNATIF SOLUSI*

1. Mengembalikan & meluruskan kembali fungsi & peran yang terbalik dengan mengusahakan dan mengihtiarkan peran masing-masing.

2. Bagi yang mendominasi, sebagai permulaan harus memahami posisi diri, untuk selanjutnya membatasi peran. Bagi yang terdominasi, mulai menyadari kekurangan posisi diri, untuk selanjutnya mengambil peran yang belum terexplore olehnya. Lalu bagi lagi peran secara proporsional sesuai fitrah peran nya masing-masing dalam mendampingi anak.

3. Seiring sejalan dengan mendampingi anak membangkitkan fitrahnya, orang tua perlu memahami innerchild diri sendiri atau pasangannya, sehingga bisa secara perlahan menyelesaikan permasalahannya, dan akhirnya menuntaskan proses perkembangan fitrah seksualitasnya sendiri hingga sempurna atau paling tidak menjadi lebih baik.

4. Bagi orang tua yang punya keterbatasan waktu dikarenakan tuntutan pekerjaan, wajib untuk mengusahakan quality time saat membersamai anak dengan peran dan figur sesuai gender. Mengoptimalkan waktu yang dimiliki sehingga anak mendapatkan haknya untuk didampingi dalam bertumbuh kembang.
Bagi orang tua yang masih bisa menyesuaikan ritme pekerjaan, wajib melakukan management waktu yang baik antara pekerjaan & keluarga.
 
5. Ketika Single Parent karena salah satu figur orangtua meninggal dunia, bisa diatasi dengan menghadirkan sosok lain sesuai figur gender yang dibutuhkan. Misal saat ia tak punya ayah, maka cari laki-laki lain yang bisa menjadi sosok ayah pengganti. Bisa kakek, atau paman.
Kisah Rasullullah bisa dijadikan tauladan terbaik. Walau beliau yatim, tapi sosok ayah dapat digantikan dengan baik, Allah gantikan sosok ayah dengan kakeknya, kemudian ketika kakeknya meninggal, peran ayah digantikan oleh pamannya.
Single Parent karena perpisahan rumah tangga. Secara fisik ayah dan ibu masih bisa mendampingi si anak selama proses pembangkitan fitrah seksualnya. Hanya memang tidak bisa dilakukan secara bersama-sama di satu atap. Ayah & Ibu walau sudah berpisah, harus tetap berkoordinasi bagaimana si anak dapat tetap mendapatkan apa yang menjadi haknya yaitu kebersamaan dengan kedua orangtua nya.
Pada LDM, sangat bisa diatasi dengan komunikasi intense memakai tehnologi telekomunikasi dengan orangtua yang berjauhan. Komunikasi di jaman sekarang, tidak terbatas pada jarak.

Di akhir sesi kelompok 5 memberikan oleh-oleh games sorting wayang pekerjaan laki-laki dan perempuan 🙂

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Jurnal 4 : SMART Goals dan Sumber Daya

Di sistem umpan balik yang keempat ini saya mendapatkan buddy dari Jakarta, mbak Helena namanya. Beliau seorang ibu bekerja di ranah domestik dan juga aktif sebagai blogger. Saat berkenalan beliau cerita bahwa beliau pernah tinggal di Palu! Obrolan seputar tempat wisata di Palu dan sekitarnya pun mengalir. Ah, rasanya ingin sekali pandemi cepat berlalu jadi saya bisa jalan-jalan yang agak jauh lagi. Sudah lama berencana ke Donggala lagi, atau ke Poso, tapi karena Pandemi jadi tertunda. Paling jauh ke Sibedi di Sigi 😅 Selain ngobrolin tempat wisata di Palu dan sekitarnya, kami juga ngobrolin proses menjalankan tantangan 4 kemarin. Ternyata mbak Helena sama seperti saya yang berjalan bersama tim keluarga, bedanya mbak Helena melibatkan anak-anaknya sedangkan saya hanya dengan suami saja. Proses menentukan SMART Goals pun tidak terlalu sulit, diskusi yang terjadi di tim beliau berjalan lebih santai dan lebih mudah dari sebelumnya. Melihat SMART Goals dan milestone yang dibuat oleh mbak H...

Membangun Karakter di Hexagon City

Pekan ini saya kembali dibuat terkagum-kagum dengan Hexagon City. Konsep Character to Nation yang disampaikan founding mother membuat saya pribadi merinding. Bagaimana tidak? Beliau ingin kami memiliki karakter moral yang sama sebagai Hexagonia untuk membangun peradaban  Hexagon City. Karakter moral yang beliau maksud juga sama dengan karakter moral Ibu Profesional. Karakter moral sendiri diartikan sebagai kumpulan kualitas perilaku moral yang bisa menyatukan dan mendefinisikan secara budaya sebagai perbedaan dari warga lain. Kesamaan karakter moral akan menjadi identitas suatu kelompok. Di Hexagon City ada 3 komponen karakter moral yang harus kami miliki, yaitu:  Moral knowing, yaitu pengetahuan tentang moral. Ada 6 yang berlaku di Hexagon City. Moral feeling, yaitu perasaan tentang moral. Ada 6 yang harus mampu dirasakan oleh para Hexagonia. Moral action, yaitu bagaimana membuat pengetahuan moral dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata. Bisa dilihat dari 3 hal yaitu komp...

Ibu, Kuatlah! Demi Surga Anakmu!

Para pengikut yang setia mendampingi Abdullah bin Zubair makin sedikit, dan ia mengkhawatirkan keselamatan mereka. Tetapi mereka ini tidak mau meninggalkannya sendirian sebagaimana teman-temannya walau nyawa harus menjadi taruhannya. Abdullah bin Zubair menemui ibunya, Asma’ binti Abu Bakar, yang telah berusia hampir 100 tahun dan telah buta matanya. Dia datang untuk mendiskusikan masalah yang dihadapinya. Abdullah bin Zubair menceritakan kepada ibunya situasi yang sedang dihadapinya. Termasuk berbagai kemungkinan yang akan terjadi pada pasukan yang dipimpinnya. Jumlahnya memang sangat sedikit. Mendengar penuturan putranya tersebut, Asma’ jadi teringat dengan "ramalan" Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam saat melahirkannya. Inilah masa yang digambarkan oleh Rasulullah untuk putranya, dan ternyata ia ditakdirkan untuk menyaksikan kejadian tragis tersebut. Sebagai seorang ibu yang berhati tegar dan sangat teguh memegang kebenaran, Asma’ berkata, ...