Langsung ke konten utama

Memulai Open Space di Hexagon City

Akhirnya saya tiba di zona O, yaitu zona Open Space. Di zona ini kami dikenalkan dengan open space technology, sebuah metode yang digunakan untuk virtual conference di Hexagon City. Sepekan kemarin adalah awal kota kami mempersiapkan diri untuk rangkaian virtual conference di Hexagon City. 


Virtual conference ala Hexagon City dilakukan secara serentak di setiap platform media yang dimiliki Hexagon City, seperti FB Live Fanpage, IG live, YouTube live, WAG, Zoom, Hexaradio, dan Telegram. Konferensi ini dilakukan dari tanggal 8 Februari sampai 22 Februari. Setiap Hexagonia mengambil peran di zona ini. Ada peran speaker, participant, bumblebee dan butterfly. Sampai hari kedua ini saya baru mencoba peran butterfly yang mojok buat ngendapin apa yang udah pernah saya dapet selama di Hexagon City. Saya sedang mempertimbangkan untuk menjadi speaker di conference ini, tapiiii masih deg-degan...



Oh iya, jadwal HCVC di sini yaa...

https://sites.google.com/view/hexagoncityvc2021/jadwal?authuser=0

Untuk melihat para speaker bisa ke sini

https://sites.google.com/view/hexagoncityvc2021/speakers?authuser=0


Hanya ada 2 hal yang perlu disiapkan untuk mengikuti konferensi ini, yaitu passion dan responsibility. Kenapa? Karena kata founding mother tanpa passion nobody is interested, dan tanpa responsibility nothing will get done.

So, Hexagonia, don't forget to bring your passion and responsibility! 😍


Btw, saya terkesan banget sama ke-gercep-an para speaker, tim city leader, juga tim formula dalam menyiapkan open conference ini. Di tengah-tengah event project passion yang juga membanjiri kota. Masya Allah... Ini mah beneran diksi produktif yaa, nggak ada matinya!


Semoga saya bisa terus catch up dengan temponya Hexagon City yang cepat ini 💪



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Jurnal 4 : SMART Goals dan Sumber Daya

Di sistem umpan balik yang keempat ini saya mendapatkan buddy dari Jakarta, mbak Helena namanya. Beliau seorang ibu bekerja di ranah domestik dan juga aktif sebagai blogger. Saat berkenalan beliau cerita bahwa beliau pernah tinggal di Palu! Obrolan seputar tempat wisata di Palu dan sekitarnya pun mengalir. Ah, rasanya ingin sekali pandemi cepat berlalu jadi saya bisa jalan-jalan yang agak jauh lagi. Sudah lama berencana ke Donggala lagi, atau ke Poso, tapi karena Pandemi jadi tertunda. Paling jauh ke Sibedi di Sigi 😅 Selain ngobrolin tempat wisata di Palu dan sekitarnya, kami juga ngobrolin proses menjalankan tantangan 4 kemarin. Ternyata mbak Helena sama seperti saya yang berjalan bersama tim keluarga, bedanya mbak Helena melibatkan anak-anaknya sedangkan saya hanya dengan suami saja. Proses menentukan SMART Goals pun tidak terlalu sulit, diskusi yang terjadi di tim beliau berjalan lebih santai dan lebih mudah dari sebelumnya. Melihat SMART Goals dan milestone yang dibuat oleh mbak H...

Membangun Karakter di Hexagon City

Pekan ini saya kembali dibuat terkagum-kagum dengan Hexagon City. Konsep Character to Nation yang disampaikan founding mother membuat saya pribadi merinding. Bagaimana tidak? Beliau ingin kami memiliki karakter moral yang sama sebagai Hexagonia untuk membangun peradaban  Hexagon City. Karakter moral yang beliau maksud juga sama dengan karakter moral Ibu Profesional. Karakter moral sendiri diartikan sebagai kumpulan kualitas perilaku moral yang bisa menyatukan dan mendefinisikan secara budaya sebagai perbedaan dari warga lain. Kesamaan karakter moral akan menjadi identitas suatu kelompok. Di Hexagon City ada 3 komponen karakter moral yang harus kami miliki, yaitu:  Moral knowing, yaitu pengetahuan tentang moral. Ada 6 yang berlaku di Hexagon City. Moral feeling, yaitu perasaan tentang moral. Ada 6 yang harus mampu dirasakan oleh para Hexagonia. Moral action, yaitu bagaimana membuat pengetahuan moral dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata. Bisa dilihat dari 3 hal yaitu komp...

Ibu, Kuatlah! Demi Surga Anakmu!

Para pengikut yang setia mendampingi Abdullah bin Zubair makin sedikit, dan ia mengkhawatirkan keselamatan mereka. Tetapi mereka ini tidak mau meninggalkannya sendirian sebagaimana teman-temannya walau nyawa harus menjadi taruhannya. Abdullah bin Zubair menemui ibunya, Asma’ binti Abu Bakar, yang telah berusia hampir 100 tahun dan telah buta matanya. Dia datang untuk mendiskusikan masalah yang dihadapinya. Abdullah bin Zubair menceritakan kepada ibunya situasi yang sedang dihadapinya. Termasuk berbagai kemungkinan yang akan terjadi pada pasukan yang dipimpinnya. Jumlahnya memang sangat sedikit. Mendengar penuturan putranya tersebut, Asma’ jadi teringat dengan "ramalan" Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam saat melahirkannya. Inilah masa yang digambarkan oleh Rasulullah untuk putranya, dan ternyata ia ditakdirkan untuk menyaksikan kejadian tragis tersebut. Sebagai seorang ibu yang berhati tegar dan sangat teguh memegang kebenaran, Asma’ berkata, ...