Langsung ke konten utama

T30 Tahap Kepompong : Day 1

It's the day!
Hari pertama dari perjalanan tantangan 30 hari. Alhamdulillah bisa dapet badge excellent, semoga seterusnya juga bisa begini. Aamiin...

Jadiiii, ini adalah tantangan kedua di tahap Kepompong, kemarin kan tantangan pertama puasa pekanan tuh, nah yang kedua tantangan 30 hari. Kedua tantangan ini sekarang berjalan bersamaan. Seru? Banget! 

Di tantangan 30 hari ini saya pilih "30 Hari Ngebujo" karena sejak membuat mind map di tahap telur kelas bunda cekatan saya putuskan untuk belajar manajemen waktu khususnya bullet journal. Setelah kemarin saya makan banyak di keluarga bullet journal dan belajar praktek dikit-dikit, sekarang saatnya menguji komitmen dan konsisten saya dalam ngebujo. Soalnya kemarin saya prakteknya masih belum bener. Masih sering bolongnya. Hahaha...
Semoga dengan menjalani tantangan 30 hari ini saya bisa rajin ngebujo dan jadi terbiasa dengan bujo. Kerasa banget manfaatnya, meski baru praktek sedikit. 
Semoga dengan membiasakan diri ngebujo saya juga bakal dapet manfaat lebih banyak lagi jadi saya juga makin produktif. Aamiin...


Saya belum bisa fotoin isi bujo saya, isin euy! Nggak kece banget, beneran masih belajar. Ahahaha...
Nanti bulan April mau serius bikin layout yang cakepan ah, biar nggak polosan aja kalo difoto, hahaha...


#tantangan30hari
#kelaskepompong
#bundacekatan
#institutibuprofesional

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Jurnal 4 : SMART Goals dan Sumber Daya

Di sistem umpan balik yang keempat ini saya mendapatkan buddy dari Jakarta, mbak Helena namanya. Beliau seorang ibu bekerja di ranah domestik dan juga aktif sebagai blogger. Saat berkenalan beliau cerita bahwa beliau pernah tinggal di Palu! Obrolan seputar tempat wisata di Palu dan sekitarnya pun mengalir. Ah, rasanya ingin sekali pandemi cepat berlalu jadi saya bisa jalan-jalan yang agak jauh lagi. Sudah lama berencana ke Donggala lagi, atau ke Poso, tapi karena Pandemi jadi tertunda. Paling jauh ke Sibedi di Sigi 😅 Selain ngobrolin tempat wisata di Palu dan sekitarnya, kami juga ngobrolin proses menjalankan tantangan 4 kemarin. Ternyata mbak Helena sama seperti saya yang berjalan bersama tim keluarga, bedanya mbak Helena melibatkan anak-anaknya sedangkan saya hanya dengan suami saja. Proses menentukan SMART Goals pun tidak terlalu sulit, diskusi yang terjadi di tim beliau berjalan lebih santai dan lebih mudah dari sebelumnya. Melihat SMART Goals dan milestone yang dibuat oleh mbak H...

Membangun Karakter di Hexagon City

Pekan ini saya kembali dibuat terkagum-kagum dengan Hexagon City. Konsep Character to Nation yang disampaikan founding mother membuat saya pribadi merinding. Bagaimana tidak? Beliau ingin kami memiliki karakter moral yang sama sebagai Hexagonia untuk membangun peradaban  Hexagon City. Karakter moral yang beliau maksud juga sama dengan karakter moral Ibu Profesional. Karakter moral sendiri diartikan sebagai kumpulan kualitas perilaku moral yang bisa menyatukan dan mendefinisikan secara budaya sebagai perbedaan dari warga lain. Kesamaan karakter moral akan menjadi identitas suatu kelompok. Di Hexagon City ada 3 komponen karakter moral yang harus kami miliki, yaitu:  Moral knowing, yaitu pengetahuan tentang moral. Ada 6 yang berlaku di Hexagon City. Moral feeling, yaitu perasaan tentang moral. Ada 6 yang harus mampu dirasakan oleh para Hexagonia. Moral action, yaitu bagaimana membuat pengetahuan moral dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata. Bisa dilihat dari 3 hal yaitu komp...

Ibu, Kuatlah! Demi Surga Anakmu!

Para pengikut yang setia mendampingi Abdullah bin Zubair makin sedikit, dan ia mengkhawatirkan keselamatan mereka. Tetapi mereka ini tidak mau meninggalkannya sendirian sebagaimana teman-temannya walau nyawa harus menjadi taruhannya. Abdullah bin Zubair menemui ibunya, Asma’ binti Abu Bakar, yang telah berusia hampir 100 tahun dan telah buta matanya. Dia datang untuk mendiskusikan masalah yang dihadapinya. Abdullah bin Zubair menceritakan kepada ibunya situasi yang sedang dihadapinya. Termasuk berbagai kemungkinan yang akan terjadi pada pasukan yang dipimpinnya. Jumlahnya memang sangat sedikit. Mendengar penuturan putranya tersebut, Asma’ jadi teringat dengan "ramalan" Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam saat melahirkannya. Inilah masa yang digambarkan oleh Rasulullah untuk putranya, dan ternyata ia ditakdirkan untuk menyaksikan kejadian tragis tersebut. Sebagai seorang ibu yang berhati tegar dan sangat teguh memegang kebenaran, Asma’ berkata, ...