Langsung ke konten utama

Selebrasi Cluster Delicia

Pekan ini kami merayakan berakhirnya pembelajaran di kelas Bunda Produktif. Tak terasa sudah 6 bulan kami belajar di kelas ini. Banyak keseruan juga tantangan yang kami hadapi. Cluster kami, cluster Delicia merayakannya dalam bentuk tayangan live streaming yang salah satunya berisi mini drama. Kami menampilkan scene bagaimana awal mula kami di Hexagon City, lalu menemui tantangan-tantangan, dan terakhir kesuksesan dari project passion kami.




Tayangan selebrasi yang dibuat dalam waktu 2 hari saja tersebut menjadi tantangan bagi seluruh warga Delicia. Saya pribadi tidak bisa ikut mengambil peran dalam pembuatan video karena kebetulan sedang persiapan pindah rumah yang dadakan. Salut banget sama seluruh CH leader dan cluster leader kami 🥺



Sebelumnya saya pernah kasih usulan untuk selebrasi berupa membuat karya dan membagikannya untuk minimal satu ibu, lalu menceritakan kesannya. Eh ternyata usulan tersebut nggak sejalan dengan selebrasi yang dimaksud sama HC, hahaha... Mikirnya udah serius banget gara-gara baca kalimat "buatlah selebrasi yang memerdekakan orang lain". Kalimat yang mengingatkanku sama kalimatnya ibu bahwa memerdekakan orang lain itu salah satunya adalah membagikan karya kita. Wkwkk... Saya masih sesempit itu ternyata 😂

Anyway rasanya lega banget sudah melewati tahap demi tahap di kelas Bunpro ini. Setelah ini saya pengen banget melipir, mengambil jeda dari hiruk pikuk internet yang kadang membuat saya merasa sangat lelah dan terdisosiasi dari kehidupan nyata 😅

Namun kabarnya kelas Bunda Sholihah akan segera dimulai paling cepat satu bulan setelah Bunpro. Hmmmm... Apakah saya harus masuk gua hanya sebulan saja? 😆

Semogaaaa waktu yang cukup singkat tersebut bisa saya gunakan dengan baik, jadi saya bisa siap menyambut kelas Bunda Sholihah. Aamiin...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Jurnal 4 : SMART Goals dan Sumber Daya

Di sistem umpan balik yang keempat ini saya mendapatkan buddy dari Jakarta, mbak Helena namanya. Beliau seorang ibu bekerja di ranah domestik dan juga aktif sebagai blogger. Saat berkenalan beliau cerita bahwa beliau pernah tinggal di Palu! Obrolan seputar tempat wisata di Palu dan sekitarnya pun mengalir. Ah, rasanya ingin sekali pandemi cepat berlalu jadi saya bisa jalan-jalan yang agak jauh lagi. Sudah lama berencana ke Donggala lagi, atau ke Poso, tapi karena Pandemi jadi tertunda. Paling jauh ke Sibedi di Sigi 😅 Selain ngobrolin tempat wisata di Palu dan sekitarnya, kami juga ngobrolin proses menjalankan tantangan 4 kemarin. Ternyata mbak Helena sama seperti saya yang berjalan bersama tim keluarga, bedanya mbak Helena melibatkan anak-anaknya sedangkan saya hanya dengan suami saja. Proses menentukan SMART Goals pun tidak terlalu sulit, diskusi yang terjadi di tim beliau berjalan lebih santai dan lebih mudah dari sebelumnya. Melihat SMART Goals dan milestone yang dibuat oleh mbak H...

Membangun Karakter di Hexagon City

Pekan ini saya kembali dibuat terkagum-kagum dengan Hexagon City. Konsep Character to Nation yang disampaikan founding mother membuat saya pribadi merinding. Bagaimana tidak? Beliau ingin kami memiliki karakter moral yang sama sebagai Hexagonia untuk membangun peradaban  Hexagon City. Karakter moral yang beliau maksud juga sama dengan karakter moral Ibu Profesional. Karakter moral sendiri diartikan sebagai kumpulan kualitas perilaku moral yang bisa menyatukan dan mendefinisikan secara budaya sebagai perbedaan dari warga lain. Kesamaan karakter moral akan menjadi identitas suatu kelompok. Di Hexagon City ada 3 komponen karakter moral yang harus kami miliki, yaitu:  Moral knowing, yaitu pengetahuan tentang moral. Ada 6 yang berlaku di Hexagon City. Moral feeling, yaitu perasaan tentang moral. Ada 6 yang harus mampu dirasakan oleh para Hexagonia. Moral action, yaitu bagaimana membuat pengetahuan moral dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata. Bisa dilihat dari 3 hal yaitu komp...

Ibu, Kuatlah! Demi Surga Anakmu!

Para pengikut yang setia mendampingi Abdullah bin Zubair makin sedikit, dan ia mengkhawatirkan keselamatan mereka. Tetapi mereka ini tidak mau meninggalkannya sendirian sebagaimana teman-temannya walau nyawa harus menjadi taruhannya. Abdullah bin Zubair menemui ibunya, Asma’ binti Abu Bakar, yang telah berusia hampir 100 tahun dan telah buta matanya. Dia datang untuk mendiskusikan masalah yang dihadapinya. Abdullah bin Zubair menceritakan kepada ibunya situasi yang sedang dihadapinya. Termasuk berbagai kemungkinan yang akan terjadi pada pasukan yang dipimpinnya. Jumlahnya memang sangat sedikit. Mendengar penuturan putranya tersebut, Asma’ jadi teringat dengan "ramalan" Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam saat melahirkannya. Inilah masa yang digambarkan oleh Rasulullah untuk putranya, dan ternyata ia ditakdirkan untuk menyaksikan kejadian tragis tersebut. Sebagai seorang ibu yang berhati tegar dan sangat teguh memegang kebenaran, Asma’ berkata, ...