Langsung ke konten utama

Patronus




Menyimpan salah satu patronus yang harus diabadikan. Salah satu anchor yang menguatkan.

Hari ini, saat wajah dan ceritaku dimuat di Instagram Ibu Profesional Sulteng, lengkap dengan peran yang kuambil di komunitas tersebut, si cinta menjadi yang paling bersemangat untuk membagikannya ke story WhatsApp dan Instagramnya. Waktu kutanya kenapa semangat banget gitu? Padahal akunya maluuuuu bangettt mau repost. Jawabannya : "biar orang lain tahu kalo istriku keren" (whaaattt? Gimana, gimana, Pak? 😅) "Dan biar makin banyak orang yang tahu IIP lalu merasakan manfaatnya".

Woohooo~
Ini istimewa! Kalimat ini disampaikan oleh seorang suami, seorang ayah! Artinya, yang merasakan manfaat dari IIP bukan hanya si ibu yang sedang belajar di dalamnya, tapi juga ayah dan anak-anaknya yang mengamati proses belajar si ibu, dan merasakan perubahan positif pada diri si ibu, yang kemudian memberi makna positif juga pada keluarga.

Ah, aku jadi teringat akan ucapan ibu ideologis kami, Ibu Septi Peni Wulandani. Beliau mengatakan "yang paling berhak merasakan manfaat dari kehadiran kita dan proses belajar kita adalah suami dan anak-anak kita".
Aku seringkali bertanya, apakah hadirku sudah bermanfaat secara maksimal bagi suami dan anak-anakku? Apakah semua yang aku pelajari juga bermanfaat bagi suami dan anak-anakku?
Maka hari ini, pertanyaan tadi terjawab dengan terang benderang. Adanya motivasi internal dari suami untuk membagikan informasi mengenai IIP, dan secara tidak langsung beliau mengatakan bahwa banyak manfaat yang beliau dapatkan setelah istrinya aktif berproses di IIP, membuatku yakin bahwa "ya, kehadiranku bermanfaat bagi suami dan anak-anakku. Proses belajarku juga bermanfaat bagi mereka".

Aku pun jadi teringat akan pesan bapak ideologis kami, bapak Dodik Mariyanto, bahwa "jangan berbagi beban dengan pasangan, berbagilah kebahagiaan". Lewat kejadian hari ini aku mendapat konfirmasi bahwa aku sudah berhasil membagikan kebahagiaanku padanya...

Dear, cinta, terima kasih karena sudah ikut belajar dan bertumbuh denganku. Terima kasih sudah mengizinkanku berproses di IIP. Terima kasih sudah memfasilitasiku untuk belajar. Terima kasih atas semua dukungan darimu...

I heart you ♥️

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Jurnal 4 : SMART Goals dan Sumber Daya

Di sistem umpan balik yang keempat ini saya mendapatkan buddy dari Jakarta, mbak Helena namanya. Beliau seorang ibu bekerja di ranah domestik dan juga aktif sebagai blogger. Saat berkenalan beliau cerita bahwa beliau pernah tinggal di Palu! Obrolan seputar tempat wisata di Palu dan sekitarnya pun mengalir. Ah, rasanya ingin sekali pandemi cepat berlalu jadi saya bisa jalan-jalan yang agak jauh lagi. Sudah lama berencana ke Donggala lagi, atau ke Poso, tapi karena Pandemi jadi tertunda. Paling jauh ke Sibedi di Sigi 😅 Selain ngobrolin tempat wisata di Palu dan sekitarnya, kami juga ngobrolin proses menjalankan tantangan 4 kemarin. Ternyata mbak Helena sama seperti saya yang berjalan bersama tim keluarga, bedanya mbak Helena melibatkan anak-anaknya sedangkan saya hanya dengan suami saja. Proses menentukan SMART Goals pun tidak terlalu sulit, diskusi yang terjadi di tim beliau berjalan lebih santai dan lebih mudah dari sebelumnya. Melihat SMART Goals dan milestone yang dibuat oleh mbak H...

Membangun Karakter di Hexagon City

Pekan ini saya kembali dibuat terkagum-kagum dengan Hexagon City. Konsep Character to Nation yang disampaikan founding mother membuat saya pribadi merinding. Bagaimana tidak? Beliau ingin kami memiliki karakter moral yang sama sebagai Hexagonia untuk membangun peradaban  Hexagon City. Karakter moral yang beliau maksud juga sama dengan karakter moral Ibu Profesional. Karakter moral sendiri diartikan sebagai kumpulan kualitas perilaku moral yang bisa menyatukan dan mendefinisikan secara budaya sebagai perbedaan dari warga lain. Kesamaan karakter moral akan menjadi identitas suatu kelompok. Di Hexagon City ada 3 komponen karakter moral yang harus kami miliki, yaitu:  Moral knowing, yaitu pengetahuan tentang moral. Ada 6 yang berlaku di Hexagon City. Moral feeling, yaitu perasaan tentang moral. Ada 6 yang harus mampu dirasakan oleh para Hexagonia. Moral action, yaitu bagaimana membuat pengetahuan moral dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata. Bisa dilihat dari 3 hal yaitu komp...

Ibu, Kuatlah! Demi Surga Anakmu!

Para pengikut yang setia mendampingi Abdullah bin Zubair makin sedikit, dan ia mengkhawatirkan keselamatan mereka. Tetapi mereka ini tidak mau meninggalkannya sendirian sebagaimana teman-temannya walau nyawa harus menjadi taruhannya. Abdullah bin Zubair menemui ibunya, Asma’ binti Abu Bakar, yang telah berusia hampir 100 tahun dan telah buta matanya. Dia datang untuk mendiskusikan masalah yang dihadapinya. Abdullah bin Zubair menceritakan kepada ibunya situasi yang sedang dihadapinya. Termasuk berbagai kemungkinan yang akan terjadi pada pasukan yang dipimpinnya. Jumlahnya memang sangat sedikit. Mendengar penuturan putranya tersebut, Asma’ jadi teringat dengan "ramalan" Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam saat melahirkannya. Inilah masa yang digambarkan oleh Rasulullah untuk putranya, dan ternyata ia ditakdirkan untuk menyaksikan kejadian tragis tersebut. Sebagai seorang ibu yang berhati tegar dan sangat teguh memegang kebenaran, Asma’ berkata, ...