Langsung ke konten utama

TAKSINA Matpok 5 Matrikulasi Reborn HEbAT Community Batch 2

Materi pokok yang kelima berjudul Kreativitas dalam Pengasuhan HEbAT. Kali ini kami membicarakan seputar persepsi kreativitas. Setelah membaca materi dan menyimak diskusi saya jadi semakin memahami langkah pengasuhan yang kami lakukan selama ini pun sudah menerapkan kreativitas yang disebutkan oleh pemateri.


Salah satu aksi 4T yang kami lakukan adalah memfasilitasi anak-anak dengan banyak buku bacaan tanpa perlu membelinya. 

1. Tandai
Tantangan yang kami hadapi saat pindah dari Solo ke Palu salah satunya adalah mengirim barang. Hampir semua barang yang dikirim adalah buku bacaan. Karena beberapa hal, pengiriman barang menjadi tertunda dalam waktu yang cukup lama. Anak-anak kami yang terbiasa dibacakan banyak buku setiap hari menjadi sedih dan murung saat tahu harus melalui hari tanpa buku, atau dengan buku yang seadanya.

2. Temukan
Ketiadaan buku dengan jumlah banyak membuat anak-anak sedih dan kekurangan bacaan. Kami pun saat itu belum bisa mengirim barang karena mertua tidak begitu paham dengan pengiriman, dan suami tidak bisa pulang ke Jawa untuk melakukan pengiriman barang.

3. Telusuri
Anak-anak biasa dibacakan buku, kali ini buku hanya sedikit dan mereka bosan. Kami belum bisa kirim barang, juga belum memungkinkan jika harus membeli banyak buku setiap pekan 😅

4. Tentukan
Solusinya yang kami lakukan adalah dengan membacakan mereka buku elektronik dari ipusnas, e-perpusdikbud, dan roomtoread. Alat yang kami gunakan adalah gawai dan internet. Anak-anak tetap bisa dibacakan banyak buku, mereka jadi happy, kami pun tidak perlu mengeluarkan banyak biaya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Jurnal 4 : SMART Goals dan Sumber Daya

Di sistem umpan balik yang keempat ini saya mendapatkan buddy dari Jakarta, mbak Helena namanya. Beliau seorang ibu bekerja di ranah domestik dan juga aktif sebagai blogger. Saat berkenalan beliau cerita bahwa beliau pernah tinggal di Palu! Obrolan seputar tempat wisata di Palu dan sekitarnya pun mengalir. Ah, rasanya ingin sekali pandemi cepat berlalu jadi saya bisa jalan-jalan yang agak jauh lagi. Sudah lama berencana ke Donggala lagi, atau ke Poso, tapi karena Pandemi jadi tertunda. Paling jauh ke Sibedi di Sigi 😅 Selain ngobrolin tempat wisata di Palu dan sekitarnya, kami juga ngobrolin proses menjalankan tantangan 4 kemarin. Ternyata mbak Helena sama seperti saya yang berjalan bersama tim keluarga, bedanya mbak Helena melibatkan anak-anaknya sedangkan saya hanya dengan suami saja. Proses menentukan SMART Goals pun tidak terlalu sulit, diskusi yang terjadi di tim beliau berjalan lebih santai dan lebih mudah dari sebelumnya. Melihat SMART Goals dan milestone yang dibuat oleh mbak H...

Membangun Karakter di Hexagon City

Pekan ini saya kembali dibuat terkagum-kagum dengan Hexagon City. Konsep Character to Nation yang disampaikan founding mother membuat saya pribadi merinding. Bagaimana tidak? Beliau ingin kami memiliki karakter moral yang sama sebagai Hexagonia untuk membangun peradaban  Hexagon City. Karakter moral yang beliau maksud juga sama dengan karakter moral Ibu Profesional. Karakter moral sendiri diartikan sebagai kumpulan kualitas perilaku moral yang bisa menyatukan dan mendefinisikan secara budaya sebagai perbedaan dari warga lain. Kesamaan karakter moral akan menjadi identitas suatu kelompok. Di Hexagon City ada 3 komponen karakter moral yang harus kami miliki, yaitu:  Moral knowing, yaitu pengetahuan tentang moral. Ada 6 yang berlaku di Hexagon City. Moral feeling, yaitu perasaan tentang moral. Ada 6 yang harus mampu dirasakan oleh para Hexagonia. Moral action, yaitu bagaimana membuat pengetahuan moral dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata. Bisa dilihat dari 3 hal yaitu komp...

Ibu, Kuatlah! Demi Surga Anakmu!

Para pengikut yang setia mendampingi Abdullah bin Zubair makin sedikit, dan ia mengkhawatirkan keselamatan mereka. Tetapi mereka ini tidak mau meninggalkannya sendirian sebagaimana teman-temannya walau nyawa harus menjadi taruhannya. Abdullah bin Zubair menemui ibunya, Asma’ binti Abu Bakar, yang telah berusia hampir 100 tahun dan telah buta matanya. Dia datang untuk mendiskusikan masalah yang dihadapinya. Abdullah bin Zubair menceritakan kepada ibunya situasi yang sedang dihadapinya. Termasuk berbagai kemungkinan yang akan terjadi pada pasukan yang dipimpinnya. Jumlahnya memang sangat sedikit. Mendengar penuturan putranya tersebut, Asma’ jadi teringat dengan "ramalan" Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam saat melahirkannya. Inilah masa yang digambarkan oleh Rasulullah untuk putranya, dan ternyata ia ditakdirkan untuk menyaksikan kejadian tragis tersebut. Sebagai seorang ibu yang berhati tegar dan sangat teguh memegang kebenaran, Asma’ berkata, ...