Langsung ke konten utama

Jurnal 5 Bunda Salihah IIP : Identifikasi Aksi

Alhamdulillah sampai di materi 5 challenge 5... Di materi dan challenge 5 ini saya kembali harus siap dengan kejutan dan perubahan. Diajak agile sama ibu.

Sebenarnya saya agak gimanaaa gitu dengan challenge-nya, karena apa yang harus dilakukan di pekan ini bukan hal yang saya senangi, begitu juga dengan suami, partner satu-satunya di tim saya. Mengisi media sosial alias ngonten, mengelolanya, itu butuh effort yang besar banget bagi kami. Tapi yaa, gimana pun juga, ini bagian dari perkuliahan, suka atau nggak suka saya kan udah memilih untuk terus lanjut di perkuliahan Bunsal ini dan selama nggak ada hal yang melanggar syariat atau darurat banget insya Allah dikerjain challenge-nya...

Di challenge ini kami diminta untuk mengidentifikasi aksi yang akan dilakukan. Sebenernya kami udah punya sesuai timeline kami... Tapi ternyata nggak cuma sekedar bikin aksi aja tapi juga membuat jejak digitalnya di web dan showcase-nya di sosial media. Juga kalo bisa sekalian kampanye gerakan yang kami buat. 
Materi kuliah kali ini yang saya tangkap lebih ke aksi untuk membuat orang lain di luar sana tahu bahwa kita punya sebuah gerakan, juga untuk mengajak orang-orang ikut serta dengan gerakan kita. Salah satu pijakan untuk menjadi changemaker. Nah, meskipun project kami bukan untuk keluar (sosial), dan kami masih fokus dengan keluarga kami sendiri sebagai penerima manfaat, kami tetap harus membuat website dan akun-akun media sosial untuk menjadi rumah virtual dan media kami berkomunikasi dengan pihak luar.

Berat sebenarnya, tapi harus. Hehe. Setelah kami bisa menerima bahwa ini bagian dari proses yang harus kami jalani, akhirnya kami pun mengerjakannya. Pelan-pelan nggak apa-apa. Nggak sebagus teman-teman lain nggak apa-apa. Nggak seaktif teman-teman yang lain nggak apa-apa...

Fyuh... Memang agak melow nih di pekan ini, pas isi materi dan challenge-nya ternyata sesuatu yang kurang disuka, pas lagi LDRan karena suami di luar kota berminggu-minggu yang mana kalo di luar kota beliau susah sinyal dan sibuk banget, jadi berdiskusi adalah hal yang agak sulit dilakukan. Nggak seperti pekan-pekan sebelumnya yang diskusinya lancar dan baik. Alhamdulillah kebantu dengan hasil diskusi kami di minggu-minggu sebelumnya tentang project ini, jadi nggak terlalu sulit ngisi template-nya. Yang sulit merealisasikan apa yang udah ditulis di template. Heu.







Semangat yaaa dirikuuu~ 💪
Nggak apa-apa nggak sebagus yang lain, nggak apa-apa meski cuma begini aja, nggak apa-apa~
Pelan-pelan, selapis demi selapis, menyesuaikan ritme yang ada, biar tetep bahagia menjalani proses ini 💕

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Jurnal 4 : SMART Goals dan Sumber Daya

Di sistem umpan balik yang keempat ini saya mendapatkan buddy dari Jakarta, mbak Helena namanya. Beliau seorang ibu bekerja di ranah domestik dan juga aktif sebagai blogger. Saat berkenalan beliau cerita bahwa beliau pernah tinggal di Palu! Obrolan seputar tempat wisata di Palu dan sekitarnya pun mengalir. Ah, rasanya ingin sekali pandemi cepat berlalu jadi saya bisa jalan-jalan yang agak jauh lagi. Sudah lama berencana ke Donggala lagi, atau ke Poso, tapi karena Pandemi jadi tertunda. Paling jauh ke Sibedi di Sigi 😅 Selain ngobrolin tempat wisata di Palu dan sekitarnya, kami juga ngobrolin proses menjalankan tantangan 4 kemarin. Ternyata mbak Helena sama seperti saya yang berjalan bersama tim keluarga, bedanya mbak Helena melibatkan anak-anaknya sedangkan saya hanya dengan suami saja. Proses menentukan SMART Goals pun tidak terlalu sulit, diskusi yang terjadi di tim beliau berjalan lebih santai dan lebih mudah dari sebelumnya. Melihat SMART Goals dan milestone yang dibuat oleh mbak H...

Membangun Karakter di Hexagon City

Pekan ini saya kembali dibuat terkagum-kagum dengan Hexagon City. Konsep Character to Nation yang disampaikan founding mother membuat saya pribadi merinding. Bagaimana tidak? Beliau ingin kami memiliki karakter moral yang sama sebagai Hexagonia untuk membangun peradaban  Hexagon City. Karakter moral yang beliau maksud juga sama dengan karakter moral Ibu Profesional. Karakter moral sendiri diartikan sebagai kumpulan kualitas perilaku moral yang bisa menyatukan dan mendefinisikan secara budaya sebagai perbedaan dari warga lain. Kesamaan karakter moral akan menjadi identitas suatu kelompok. Di Hexagon City ada 3 komponen karakter moral yang harus kami miliki, yaitu:  Moral knowing, yaitu pengetahuan tentang moral. Ada 6 yang berlaku di Hexagon City. Moral feeling, yaitu perasaan tentang moral. Ada 6 yang harus mampu dirasakan oleh para Hexagonia. Moral action, yaitu bagaimana membuat pengetahuan moral dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata. Bisa dilihat dari 3 hal yaitu komp...

Ibu, Kuatlah! Demi Surga Anakmu!

Para pengikut yang setia mendampingi Abdullah bin Zubair makin sedikit, dan ia mengkhawatirkan keselamatan mereka. Tetapi mereka ini tidak mau meninggalkannya sendirian sebagaimana teman-temannya walau nyawa harus menjadi taruhannya. Abdullah bin Zubair menemui ibunya, Asma’ binti Abu Bakar, yang telah berusia hampir 100 tahun dan telah buta matanya. Dia datang untuk mendiskusikan masalah yang dihadapinya. Abdullah bin Zubair menceritakan kepada ibunya situasi yang sedang dihadapinya. Termasuk berbagai kemungkinan yang akan terjadi pada pasukan yang dipimpinnya. Jumlahnya memang sangat sedikit. Mendengar penuturan putranya tersebut, Asma’ jadi teringat dengan "ramalan" Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam saat melahirkannya. Inilah masa yang digambarkan oleh Rasulullah untuk putranya, dan ternyata ia ditakdirkan untuk menyaksikan kejadian tragis tersebut. Sebagai seorang ibu yang berhati tegar dan sangat teguh memegang kebenaran, Asma’ berkata, ...