Langsung ke konten utama

Rapor saya di KLIP

Nggak terasa yaa udah masuk Maret aja, dan Maretnya udah tanggal 10! Dan tahu nggak sih? Di KLIP ternyata ada rapornya loh! Hehehe... 
Januari, Februari, saya nggak konsisten nulis. Nggak konsisten setor. Alhasil rapor saya jelek. Saya dinyatakan hampir gugur karena selama Januari dan Februari lalu nggak dapat badge sama sekali. Heu... Kalo saya mau terus lanjut namanya ada di form setoran, saya harus dapat badge bulan ini. Hmmm... Apakah saya bisa? Akan saya coba! 

Pas kapan itu saya pernah denger kalo KLIP memang nggak direkomendasikan untuk yang baru belajar nulis atau yang mau coba-coba aja. Kayak saya gini. Ternyata bener ya... Beneran menantang, butuh komitmen tinggi, butuh konsistensi tinggi, dan kalau cuma ikut-ikutan aja yaa.. Jadinya bakalan kayak saya ini. Dih malu euyyy... 

Tapi saya pengen coba lagi bulan ini, meski dua bulan terakhir rapor saya jelek terus... 
Saya pengen coba lagi karena saya ngerasa sebenernya menulis memang bantu saya jadi lebih baik. Entah itu sebagai sarana decluttering, sarana self healing, sarana menyimpan kenangan baik, dll. 

Kalau saya ingat-ingat, kayaknya kunci kegagalan saya selama dua bulan kemarin adalah rasa malas dan rasa terbebani dengan ketentuan minimal 300 kata. Hmmm... Sama mungkin rasa nggak percaya diri dengan tulisan sendiri ya, hehe... Ngerasa tulisannya nggak Muti karena isinya cuma curhat 😬

Semoga di bulan ini dan seterusnya saya bisa menghempaskan rasa minder itu dan bisa konsisten setor tulisan. Aamiin ya Rabb... 

Dirikuuuu~
Nggak apa-apa tulisannya kayak gini juga, cuma curhat-curhat dan nggak jelas, nggak apa-apa...
Tulisanmu nggak harus bermanfaat buat orang lain kok... 
Yang paling butuh manfaat dari tulisan atau proses menulismu adalah dirimu sendiri, jadi ya nggak apa-apa kalau tulisanmu kayak gini. Yang penting kamu merasakan manfaatnya... 

Tetap semangat yaaa dirikuuu~ 


*notes
Barusan saya cek jumlah kata, ternyata baru 281 kata, dan saya ngerasa... Kesal. Hehehe... Kesal kok ternyata belum nyampe 300 kata, padahal rasanya udah banyak yang ditulis. Dan udah nggak ada lagi yang pengen saya sampaikan. Tapi ternyata masih kurang dari 300 hehehe... 
Selama ini memang ketentuan minimal 300 kata ini yang jadi salah satu limiting belief saya sih, hehehe... Dahlah kayaknya nggak bakal nyampe 300, gitu pikir saya... 

Kayaknya setelah saya nulis notes ini udah nembus 300 kata nih, hihihi... 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Jurnal 4 : SMART Goals dan Sumber Daya

Di sistem umpan balik yang keempat ini saya mendapatkan buddy dari Jakarta, mbak Helena namanya. Beliau seorang ibu bekerja di ranah domestik dan juga aktif sebagai blogger. Saat berkenalan beliau cerita bahwa beliau pernah tinggal di Palu! Obrolan seputar tempat wisata di Palu dan sekitarnya pun mengalir. Ah, rasanya ingin sekali pandemi cepat berlalu jadi saya bisa jalan-jalan yang agak jauh lagi. Sudah lama berencana ke Donggala lagi, atau ke Poso, tapi karena Pandemi jadi tertunda. Paling jauh ke Sibedi di Sigi 😅 Selain ngobrolin tempat wisata di Palu dan sekitarnya, kami juga ngobrolin proses menjalankan tantangan 4 kemarin. Ternyata mbak Helena sama seperti saya yang berjalan bersama tim keluarga, bedanya mbak Helena melibatkan anak-anaknya sedangkan saya hanya dengan suami saja. Proses menentukan SMART Goals pun tidak terlalu sulit, diskusi yang terjadi di tim beliau berjalan lebih santai dan lebih mudah dari sebelumnya. Melihat SMART Goals dan milestone yang dibuat oleh mbak H...

Membangun Karakter di Hexagon City

Pekan ini saya kembali dibuat terkagum-kagum dengan Hexagon City. Konsep Character to Nation yang disampaikan founding mother membuat saya pribadi merinding. Bagaimana tidak? Beliau ingin kami memiliki karakter moral yang sama sebagai Hexagonia untuk membangun peradaban  Hexagon City. Karakter moral yang beliau maksud juga sama dengan karakter moral Ibu Profesional. Karakter moral sendiri diartikan sebagai kumpulan kualitas perilaku moral yang bisa menyatukan dan mendefinisikan secara budaya sebagai perbedaan dari warga lain. Kesamaan karakter moral akan menjadi identitas suatu kelompok. Di Hexagon City ada 3 komponen karakter moral yang harus kami miliki, yaitu:  Moral knowing, yaitu pengetahuan tentang moral. Ada 6 yang berlaku di Hexagon City. Moral feeling, yaitu perasaan tentang moral. Ada 6 yang harus mampu dirasakan oleh para Hexagonia. Moral action, yaitu bagaimana membuat pengetahuan moral dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata. Bisa dilihat dari 3 hal yaitu komp...

Ibu, Kuatlah! Demi Surga Anakmu!

Para pengikut yang setia mendampingi Abdullah bin Zubair makin sedikit, dan ia mengkhawatirkan keselamatan mereka. Tetapi mereka ini tidak mau meninggalkannya sendirian sebagaimana teman-temannya walau nyawa harus menjadi taruhannya. Abdullah bin Zubair menemui ibunya, Asma’ binti Abu Bakar, yang telah berusia hampir 100 tahun dan telah buta matanya. Dia datang untuk mendiskusikan masalah yang dihadapinya. Abdullah bin Zubair menceritakan kepada ibunya situasi yang sedang dihadapinya. Termasuk berbagai kemungkinan yang akan terjadi pada pasukan yang dipimpinnya. Jumlahnya memang sangat sedikit. Mendengar penuturan putranya tersebut, Asma’ jadi teringat dengan "ramalan" Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam saat melahirkannya. Inilah masa yang digambarkan oleh Rasulullah untuk putranya, dan ternyata ia ditakdirkan untuk menyaksikan kejadian tragis tersebut. Sebagai seorang ibu yang berhati tegar dan sangat teguh memegang kebenaran, Asma’ berkata, ...