Langsung ke konten utama

Review Materi Level 11 Kelompok 7

Di level 11 kami belajar tentang fitrah seksualitas dan urgensinya jika melihat tantangan di masa kini. Kami dibagi dalam beberapa kelompok dan masing-masing kelompok wajib mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Untuk yang pertama kali maju presentasi adalah kelompok 7.

Kelompok 7 mengangkat tema pendidikan seks usia dini untuk anak 0-6 tahun karena maraknya kasus pelecehan seksual terhadap anak, kurangnya kewaspadaan orang tua akan gadget anaknya, banyaknya kasus kehamilan diluar nikah dan kasus aborsi pada remaja serta nanyaknya kasus LGBT.

Beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk memberikan pemahaman seksualitas kepada anak berdasarkan Fitrah Based Education adalah sebagai berikut :

1⃣ *Usia 0-2 tahun*
Pada rentang usia ini, anak laki2 dan perempuan harus dekat dengan ibunya.
Karena pada rentang usia ini, anak2 sedang mengalami fase oral. Di fase ini pun ketika kita mengajari anak menyebutkan alat kelamin, maka ajari sesuai namanya.

2⃣ *Usia 3-6 tahun*
Pada usia ini, kita akan menemukan tantangan baru. Karena anak2 sudah mulai bisa merespon informasi yg kita berikan. Ataupun informasi2 terdahulu yg pernah kita berikan.
Di usia ini seharusnya anak laki2 dan perempuan harus dekat dengan ayah dan ibunya. AgarAgar me mendapatkan pemahaman yg utuh, melihat role model, seperti apa seharusnya seorang lelaki dan seperti bagaimana seharusnya seorang wanita bersikap.

Pada usia sekitar 4 atau 5 tahun anak2 juga ada yg sudah mulai mengenal lingkungan sekolah, mengenal teman2 baru.
Di sini kita juga harus senantiasa memantau perkembangannya bunda.

Di usia ini anak2 sudah bisa dikenalkan dengan bagaimana cara yg benar merawat dan menjaga kebersihan alat lelamin dengan benar.
Misal: kalau BAK harus jongkok. Kemudian membiasakan BAB dan BAK di kamar mandi (tdk di sembarang tempat). Cara membersihkan alat kelamin setelah BAB dan BAK dll.

Anak2 usia ini juga harus mendapatkan definisi yg benar tentang lelaki dan wanita beserta perannya. Jika ada penafsiran mereka yg salah, harus segera kita betulkan.
Misal: ada anak yg berpikir bahwa saat ini dia perempuan dan suatu hari nanti dia bisa jadi laki2. Sebenernya terkesan lucu ya bun jika anak usia 3 tahunan ngoceh seperti ini. Eeeits, tapi jangan dibiarkan pikiran mereka terlalu liar bun. Harus segera kita luruskan. Tentunya dengan bahasa yg santun yg mudah dimengerti oleh mereka.

Di akhir sesi teman-teman dari kelompok 7 memberi games sederhana yang bisa kami praktekkan bersama dengan anak-anak. Gamesnya adalah sebagai berikut :


Secara keseluruhan kelompok 7 keren, karena sebagai penampil pertama mereka bisa menampilkan bahasan yang baik meski dengan waktu persiapan yang cukup minim.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Jurnal 4 : SMART Goals dan Sumber Daya

Di sistem umpan balik yang keempat ini saya mendapatkan buddy dari Jakarta, mbak Helena namanya. Beliau seorang ibu bekerja di ranah domestik dan juga aktif sebagai blogger. Saat berkenalan beliau cerita bahwa beliau pernah tinggal di Palu! Obrolan seputar tempat wisata di Palu dan sekitarnya pun mengalir. Ah, rasanya ingin sekali pandemi cepat berlalu jadi saya bisa jalan-jalan yang agak jauh lagi. Sudah lama berencana ke Donggala lagi, atau ke Poso, tapi karena Pandemi jadi tertunda. Paling jauh ke Sibedi di Sigi 😅 Selain ngobrolin tempat wisata di Palu dan sekitarnya, kami juga ngobrolin proses menjalankan tantangan 4 kemarin. Ternyata mbak Helena sama seperti saya yang berjalan bersama tim keluarga, bedanya mbak Helena melibatkan anak-anaknya sedangkan saya hanya dengan suami saja. Proses menentukan SMART Goals pun tidak terlalu sulit, diskusi yang terjadi di tim beliau berjalan lebih santai dan lebih mudah dari sebelumnya. Melihat SMART Goals dan milestone yang dibuat oleh mbak H...

Membangun Karakter di Hexagon City

Pekan ini saya kembali dibuat terkagum-kagum dengan Hexagon City. Konsep Character to Nation yang disampaikan founding mother membuat saya pribadi merinding. Bagaimana tidak? Beliau ingin kami memiliki karakter moral yang sama sebagai Hexagonia untuk membangun peradaban  Hexagon City. Karakter moral yang beliau maksud juga sama dengan karakter moral Ibu Profesional. Karakter moral sendiri diartikan sebagai kumpulan kualitas perilaku moral yang bisa menyatukan dan mendefinisikan secara budaya sebagai perbedaan dari warga lain. Kesamaan karakter moral akan menjadi identitas suatu kelompok. Di Hexagon City ada 3 komponen karakter moral yang harus kami miliki, yaitu:  Moral knowing, yaitu pengetahuan tentang moral. Ada 6 yang berlaku di Hexagon City. Moral feeling, yaitu perasaan tentang moral. Ada 6 yang harus mampu dirasakan oleh para Hexagonia. Moral action, yaitu bagaimana membuat pengetahuan moral dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata. Bisa dilihat dari 3 hal yaitu komp...

Ibu, Kuatlah! Demi Surga Anakmu!

Para pengikut yang setia mendampingi Abdullah bin Zubair makin sedikit, dan ia mengkhawatirkan keselamatan mereka. Tetapi mereka ini tidak mau meninggalkannya sendirian sebagaimana teman-temannya walau nyawa harus menjadi taruhannya. Abdullah bin Zubair menemui ibunya, Asma’ binti Abu Bakar, yang telah berusia hampir 100 tahun dan telah buta matanya. Dia datang untuk mendiskusikan masalah yang dihadapinya. Abdullah bin Zubair menceritakan kepada ibunya situasi yang sedang dihadapinya. Termasuk berbagai kemungkinan yang akan terjadi pada pasukan yang dipimpinnya. Jumlahnya memang sangat sedikit. Mendengar penuturan putranya tersebut, Asma’ jadi teringat dengan "ramalan" Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam saat melahirkannya. Inilah masa yang digambarkan oleh Rasulullah untuk putranya, dan ternyata ia ditakdirkan untuk menyaksikan kejadian tragis tersebut. Sebagai seorang ibu yang berhati tegar dan sangat teguh memegang kebenaran, Asma’ berkata, ...