Bulan lalu, melalui HIMA, saya membuat sebuah acara sharing sesama member dengan tema self love dan self care. Narasumbernya tentu saja bukan saya, heu. Sebelumnya saya beberapa kali membaca tentang self care dan pernah mengikuti webinar tentang self love, tapi saya masih merasa bias dengan keduanya. Setelah mengikuti sharing dari teman di komunitas, saya baru ngeh perbedaan keduanya. Ternyata dibanding self care, saat ini saya lebih butuh self love. Dan self love ini ternyata memang berkaitan dengan bahasa cinta kita masing-masing loh. Dulu, saya berpikir bahwa bahasa cinta saya itu cenderung ke sentuhan dan waktu berkualitas. Nggak salah sih, saya memang lebih memilih untuk bersama dengan orang yang dicintai meski nggak ngapa-ngapain daripada dikasih sesuatu. Tapi ternyata kata-kata positif menjadi bahasa cinta yang cukup dominan terutama apresiasi dan validasi. Entah memang iya atau hanya karena saya merasa kurang apresiasi aja. Hanya saja, yang saya rasakan setelah saya menuli...
kumpulan letupan pikiran bundanya Faiq-Syaura-Tsabita yang sempat tertangkap aksara