Langsung ke konten utama

Jurnal 2 Bunda Salihah IIP : Membangun Tim yang Solid

Setelah kemarin kami belajar membuat problem statement dan juga bank masalah, kali ini kami masuk ke tahapan berikutnya yaitu membangun tim yang solid. Tim yang akan dibangun adalah tim yang nantinya akan bersama-sama menyelesaikan masalah di problem statement.

Di tahap ini saya memulainya dengan membuat user persona dan story board untuk berkampanye.



Setelah itu saya mulai berkampanye di akun Facebook dan Instagram saya. Kampanye saya bisa dilihat di sini dan di sini.


Sebelum memposting kampanye di media sosial sebenarnya saya sudah berkampanye di rumah, kampanye ke suami tentu saja. Karena masalah yang saya hadapi ini juga menjadi masalahnya, selain itu beliau merupakan orang yang berpengaruh di masalah saya. Saya mengajak beliau untuk bergabung di tim, Alhamdulillah beliau bersedia. 


Setelah berkampanye di media sosial hanya ada satu orang yang menghubungi saya, yaitu teman saat masih di Bengkulu. Setelah kami mengobrol ternyata beliau nggak berkenan untuk ikut "repot" mengurus tim, hanya ingin menerima manfaat saja. Saya maklum. Apakah saya baper? Tidak. Sejak awal saya nggak banyak ekspektasi, bisa membuat tim hanya berdua saja dengan suami rasanya sudah cukup. Biarkan nanti tim ini membesar seiring waktu, jika memang diperlukan.

Tahap selanjutnya yaitu memetakan potensi yang ada di tim dan menetapkan role, peran dan tugas. 




Bismillah semoga tim kecil ini bisa menyelesaikan masalah yang kami miliki dan kelak bisa membesar dan menebar manfaat bagi banyak orangtua. Aamiin...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Jurnal 4 : SMART Goals dan Sumber Daya

Di sistem umpan balik yang keempat ini saya mendapatkan buddy dari Jakarta, mbak Helena namanya. Beliau seorang ibu bekerja di ranah domestik dan juga aktif sebagai blogger. Saat berkenalan beliau cerita bahwa beliau pernah tinggal di Palu! Obrolan seputar tempat wisata di Palu dan sekitarnya pun mengalir. Ah, rasanya ingin sekali pandemi cepat berlalu jadi saya bisa jalan-jalan yang agak jauh lagi. Sudah lama berencana ke Donggala lagi, atau ke Poso, tapi karena Pandemi jadi tertunda. Paling jauh ke Sibedi di Sigi 😅 Selain ngobrolin tempat wisata di Palu dan sekitarnya, kami juga ngobrolin proses menjalankan tantangan 4 kemarin. Ternyata mbak Helena sama seperti saya yang berjalan bersama tim keluarga, bedanya mbak Helena melibatkan anak-anaknya sedangkan saya hanya dengan suami saja. Proses menentukan SMART Goals pun tidak terlalu sulit, diskusi yang terjadi di tim beliau berjalan lebih santai dan lebih mudah dari sebelumnya. Melihat SMART Goals dan milestone yang dibuat oleh mbak H...

Ibu, Kuatlah! Demi Surga Anakmu!

Para pengikut yang setia mendampingi Abdullah bin Zubair makin sedikit, dan ia mengkhawatirkan keselamatan mereka. Tetapi mereka ini tidak mau meninggalkannya sendirian sebagaimana teman-temannya walau nyawa harus menjadi taruhannya. Abdullah bin Zubair menemui ibunya, Asma’ binti Abu Bakar, yang telah berusia hampir 100 tahun dan telah buta matanya. Dia datang untuk mendiskusikan masalah yang dihadapinya. Abdullah bin Zubair menceritakan kepada ibunya situasi yang sedang dihadapinya. Termasuk berbagai kemungkinan yang akan terjadi pada pasukan yang dipimpinnya. Jumlahnya memang sangat sedikit. Mendengar penuturan putranya tersebut, Asma’ jadi teringat dengan "ramalan" Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam saat melahirkannya. Inilah masa yang digambarkan oleh Rasulullah untuk putranya, dan ternyata ia ditakdirkan untuk menyaksikan kejadian tragis tersebut. Sebagai seorang ibu yang berhati tegar dan sangat teguh memegang kebenaran, Asma’ berkata, ...

Perjalanan Belajar Terbang Pekan Pertama

Alhamdulillah sudah sampai di pekan pertama tahap Kupu-kupu. Di pekan ini kami diibaratkan sebagai kupu-kupu muda yang baru belajar terbang.  Pembelajaran kali ini menggunakan fitur baru dari Facebook, yaitu fitur Mentorship. Setiap mahasiswa diminta mendaftar menjadi mentor untuk bidang yang dikuasainya, dan menjadi mentee untuk bidang yang akan dipelajarinya sesuai dengan peta belajarnya. Belajar Terbang Sebagai Mentor Awalnya saya bingung akan menjadi mentor di bidang apa. Saya sempat terpikirkan untuk menjadi mentor mengawal perkembangan anak usia 0-6 tahun. Kemudian keesokan harinya saya teringat bahwa selama lebih dari enam tahun kami sudah hidup tanpa TV dan kami bahagia dengan hal itu. Anak-anak kami tetap memiliki waktu melihat layar atau screentime, tetapi waktunya kami batasi dan durasi waktu tersebut sesuai kesepakatan kami dan anak-anak. Alhamdulillah selama ini anak-anak sangat minim aktivitas layar, sehari hanya maksimal 30 menit saja. Biasanya hanya 10-20 menit. Itu...