Langsung ke konten utama

5 Cara Agar Balita Anda Percaya Diri

Tidak ada orangtua yang ingin melihat balitanya rendah diri. Namun sayangnya terkadang sesuatu berjalan tidak sesuai dengan keinginan kita. Banyak balita yang mengalami krisis percaya diri, dan tugas orangtua untuk membantunya mengembangkan kepercayaan dirinya. Dilansir melalui Popsugar, ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan.

1. Kenali Perasaannya
Jika Anda tahu Si Kecil sedang merasa sedih atau kurang percaya diri saat melakukan sesuatu, dengarkanlah keluh-kesahnya. Ini akan menolongnya mengidentifikasi permasalah yang ia rasakan dan tawarkan solusi yang bisa dilakukannya.

2. Patahkan Rasa Pesimisnya
Seseorang dapat menjadi putus asa karena pikiran negatifnya sendiri, termasuk Si Kecil. Jadi, setiap ia mulai merasa ia tidak dapat melakukan sesuatu, segeralah menyemangatinya agar ia optimis. Misalnya, saat ia merasa tidak bisa mendapatkan teman di sekolah nanti, beri tahu kelebihan-kelebihannya dan mampu mendapatkan teman karena ia anak yang baik.

3. Hindari Membandingkan Si Kecil
Pasti rasanya sedih bukan kalau Anda dibandingkan dengan orang lain? Begitu juga Si Kecil. Hindari membanding-bandingkan dirinya dengan adik, kakak, atau saudara-saudaranya untuk menghindari rasa rendah diri muncul dalam dirinya.

4. Bangun Lingkungan yang Positif
Ada yang mengatakan kasih sayang berasal dari rumah, begitu pula rasa percaya diri. Dengan melakukan sedikit perubahan, Anda dapat menciptakan lingkungan yang bisa meningkatkan rasa percaya diri Si Kecil serta empatinya kepada sesama.

5. Cinta Tanpa Syarat
Akan lebih mudah bagi Si Kecil menghadapi kesulitan dalam hidupnya, jika ia mendapatkan dukungan penuh dari keluarga. Karenanya, selalu ingatkan Si Kecil kalau Anda akan berada di sisinya meskipun ia melakukan kesalahan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Jurnal 4 : SMART Goals dan Sumber Daya

Di sistem umpan balik yang keempat ini saya mendapatkan buddy dari Jakarta, mbak Helena namanya. Beliau seorang ibu bekerja di ranah domestik dan juga aktif sebagai blogger. Saat berkenalan beliau cerita bahwa beliau pernah tinggal di Palu! Obrolan seputar tempat wisata di Palu dan sekitarnya pun mengalir. Ah, rasanya ingin sekali pandemi cepat berlalu jadi saya bisa jalan-jalan yang agak jauh lagi. Sudah lama berencana ke Donggala lagi, atau ke Poso, tapi karena Pandemi jadi tertunda. Paling jauh ke Sibedi di Sigi 😅 Selain ngobrolin tempat wisata di Palu dan sekitarnya, kami juga ngobrolin proses menjalankan tantangan 4 kemarin. Ternyata mbak Helena sama seperti saya yang berjalan bersama tim keluarga, bedanya mbak Helena melibatkan anak-anaknya sedangkan saya hanya dengan suami saja. Proses menentukan SMART Goals pun tidak terlalu sulit, diskusi yang terjadi di tim beliau berjalan lebih santai dan lebih mudah dari sebelumnya. Melihat SMART Goals dan milestone yang dibuat oleh mbak H...

Membangun Karakter di Hexagon City

Pekan ini saya kembali dibuat terkagum-kagum dengan Hexagon City. Konsep Character to Nation yang disampaikan founding mother membuat saya pribadi merinding. Bagaimana tidak? Beliau ingin kami memiliki karakter moral yang sama sebagai Hexagonia untuk membangun peradaban  Hexagon City. Karakter moral yang beliau maksud juga sama dengan karakter moral Ibu Profesional. Karakter moral sendiri diartikan sebagai kumpulan kualitas perilaku moral yang bisa menyatukan dan mendefinisikan secara budaya sebagai perbedaan dari warga lain. Kesamaan karakter moral akan menjadi identitas suatu kelompok. Di Hexagon City ada 3 komponen karakter moral yang harus kami miliki, yaitu:  Moral knowing, yaitu pengetahuan tentang moral. Ada 6 yang berlaku di Hexagon City. Moral feeling, yaitu perasaan tentang moral. Ada 6 yang harus mampu dirasakan oleh para Hexagonia. Moral action, yaitu bagaimana membuat pengetahuan moral dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata. Bisa dilihat dari 3 hal yaitu komp...

Ibu, Kuatlah! Demi Surga Anakmu!

Para pengikut yang setia mendampingi Abdullah bin Zubair makin sedikit, dan ia mengkhawatirkan keselamatan mereka. Tetapi mereka ini tidak mau meninggalkannya sendirian sebagaimana teman-temannya walau nyawa harus menjadi taruhannya. Abdullah bin Zubair menemui ibunya, Asma’ binti Abu Bakar, yang telah berusia hampir 100 tahun dan telah buta matanya. Dia datang untuk mendiskusikan masalah yang dihadapinya. Abdullah bin Zubair menceritakan kepada ibunya situasi yang sedang dihadapinya. Termasuk berbagai kemungkinan yang akan terjadi pada pasukan yang dipimpinnya. Jumlahnya memang sangat sedikit. Mendengar penuturan putranya tersebut, Asma’ jadi teringat dengan "ramalan" Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam saat melahirkannya. Inilah masa yang digambarkan oleh Rasulullah untuk putranya, dan ternyata ia ditakdirkan untuk menyaksikan kejadian tragis tersebut. Sebagai seorang ibu yang berhati tegar dan sangat teguh memegang kebenaran, Asma’ berkata, ...