Langsung ke konten utama

Pesta Demokrasi Ala Hexagon City

Rumah sudah terbangun, co-housing sudah terbentuk, cluster pun sudah tertata, co-housing leader maupun cluster leader masing-masing sudah terpilih, kini saatnya memilih city leader. Dan, pekan ini kami mendapatkan pengalaman super seru melalui proses pemilu yang tidak biasa 🤩


Pendaftaran Calon Walikota

Walikota akan dipilih langsung oleh Hexagonia melalui proses pemilu. Sebelum pemilu dimulai, dibukalah kesempatan untuk menjadi walikota, semua warga berhak mencalonkan diri atau dicalonkan sebagai walikota. Saat KPU mengumumkan para calon walikota, wooow saya berbinar! Beberapa diantara Cawalkot yang terpampang saya tahu sepak terjangnya, bahkan ada dua orang yang saya kenal secara personal. Baru melihat flyer-nya, saya sudah kebingungan mau pilih siapa 😆

Ternyata dari 6 calon walikota tadi tidak semuanya dicalonkan oleh cluster-cluster, tetapi ada juga yang mendaftar sebagai calon independen. Kereeeenn ya? 🤩


Kampanye dan Pemilu yang Extraordinary

Sejujurnya, saya termasuk orang yang malas bicara politik atau komentar politik, puyeng dan marai emosi, gaes! 🤣 Gimana enggak? Politik yang mestinya menjadi tools untuk meluaskan manfaat diri dan memberi solusi, justru mengalami penurunan makna. Sedih nggak sih? Dulu waktu jadi mahasiswa kita belajar demokrasi di kampus dengan semangat untuk mencari solusi, pas udah lulus eh... Kita nemuin banyak hal nggak banget terkait politik, dan sedihnya kita nggak bisa berbuat banyak. Apalagi setelah jadi ibu, ya ampun, boro-boro mau update politik, mikirin besok masak apa aja udah bikin pusing 🤣

Jadi saya termasuk orang yang nggak tertarik sama kampanye, karena ya itu, udah skeptis duluan sama politik. Hahah. Tapi di Hexagon City beda! Saya mengikuti semua sesi kampanye dari setiap calon, terutama calon yang saya lihat punya kapasitas dan kualitas lebih untuk menjadi walikota. Saya pelajari visi misi mereka, saya perhatikan siapa saja timsesnya (ya! Mereka juga punya timses loh! Dan timsesnya nggak main-main! 🤩), saya pun menyimak setiap acara yang digelar selama masa kampanye yang padat ini. Meski cuma permainan, saya nggak mau main-main, saya mau bermain dengan sungguh-sungguh 💪

Kampanye di Hexagon City berisikan sinergi dan kolaborasi. Nggak ada ceritanya menjelekkan antar calon, nggak ada ceritanya black campaign, dan masing-masing timses nggak ada yang berantem. Damai abis pokoknya! ♥️ Dan, tentu saja semua dilakukan secara virtual, memanfaatkan teknologi, jadi nggak mengorbankan kepentingan bersama demi kepentingan pribadi, hihihi... Nggak kayak di negara sebelah 😆

Alhamdulillah pas hari H saya udah nggak bingung lagi mau pilih siapa 🤭 Ternyata dibutuhkan waktu beberapa hari dan proses menyelami diri. Semua visi misi Cawalkot keren-keren, semuanya juga punya keunikan masing-masing. Akhirnya kebutuhan saya dan harapan saya setelah bermain di kelas inilah yang membantu saya memutuskan calon mana yang gue banget 🤩



Pemilunya juga virtual! Meski virtual nggak mengurangi kegembiraan dan kehebohan pemilu loh. Tingkat partisipasi pemilih juga mencapai 92%, nggak ada di negara manapun 🤩👏 hampir semua warga memilih dengan sadar, ikhlas, dan gembira. Ssst... ada quick count-nya juga loh! Keren pokoknya founding mother, Tim KPU, para Cawalkot, para timses, dan Hexagonia! 😍👏


Learning Points yang Saya Dapatkan

Rasanya banyaaak banget insight yang saya dapet dari proses bermain selama sepekan ini, diantaranya:

🌟 Saya belajar bahwa peradaban yang mulia dibangun di atas value dan karakter moral yang kuat. Sebelum memulai hari sebagai Hexagonia, kami diberi playbook oleh founding mother yang berisikan value dan karakter moral warga Hexagon City. Tidak ada Hexagonia yang tidak setuju dengan tulisan founding mother. 

🌟 Saya belajar bahwa politik bisa kembali ke maknanya yang mulia, dengan proses demokrasi yang beradab dan berintegritas yang didukung oleh seluruh penyelenggara, calon beserta tim, dan juga warganya. Politik adalah alat untuk mencapai solusi, bukan sekadar kendaraan untuk mencapai kekuasaan demi kepentingan segelintir orang.

🌟 Saya belajar bahwa sebelum bicara politik, kita harus punya bekal yang tepat dulu dan hanya bicara apa yang benar, baik, dan bermanfaat saja.

