Langsung ke konten utama

Tawangmangu Project (Part 1)

Wacana berwisata ke Tawangmangu sebenarnya sudah diagendakan sejak jauh-jauh hari saat kami kembali dari kampung halaman, tapi apa daya selalu gagal karena personil gantian sakit. Nah, sekarang saat semua sudah sehat, dan insya Allah udah niat banget buat piknik, kami sepakat untuk merealisasikan rencana piknik ke Tawangmangu hari Sabtu besok. Mumpung libur kuliah ayah masih sisa dua minggu lagi. Nanti nyesel kalo tahu-tahu udah masuk kuliah dan ternyata kami belum jadi piknik kemana-mana. Haha.

Sore ini ayah mengajak bunda, kakak, dan adik jalan-jalan ke Solo Grand Mall. Sesekali ke mall katanya. Hahaha. Tapi bener, kami memang jaraaaaaanggg banget ke mall. Udah setahun di Solo dan ini kali kedua kami ke Solo Grand Mall. Ke Paragon baru sekali, duluuuu jaman masih hamil adik, uk 34 minggu. Ahihihi. Ke Solo Square? Belom pernaaahh. Jauuuhh soalnya 😂😂

Duh. Kenapa deh jadi bahas mall. Oke lanjut.

Nah, berhubung besok kami berencana untuk ke Tawangmangu, kami gunakan waktu makan sebagai sesi family forum. Kami merencanakan apa saja yang akan kami lakukan sebelum berangkat, mau bawa bekal apa, mau main kemana aja nantinya, durasi mainnya seberapa lama.
Saya sudah lama mengajukan tempat untuk dikunjungi jika kami mau ke Tawangmangu : Taman New Balekambang dan bukit Sekipan. Karena besok rencananya kami ke sana bersama keluarga temennya ayah, maka agenda kami bisa jadi terlaksana bisa juga tidak. Hehe.

Jadi, hasil dari family forum nya gimana?

Insya Allah besok pagi jam 7 kami berangkat jalan-jalan ke Tawangmangu. Karena kami berperjalanan menggunakan motor, maka artinya motor harus siap dan kelengkapan anak-anak pun harus siap.

Karena berkendara cukup jauh dengan mengajak bayi dan balita, kami harus menyiapkan bekal yang cukup dan sesuai. Tugas bunda nantinya menyiapkan makan, snack, dan minum untuk kakak adik dan juga ayah. Jangan lupa juga untuk membawa obat-obatan dan baju ganti.

Pimpinan proyek kali ini adalah ayah, dan seksi repotnya adalah bunda. Kakak dan adik sebagai tim penyemangat saja. Hahaha.

Malam ini bunda mengecek kesiapan untuk besok, diantaranya :

✅ Baju ganti
✅ Obat-obatan
✅ Cemilan (berupa buah-buahan segar)
✅ Air minum
✅ Baju renang kakak, barangkali kakak minta berenang
✅ Motor dalam kondisi prima dan bahan bakarnya full
✅ Bahan makanan untuk dimasak besok pagi untuk sarapan dan bekal

Yang belum dilakukan :

ℹ️ merapikan rumah agar saat ditinggal rumah dalam keadaan rapi, nanti saat datang disambut dengan ruangan rapi. Aaaahh, soo naiiiissss 😍😍

Karanganyar, 11 Agustus 2017

#Day2
#Level3
#Tantangan10Hari
#MyFamilyMyTeam
#KuliahBunsayIIP




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aliran Rasa Bunda Cekatan

Setiap tahapan belajar di IIP selalu mencerahkan dan menggugah. Setiap perjalanan yang dilalui pun selalu penuh dengan emosi. Ada bahagia, haru, kecewa, sedih, bosan, bahkan marah. Tapi, tentu saja, di situlah seninya. Di situlah cara saya menyesap setiap ilmu yang saya dapat, agar nantinya saya bisa lebih mudah memanggilnya kembali saat dibutuhkan. Kelas Bunda Cekatan, kelas yang saya tunggu setahun lebih sejak lulus dari kelas Bunda Sayang. Kelas yang saat saya ikuti, saya juga teman-teman lainnya menjadi angkatan pertama. Bagaimana rasanya menjadi angkatan pertama? Excited! Saya pribadi rasanya sangat gembira, terlebih setalah mengetahui bahwa hampir setiap pekannya kami menerima kejutan dari Ibu. Ya, kami sebagai angkatan pertama difasilitasi langsung oleh Bu Septi, founder IIP. Pernah merasakan kelas Matrikulasi, kelas Bunda Sayang, kemudian kelas Bunda Cekatan, saya merasa kelas Bunda Cekatan adalah kelas yang paling menyenangkan dan menumbuhkan. Hal-hal yang membuat saya sangat

Bahasa Cinta

Bulan lalu, melalui HIMA, saya membuat sebuah acara sharing sesama member dengan tema self love dan self care. Narasumbernya tentu saja bukan saya, heu. Sebelumnya saya beberapa kali membaca tentang self care dan pernah mengikuti webinar tentang self love, tapi saya masih merasa bias dengan keduanya. Setelah mengikuti sharing dari teman di komunitas, saya baru ngeh perbedaan keduanya. Ternyata dibanding self care, saat ini saya lebih butuh self love. Dan self love ini ternyata memang berkaitan dengan bahasa cinta kita masing-masing loh.  Dulu, saya berpikir bahwa bahasa cinta saya itu cenderung ke sentuhan dan waktu berkualitas. Nggak salah sih, saya memang lebih memilih untuk bersama dengan orang yang dicintai meski nggak ngapa-ngapain daripada dikasih sesuatu. Tapi ternyata kata-kata positif menjadi bahasa cinta yang cukup dominan terutama apresiasi dan validasi. Entah memang iya atau hanya karena saya merasa kurang apresiasi aja. Hanya saja, yang saya rasakan setelah saya menuliskan