Langsung ke konten utama

Aliran Rasa Bunda Cekatan

Setiap tahapan belajar di IIP selalu mencerahkan dan menggugah. Setiap perjalanan yang dilalui pun selalu penuh dengan emosi. Ada bahagia, haru, kecewa, sedih, bosan, bahkan marah. Tapi, tentu saja, di situlah seninya. Di situlah cara saya menyesap setiap ilmu yang saya dapat, agar nantinya saya bisa lebih mudah memanggilnya kembali saat dibutuhkan.

Kelas Bunda Cekatan, kelas yang saya tunggu setahun lebih sejak lulus dari kelas Bunda Sayang. Kelas yang saat saya ikuti, saya juga teman-teman lainnya menjadi angkatan pertama. Bagaimana rasanya menjadi angkatan pertama? Excited! Saya pribadi rasanya sangat gembira, terlebih setalah mengetahui bahwa hampir setiap pekannya kami menerima kejutan dari Ibu. Ya, kami sebagai angkatan pertama difasilitasi langsung oleh Bu Septi, founder IIP.

Pernah merasakan kelas Matrikulasi, kelas Bunda Sayang, kemudian kelas Bunda Cekatan, saya merasa kelas Bunda Cekatan adalah kelas yang paling menyenangkan dan menumbuhkan. Hal-hal yang membuat saya sangat bahagia di kelas ini adalah :

1. Merdeka belajar, kami bebas menentukan mau belajar apa dan dengan cara apa, sesuai dengan kebutuhan dan style kami.
2. Kami difasilitasi langsung oleh ibu.
3. Penuh kejutan!
4. Peran saya sebagai Ketua HIMA sekaligus Manajer operasional HIMA membuat saya harus belajar lebih semangat agar saya bisa terus menjadi "kompor" bagi teman-teman di regional, agar kami bisa mengikuti kelas ini dengan semangat dan bahagia. 

Jadi, alasan-alasan di atas membuat saya terus bertahan di kelas ini, meski sempat dilanda rasa malas, kebingungan, dan kecewa pada diri sendiri, tapi Alhamdulillah akhirnya bisa juga sampai di titik ini. Sampai juga pada tulisan ini, tulisan aliran rasa setelah melewati semua tahapan dari telur hingga kupu-kupu.


Terima kasih ibu Septi, terima kasih tim Bunda Cekatan, terima kasih teman-teman sekelas, terima kasih mentor dan mentee, terima kasih suami dan anak-anak...
Meski kelas ini telah berakhir, aku akan melanjutkan proses belajarku dan project-projectku.


Ini video selebrasi saya saat selebrasi Bunda Cekatan kemarin. Dan parade video selebrasi dari regional kami bisa dilihat di link ini.

Kemarin kali pertama saya mencoba ngoprek aplikasi edit video inshot, menggabungkan video-video yang diberikan oleh teman-teman Buncek di regional, bolak balik memastikan agar videonya cukup nyaman ditonton 😅
Melelahkan, menggemaskan, tapi ternyata saya menikmatinya. Mungkin di tahun berikutnya saya akan mencoba belajar editing gambar atau video dengan serius. Sekarang cukup sampai di level bisa saja dulu hehehe...

Anyway, kelas Bunda Produktif kabarnya akan dilaksanakan di bulan Agustus. Wah, saya harus bersiap untuk menyambutnya nih!

See you, my new me!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Jurnal 4 : SMART Goals dan Sumber Daya

Di sistem umpan balik yang keempat ini saya mendapatkan buddy dari Jakarta, mbak Helena namanya. Beliau seorang ibu bekerja di ranah domestik dan juga aktif sebagai blogger. Saat berkenalan beliau cerita bahwa beliau pernah tinggal di Palu! Obrolan seputar tempat wisata di Palu dan sekitarnya pun mengalir. Ah, rasanya ingin sekali pandemi cepat berlalu jadi saya bisa jalan-jalan yang agak jauh lagi. Sudah lama berencana ke Donggala lagi, atau ke Poso, tapi karena Pandemi jadi tertunda. Paling jauh ke Sibedi di Sigi 😅 Selain ngobrolin tempat wisata di Palu dan sekitarnya, kami juga ngobrolin proses menjalankan tantangan 4 kemarin. Ternyata mbak Helena sama seperti saya yang berjalan bersama tim keluarga, bedanya mbak Helena melibatkan anak-anaknya sedangkan saya hanya dengan suami saja. Proses menentukan SMART Goals pun tidak terlalu sulit, diskusi yang terjadi di tim beliau berjalan lebih santai dan lebih mudah dari sebelumnya. Melihat SMART Goals dan milestone yang dibuat oleh mbak H...

Membangun Karakter di Hexagon City

Pekan ini saya kembali dibuat terkagum-kagum dengan Hexagon City. Konsep Character to Nation yang disampaikan founding mother membuat saya pribadi merinding. Bagaimana tidak? Beliau ingin kami memiliki karakter moral yang sama sebagai Hexagonia untuk membangun peradaban  Hexagon City. Karakter moral yang beliau maksud juga sama dengan karakter moral Ibu Profesional. Karakter moral sendiri diartikan sebagai kumpulan kualitas perilaku moral yang bisa menyatukan dan mendefinisikan secara budaya sebagai perbedaan dari warga lain. Kesamaan karakter moral akan menjadi identitas suatu kelompok. Di Hexagon City ada 3 komponen karakter moral yang harus kami miliki, yaitu:  Moral knowing, yaitu pengetahuan tentang moral. Ada 6 yang berlaku di Hexagon City. Moral feeling, yaitu perasaan tentang moral. Ada 6 yang harus mampu dirasakan oleh para Hexagonia. Moral action, yaitu bagaimana membuat pengetahuan moral dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata. Bisa dilihat dari 3 hal yaitu komp...

Ibu, Kuatlah! Demi Surga Anakmu!

Para pengikut yang setia mendampingi Abdullah bin Zubair makin sedikit, dan ia mengkhawatirkan keselamatan mereka. Tetapi mereka ini tidak mau meninggalkannya sendirian sebagaimana teman-temannya walau nyawa harus menjadi taruhannya. Abdullah bin Zubair menemui ibunya, Asma’ binti Abu Bakar, yang telah berusia hampir 100 tahun dan telah buta matanya. Dia datang untuk mendiskusikan masalah yang dihadapinya. Abdullah bin Zubair menceritakan kepada ibunya situasi yang sedang dihadapinya. Termasuk berbagai kemungkinan yang akan terjadi pada pasukan yang dipimpinnya. Jumlahnya memang sangat sedikit. Mendengar penuturan putranya tersebut, Asma’ jadi teringat dengan "ramalan" Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam saat melahirkannya. Inilah masa yang digambarkan oleh Rasulullah untuk putranya, dan ternyata ia ditakdirkan untuk menyaksikan kejadian tragis tersebut. Sebagai seorang ibu yang berhati tegar dan sangat teguh memegang kebenaran, Asma’ berkata, ...