Langsung ke konten utama

Maxtream : Menikmati beragam tayangan dengan Rp 10

Judulnya menarik ya? Hihihi.

Jadi ceritanya, karena di rumah kami tidak ada tv, si ayah yang ingin menonton tayangan piala dunia pun harus mencari alternatif lain, dipilihlah aplikasi maxtream dari Telkomsel ini. Si ayah bilang kalau ia bisa menikmati kuota 30 GB hanya dengan Rp 10 saja. Iyap. Ini promo, dan memang hanya bisa dibeli satu kali saja. Saya pun jadi tertarik untuk mencoba. Hahaha.

Akhirnya saya pun memasang aplikasi ini, mendaftar dengan nomor Telkomsel saya, lalu membeli paket promo 30 GB Rp 10. Dalam sekejap kuota saya bertambah 😍
Kuota ini bisa digunakan untuk mengakses konten dalam maxtream.
Di dalamnya kita bisa menikmati aneka tayangan dari channel-channel yang disediakan, serta bisa menikmati tayangan Viu (ini salah satu aplikasi favorit saya, hahaha), Hooq, Tribe, Catchplay, dan Nickelodeon Play. Tapi tentu saja kita harus punya dulu aplikasi-aplikasi tadi. Hahaha. Jadi untuk fitur yang satu itu saya belum mencobanya.

Kualitas tayangan tergantung sinyal yang didapat. Jika mendapat sinyal yang baik maka tayangan pun lancar, namun jika sinyal kurang baik maka tayangan pun tersendat.

Sebagai emak irit yang juga butuh hiburan menurut saya maxtream versi promo Rp 10 ini worthed untuk dicoba. Misalpun kuota tersebut tidak sampai habis, saya rasa kita tidak rugi karena kita hanya membayar Rp 10 saja. Hehehe. Saya sendiri pun baru beberapa kali memakai dengan durasi masing-masing tidak lebih dari 10 menit untuk menonton channel-nya. Memang pada dasarnya saya kurang suka nonton channel TV sih 😅

Saya belum coba apakah kuotanya bisa digunakan di aplikasi Viu (yang diakses bukan dari maxtream), kalau bisa kan lumayan banget yaa 😆




#Tantangan10Hari
#Level12
#KuliahBunsayIIP
#KeluargaMulti

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Jurnal 4 : SMART Goals dan Sumber Daya

Di sistem umpan balik yang keempat ini saya mendapatkan buddy dari Jakarta, mbak Helena namanya. Beliau seorang ibu bekerja di ranah domestik dan juga aktif sebagai blogger. Saat berkenalan beliau cerita bahwa beliau pernah tinggal di Palu! Obrolan seputar tempat wisata di Palu dan sekitarnya pun mengalir. Ah, rasanya ingin sekali pandemi cepat berlalu jadi saya bisa jalan-jalan yang agak jauh lagi. Sudah lama berencana ke Donggala lagi, atau ke Poso, tapi karena Pandemi jadi tertunda. Paling jauh ke Sibedi di Sigi 😅 Selain ngobrolin tempat wisata di Palu dan sekitarnya, kami juga ngobrolin proses menjalankan tantangan 4 kemarin. Ternyata mbak Helena sama seperti saya yang berjalan bersama tim keluarga, bedanya mbak Helena melibatkan anak-anaknya sedangkan saya hanya dengan suami saja. Proses menentukan SMART Goals pun tidak terlalu sulit, diskusi yang terjadi di tim beliau berjalan lebih santai dan lebih mudah dari sebelumnya. Melihat SMART Goals dan milestone yang dibuat oleh mbak H...

Membangun Karakter di Hexagon City

Pekan ini saya kembali dibuat terkagum-kagum dengan Hexagon City. Konsep Character to Nation yang disampaikan founding mother membuat saya pribadi merinding. Bagaimana tidak? Beliau ingin kami memiliki karakter moral yang sama sebagai Hexagonia untuk membangun peradaban  Hexagon City. Karakter moral yang beliau maksud juga sama dengan karakter moral Ibu Profesional. Karakter moral sendiri diartikan sebagai kumpulan kualitas perilaku moral yang bisa menyatukan dan mendefinisikan secara budaya sebagai perbedaan dari warga lain. Kesamaan karakter moral akan menjadi identitas suatu kelompok. Di Hexagon City ada 3 komponen karakter moral yang harus kami miliki, yaitu:  Moral knowing, yaitu pengetahuan tentang moral. Ada 6 yang berlaku di Hexagon City. Moral feeling, yaitu perasaan tentang moral. Ada 6 yang harus mampu dirasakan oleh para Hexagonia. Moral action, yaitu bagaimana membuat pengetahuan moral dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata. Bisa dilihat dari 3 hal yaitu komp...

Ibu, Kuatlah! Demi Surga Anakmu!

Para pengikut yang setia mendampingi Abdullah bin Zubair makin sedikit, dan ia mengkhawatirkan keselamatan mereka. Tetapi mereka ini tidak mau meninggalkannya sendirian sebagaimana teman-temannya walau nyawa harus menjadi taruhannya. Abdullah bin Zubair menemui ibunya, Asma’ binti Abu Bakar, yang telah berusia hampir 100 tahun dan telah buta matanya. Dia datang untuk mendiskusikan masalah yang dihadapinya. Abdullah bin Zubair menceritakan kepada ibunya situasi yang sedang dihadapinya. Termasuk berbagai kemungkinan yang akan terjadi pada pasukan yang dipimpinnya. Jumlahnya memang sangat sedikit. Mendengar penuturan putranya tersebut, Asma’ jadi teringat dengan "ramalan" Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam saat melahirkannya. Inilah masa yang digambarkan oleh Rasulullah untuk putranya, dan ternyata ia ditakdirkan untuk menyaksikan kejadian tragis tersebut. Sebagai seorang ibu yang berhati tegar dan sangat teguh memegang kebenaran, Asma’ berkata, ...