🌟 Saya belajar bagaimana mempromosikan diri tanpa menjatuhkan lawan lewat sesi kampanye masing-masing calon dan sesi adu argumen.

🌟 Saya belajar bahwa pesta demokrasi bisa berlangsung damai, menggembirakan, penuh ide solusi dan kolaborasi.

🌟 Saya belajar kesungguhan dalam bermain lewat cerita teman-teman timses yang sangat all out dalam proses pemilu ini. Kampanye ke regional-regional, membuat aneka strategi yang out of the box, konten promosi yang kekinian, semuanya dibuat dengan sangat baik dan cantik, padahal ini hanyalah sebuah permainan.

🌟 Saya belajar memaknai lagi politik dan pesta demokrasi serta berusaha menguatkan karakter moral agar menjadi warga negara yang beradab di kehidupan nyata.


Setelah melalui pesta demokrasi ala Hexagon City di pekan ini, rasanya nggak berlebihan kalau saya bilang "yes, I'm proud to be Hexagonia!" Sebagaimana yang tertulis dalam twibbon yang dibagikan tim formula di awal kelas ini dimulai.

Ah, jadi nggak sabar untuk menanti kejutan dan keseruan berikutnya! 🤩

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Jurnal 4 : SMART Goals dan Sumber Daya

Di sistem umpan balik yang keempat ini saya mendapatkan buddy dari Jakarta, mbak Helena namanya. Beliau seorang ibu bekerja di ranah domestik dan juga aktif sebagai blogger. Saat berkenalan beliau cerita bahwa beliau pernah tinggal di Palu! Obrolan seputar tempat wisata di Palu dan sekitarnya pun mengalir. Ah, rasanya ingin sekali pandemi cepat berlalu jadi saya bisa jalan-jalan yang agak jauh lagi. Sudah lama berencana ke Donggala lagi, atau ke Poso, tapi karena Pandemi jadi tertunda. Paling jauh ke Sibedi di Sigi 😅 Selain ngobrolin tempat wisata di Palu dan sekitarnya, kami juga ngobrolin proses menjalankan tantangan 4 kemarin. Ternyata mbak Helena sama seperti saya yang berjalan bersama tim keluarga, bedanya mbak Helena melibatkan anak-anaknya sedangkan saya hanya dengan suami saja. Proses menentukan SMART Goals pun tidak terlalu sulit, diskusi yang terjadi di tim beliau berjalan lebih santai dan lebih mudah dari sebelumnya. Melihat SMART Goals dan milestone yang dibuat oleh mbak H...

Membangun Karakter di Hexagon City

Pekan ini saya kembali dibuat terkagum-kagum dengan Hexagon City. Konsep Character to Nation yang disampaikan founding mother membuat saya pribadi merinding. Bagaimana tidak? Beliau ingin kami memiliki karakter moral yang sama sebagai Hexagonia untuk membangun peradaban  Hexagon City. Karakter moral yang beliau maksud juga sama dengan karakter moral Ibu Profesional. Karakter moral sendiri diartikan sebagai kumpulan kualitas perilaku moral yang bisa menyatukan dan mendefinisikan secara budaya sebagai perbedaan dari warga lain. Kesamaan karakter moral akan menjadi identitas suatu kelompok. Di Hexagon City ada 3 komponen karakter moral yang harus kami miliki, yaitu:  Moral knowing, yaitu pengetahuan tentang moral. Ada 6 yang berlaku di Hexagon City. Moral feeling, yaitu perasaan tentang moral. Ada 6 yang harus mampu dirasakan oleh para Hexagonia. Moral action, yaitu bagaimana membuat pengetahuan moral dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata. Bisa dilihat dari 3 hal yaitu komp...

Ibu, Kuatlah! Demi Surga Anakmu!

Para pengikut yang setia mendampingi Abdullah bin Zubair makin sedikit, dan ia mengkhawatirkan keselamatan mereka. Tetapi mereka ini tidak mau meninggalkannya sendirian sebagaimana teman-temannya walau nyawa harus menjadi taruhannya. Abdullah bin Zubair menemui ibunya, Asma’ binti Abu Bakar, yang telah berusia hampir 100 tahun dan telah buta matanya. Dia datang untuk mendiskusikan masalah yang dihadapinya. Abdullah bin Zubair menceritakan kepada ibunya situasi yang sedang dihadapinya. Termasuk berbagai kemungkinan yang akan terjadi pada pasukan yang dipimpinnya. Jumlahnya memang sangat sedikit. Mendengar penuturan putranya tersebut, Asma’ jadi teringat dengan "ramalan" Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam saat melahirkannya. Inilah masa yang digambarkan oleh Rasulullah untuk putranya, dan ternyata ia ditakdirkan untuk menyaksikan kejadian tragis tersebut. Sebagai seorang ibu yang berhati tegar dan sangat teguh memegang kebenaran, Asma’ berkata, ...