Langsung ke konten utama

Refleksi Project Ramadhan Bersinar

Alhamdulillah bulan Ramadhan yang istimewa sudah berhasil kami lewati. Bagi saya pribadi, Alhamdulilah saya bisa mencapai high energy ending dan melanjutkan habit positif yang sudah terbentuk selama Ramadhan.


Karena sebelumnya saya pernah memposting tentang project Ramadhan Bersinar di sini, maka tidak afdol rasanya kalau saya nggak posting refleksinya di sini juga. So, here it is!

Alhamdulilah secara umum project ini bisa terlaksana dengan lancar. Ada beberapa perubahan dari yang sudah direncanakan, yaitu :

Pra Ramadhan :
- Menghias rumah bukan dengan sesuatu yang ada kaitannya dengan bulan Ramadhan, tetapi dengan gambar yang anak-anak inginkan.

Selama Ramadhan :
- Tadabbur ayat yang kemudian dibuat jurnalnya yang semula direncanakan satu hari satu ayat diubah menjadi sepekan minimal satu ayat.

Kegiatan yang paling disukai anak-anak adalah membuat hidangan berbuka puasa bersama, berbagi makanan ke tetangga, mendengarkan kisah dari Al Qur'an, dan mengamati bulan setiap malam. Sedangkan kegiatan baru favorit saya adalah tadabbur ayat dan membuat jurnal Al Qur'an. Insya Allah kegiatan ini masih berlanjut sampai sekarang.

Beberapa hal yang perlu ditingkatkan antara lain :

- Membangun kebiasaan bangun lebih awal pada anak-anak
- Menemukan metode lain untuk membuat anak mau mengaji dengan suka rela


Oh iya, lebaran kali ini adalah lebaran yang istimewa, karena dunia masih mengalami pandemi Covid-19. Kami hanya di rumah saja, silaturahim secara online. Meski begitu kami tetap menyediakan hidangan lebaran (saya masak sendiri dong! Yeiyy!), dan memakai pakaian terbaik, Alhamdulilah...

Berkaca dari project Ramadhan kemarin, saya memutuskan untuk membuat Post Ramadhan Project Untuk diri sendiri, tidak melibatkan anak-anak. Post Ramadhan Project ini pun sebagai bagian dari Blow Project saya. Alhamdulillah selama Syawal ini masih berjalan lancar, semoga bisa lanjut ke bulan-bulan berikutnya, aamiin...


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Jurnal 4 : SMART Goals dan Sumber Daya

Di sistem umpan balik yang keempat ini saya mendapatkan buddy dari Jakarta, mbak Helena namanya. Beliau seorang ibu bekerja di ranah domestik dan juga aktif sebagai blogger. Saat berkenalan beliau cerita bahwa beliau pernah tinggal di Palu! Obrolan seputar tempat wisata di Palu dan sekitarnya pun mengalir. Ah, rasanya ingin sekali pandemi cepat berlalu jadi saya bisa jalan-jalan yang agak jauh lagi. Sudah lama berencana ke Donggala lagi, atau ke Poso, tapi karena Pandemi jadi tertunda. Paling jauh ke Sibedi di Sigi 😅 Selain ngobrolin tempat wisata di Palu dan sekitarnya, kami juga ngobrolin proses menjalankan tantangan 4 kemarin. Ternyata mbak Helena sama seperti saya yang berjalan bersama tim keluarga, bedanya mbak Helena melibatkan anak-anaknya sedangkan saya hanya dengan suami saja. Proses menentukan SMART Goals pun tidak terlalu sulit, diskusi yang terjadi di tim beliau berjalan lebih santai dan lebih mudah dari sebelumnya. Melihat SMART Goals dan milestone yang dibuat oleh mbak H...

Membangun Karakter di Hexagon City

Pekan ini saya kembali dibuat terkagum-kagum dengan Hexagon City. Konsep Character to Nation yang disampaikan founding mother membuat saya pribadi merinding. Bagaimana tidak? Beliau ingin kami memiliki karakter moral yang sama sebagai Hexagonia untuk membangun peradaban  Hexagon City. Karakter moral yang beliau maksud juga sama dengan karakter moral Ibu Profesional. Karakter moral sendiri diartikan sebagai kumpulan kualitas perilaku moral yang bisa menyatukan dan mendefinisikan secara budaya sebagai perbedaan dari warga lain. Kesamaan karakter moral akan menjadi identitas suatu kelompok. Di Hexagon City ada 3 komponen karakter moral yang harus kami miliki, yaitu:  Moral knowing, yaitu pengetahuan tentang moral. Ada 6 yang berlaku di Hexagon City. Moral feeling, yaitu perasaan tentang moral. Ada 6 yang harus mampu dirasakan oleh para Hexagonia. Moral action, yaitu bagaimana membuat pengetahuan moral dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata. Bisa dilihat dari 3 hal yaitu komp...

Ibu, Kuatlah! Demi Surga Anakmu!

Para pengikut yang setia mendampingi Abdullah bin Zubair makin sedikit, dan ia mengkhawatirkan keselamatan mereka. Tetapi mereka ini tidak mau meninggalkannya sendirian sebagaimana teman-temannya walau nyawa harus menjadi taruhannya. Abdullah bin Zubair menemui ibunya, Asma’ binti Abu Bakar, yang telah berusia hampir 100 tahun dan telah buta matanya. Dia datang untuk mendiskusikan masalah yang dihadapinya. Abdullah bin Zubair menceritakan kepada ibunya situasi yang sedang dihadapinya. Termasuk berbagai kemungkinan yang akan terjadi pada pasukan yang dipimpinnya. Jumlahnya memang sangat sedikit. Mendengar penuturan putranya tersebut, Asma’ jadi teringat dengan "ramalan" Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam saat melahirkannya. Inilah masa yang digambarkan oleh Rasulullah untuk putranya, dan ternyata ia ditakdirkan untuk menyaksikan kejadian tragis tersebut. Sebagai seorang ibu yang berhati tegar dan sangat teguh memegang kebenaran, Asma’ berkata, ...