Langsung ke konten utama

Menjadi Ambassador bagi Hexagon City

Pekan ini saya melanjutkan aksi growth untuk co-housing, cluster, dan Hexagon City. Saya pun mengambil bagian sebagai ambassador bagi Hexagon City. Nggak terasa ternyata sudah 4 bulan saya menjadi warga Hexagon City. Banyak energi dan insight positif yang saya dapat selama berada di sini. Pekan ini saat menjalani zona growth saya terkejut dengan pertumbuhan kota kami yang sangat pesat. Jalan-jalan ke medsos HC dan channel YouTube HC. Melihat project passion di Hexalink maupun Hexamarket, waaaah rasanya kayak kena tsunami informasi, tapi informasi baik 😍

Pekan ini aksi growth saya di cluster maupun Hexagon City Alhamdulillah berjalan dengan baik. Hanya satu yang belum terlaksana yaitu menonton live The Arcadians' Show dan memberi tanggapan. Live nya baru akan dilakukan sore ini. Semoga saya bisa hadir dan ikut menanggapi 🤩







Dan inilah katalog project passion di cluster kami (cluster Delicia)

https://online.fliphtml5.com/xsaii/wcos/#p=1


===================


Sejujurnya saya sangat mabok info... Tapi zona growth ini ngasih tantangan baru buat saya agar bisa beradaptasi dengan baik dan menjadi warga yang baik dengan mengambil kontribusi sebagai ambassador dengan aksi yang bisa saya lakukan. Saya memilih membagikan postingan Hexagon City ke medsos dan WhatsApp, serta membuat tulisan mengenai Hexagon City di medsos juga status WhatsApp. Alhamdulillah di detik-detik terakhir bisa terlaksana 😭

Soalnya saya gabisa menuliskan tentang HC tapi masih bingung dengan HC. Hiks... Jadilah saya jalan-jalan dulu ke Hexalink, Hexamarket, Hexaweb, HCTV, Instagram HC, daaaann muncullah binar di mata serta gelora di dada.... Ah, begini rasanyaaa tinggal di kota produktif 😍

Alhamdulillah... Meski pelan-pelan akhirnya bisa juga bertumbuh sebagai Hexagonia dan menjadi ambassador. Challenge berhasil ditaklukkan 😍💪



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Jurnal 4 : SMART Goals dan Sumber Daya

Di sistem umpan balik yang keempat ini saya mendapatkan buddy dari Jakarta, mbak Helena namanya. Beliau seorang ibu bekerja di ranah domestik dan juga aktif sebagai blogger. Saat berkenalan beliau cerita bahwa beliau pernah tinggal di Palu! Obrolan seputar tempat wisata di Palu dan sekitarnya pun mengalir. Ah, rasanya ingin sekali pandemi cepat berlalu jadi saya bisa jalan-jalan yang agak jauh lagi. Sudah lama berencana ke Donggala lagi, atau ke Poso, tapi karena Pandemi jadi tertunda. Paling jauh ke Sibedi di Sigi 😅 Selain ngobrolin tempat wisata di Palu dan sekitarnya, kami juga ngobrolin proses menjalankan tantangan 4 kemarin. Ternyata mbak Helena sama seperti saya yang berjalan bersama tim keluarga, bedanya mbak Helena melibatkan anak-anaknya sedangkan saya hanya dengan suami saja. Proses menentukan SMART Goals pun tidak terlalu sulit, diskusi yang terjadi di tim beliau berjalan lebih santai dan lebih mudah dari sebelumnya. Melihat SMART Goals dan milestone yang dibuat oleh mbak H...

Membangun Karakter di Hexagon City

Pekan ini saya kembali dibuat terkagum-kagum dengan Hexagon City. Konsep Character to Nation yang disampaikan founding mother membuat saya pribadi merinding. Bagaimana tidak? Beliau ingin kami memiliki karakter moral yang sama sebagai Hexagonia untuk membangun peradaban  Hexagon City. Karakter moral yang beliau maksud juga sama dengan karakter moral Ibu Profesional. Karakter moral sendiri diartikan sebagai kumpulan kualitas perilaku moral yang bisa menyatukan dan mendefinisikan secara budaya sebagai perbedaan dari warga lain. Kesamaan karakter moral akan menjadi identitas suatu kelompok. Di Hexagon City ada 3 komponen karakter moral yang harus kami miliki, yaitu:  Moral knowing, yaitu pengetahuan tentang moral. Ada 6 yang berlaku di Hexagon City. Moral feeling, yaitu perasaan tentang moral. Ada 6 yang harus mampu dirasakan oleh para Hexagonia. Moral action, yaitu bagaimana membuat pengetahuan moral dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata. Bisa dilihat dari 3 hal yaitu komp...

Ibu, Kuatlah! Demi Surga Anakmu!

Para pengikut yang setia mendampingi Abdullah bin Zubair makin sedikit, dan ia mengkhawatirkan keselamatan mereka. Tetapi mereka ini tidak mau meninggalkannya sendirian sebagaimana teman-temannya walau nyawa harus menjadi taruhannya. Abdullah bin Zubair menemui ibunya, Asma’ binti Abu Bakar, yang telah berusia hampir 100 tahun dan telah buta matanya. Dia datang untuk mendiskusikan masalah yang dihadapinya. Abdullah bin Zubair menceritakan kepada ibunya situasi yang sedang dihadapinya. Termasuk berbagai kemungkinan yang akan terjadi pada pasukan yang dipimpinnya. Jumlahnya memang sangat sedikit. Mendengar penuturan putranya tersebut, Asma’ jadi teringat dengan "ramalan" Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam saat melahirkannya. Inilah masa yang digambarkan oleh Rasulullah untuk putranya, dan ternyata ia ditakdirkan untuk menyaksikan kejadian tragis tersebut. Sebagai seorang ibu yang berhati tegar dan sangat teguh memegang kebenaran, Asma’ berkata, ...