Langsung ke konten utama

Hexagon City Virtual Conference di Mataku

Virtual conference telah memasuki pekan terakhir di tanggal 18-22 Februari lalu. Di pekan ini kami diberi challenge oleh founding mother untuk saling berbagi catatan atau insight dari kelas yang diikuti kepada teman-teman satu CH. Oh iya, di pekan ini saya benar-benar memutuskan untuk tidak mengambil peran sebagai speaker karena keadaan yang tidak memungkinkan.


Sejujurnya saya fokus menjadi butterfly di pekan ini, fokus mengerjakan The Arcadians' Post edisi 5. Baru di hari terakhir saya menjadi partisipan di beberapa kelas karena tema-tema di hari terakhir banyak yang membuat saya berbinar. Saya mengikuti kelas Family Branding yang dibawakan mbak Evita, kelas Leadership and Followership (kaitannya dengan Family Project). Sebelumnya saya juga ikut kelasnya teh Esa (teman satu CH). Saya ngincer kelasnya mbak Ressy (tema All About Family Project ala Rumah Project), tapi sayangnya saya nggak bisa-bisa masuk ruang zoom-nya 😭 Mau ikut kelas Montessori usia SD nya mbak Rayi juga sama, nggak bisa-bisa masuk ruang zoom-nya 😭 Sedih... Padahal saya ngincer banget kelas-kelas itu...


Saya berbagi resume yang saya dapat ke teman-teman di CH, saya juga berbagi insight saya sebagai Bumblebee. Dengan menjadi Bumblebee saya jadi sadar kalau tema-tema atau bahasan yang mungkin buat kita biasa aja karena kita udah biasa melakukan atau bahkan mungkin udah auto pilot, bisa jadi hal yang berarti dan bermanfaat bagi orang lain. Insight ini saya dapat setelah memperhatikan interaksi antara speaker dan participant. Dan saya pun jadi lebih menghargai diri sendiri dan ilmu serta pengalaman yang saya punya. Nggak ada pengalaman yang receh kalo kata Ibu, dan itu benar.


Luar biasanya event ini. Semua berlomba ingin berbagi. Semua berusaha keluar dari zona nyaman. Nggak jarang mereka yang baru pertama kali tampil live streaming membawakan materi. Bagi kami yang tidak mengambil peran sebagai speaker pun tetap berarti karena semuanya bersungguh-sungguh dengan perannya. Ah, keren banget konsep permainan di Hexagon City ini ❤️


Kemarin tim city leader baru saja me-release Hexagon City fact book. Ini dia fact book-nya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Jurnal 4 : SMART Goals dan Sumber Daya

Di sistem umpan balik yang keempat ini saya mendapatkan buddy dari Jakarta, mbak Helena namanya. Beliau seorang ibu bekerja di ranah domestik dan juga aktif sebagai blogger. Saat berkenalan beliau cerita bahwa beliau pernah tinggal di Palu! Obrolan seputar tempat wisata di Palu dan sekitarnya pun mengalir. Ah, rasanya ingin sekali pandemi cepat berlalu jadi saya bisa jalan-jalan yang agak jauh lagi. Sudah lama berencana ke Donggala lagi, atau ke Poso, tapi karena Pandemi jadi tertunda. Paling jauh ke Sibedi di Sigi 😅 Selain ngobrolin tempat wisata di Palu dan sekitarnya, kami juga ngobrolin proses menjalankan tantangan 4 kemarin. Ternyata mbak Helena sama seperti saya yang berjalan bersama tim keluarga, bedanya mbak Helena melibatkan anak-anaknya sedangkan saya hanya dengan suami saja. Proses menentukan SMART Goals pun tidak terlalu sulit, diskusi yang terjadi di tim beliau berjalan lebih santai dan lebih mudah dari sebelumnya. Melihat SMART Goals dan milestone yang dibuat oleh mbak H...

Membangun Karakter di Hexagon City

Pekan ini saya kembali dibuat terkagum-kagum dengan Hexagon City. Konsep Character to Nation yang disampaikan founding mother membuat saya pribadi merinding. Bagaimana tidak? Beliau ingin kami memiliki karakter moral yang sama sebagai Hexagonia untuk membangun peradaban  Hexagon City. Karakter moral yang beliau maksud juga sama dengan karakter moral Ibu Profesional. Karakter moral sendiri diartikan sebagai kumpulan kualitas perilaku moral yang bisa menyatukan dan mendefinisikan secara budaya sebagai perbedaan dari warga lain. Kesamaan karakter moral akan menjadi identitas suatu kelompok. Di Hexagon City ada 3 komponen karakter moral yang harus kami miliki, yaitu:  Moral knowing, yaitu pengetahuan tentang moral. Ada 6 yang berlaku di Hexagon City. Moral feeling, yaitu perasaan tentang moral. Ada 6 yang harus mampu dirasakan oleh para Hexagonia. Moral action, yaitu bagaimana membuat pengetahuan moral dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata. Bisa dilihat dari 3 hal yaitu komp...

Ibu, Kuatlah! Demi Surga Anakmu!

Para pengikut yang setia mendampingi Abdullah bin Zubair makin sedikit, dan ia mengkhawatirkan keselamatan mereka. Tetapi mereka ini tidak mau meninggalkannya sendirian sebagaimana teman-temannya walau nyawa harus menjadi taruhannya. Abdullah bin Zubair menemui ibunya, Asma’ binti Abu Bakar, yang telah berusia hampir 100 tahun dan telah buta matanya. Dia datang untuk mendiskusikan masalah yang dihadapinya. Abdullah bin Zubair menceritakan kepada ibunya situasi yang sedang dihadapinya. Termasuk berbagai kemungkinan yang akan terjadi pada pasukan yang dipimpinnya. Jumlahnya memang sangat sedikit. Mendengar penuturan putranya tersebut, Asma’ jadi teringat dengan "ramalan" Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam saat melahirkannya. Inilah masa yang digambarkan oleh Rasulullah untuk putranya, dan ternyata ia ditakdirkan untuk menyaksikan kejadian tragis tersebut. Sebagai seorang ibu yang berhati tegar dan sangat teguh memegang kebenaran, Asma’ berkata, ...