Langsung ke konten utama

Dear Ita...

Dear Ita...

Tidak ada yang memintamu menjadi sempurna. Tidak suamimu, tidak anak-anakmu, tidak orangtuamu, tidak siapapun. Maka, kamu pun tidak perlu harus menjadi sempurna. Karena, sungguh berusaha untuk menjadi sempurna itu melelahkan...


Dear Ita...

Nggak ada sumber rujukan yang paling benar soal peran hidup kita kecuali Al Qur'an dan hadits. Maka, kamu nggak perlu risau kalau begitu banyak literatur yang kamu baca dan ternyata berbeda dengan keadaanmu. Selama tidak menyalahi aturan Allah tidak apa-apa kan?


Dear Ita...

Barangkali memang kamu perlu lebih banyak melihat sisi tak sempurna dari kehidupan. Barangkali memang kamu perlu lebih banyak membaca kisah kegagalan. Agar kamu tak lagi tertekan dengan kesempurnaan. Juga agar kamu bisa lebih sayang pada dirimu sendiri.


Dear Ita...

Nggak apa-apa. Salah itu wajar. Kamu manusia kok, bukan malaikat. Pernah mengulang kesalahan yang sama juga nggak papa. Barangkali memang perlu berkali-kali melakukan kesalahan yang sama sebelum akhirnya kamu paham sepenuhnya dan bangkit.


Dear Ita...

Sudah ya, jangan merasa insecure lagi dengan setiap kekurangan yang kamu miliki...

Kamu nggak harus sempurna untuk bisa diterima, dan kalau pun kamu sempurna, nggak semua orang akan menerimamu. Jadi, sempurna atau nggak sempurna itu sebenarnya sama aja. 


Yuk, mulai menerima diri dengan lebih baik, mencintai diri lebih baik, mendengar dan mengamati diri lebih baik, agar panca indramu juga bisa lebih awas dalam menangkap sinyal cinta dari Tuhanmu juga anak-anak dan suamimu.


Aku mencintaimu, tulus, apa adanya dirimu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Jurnal 4 : SMART Goals dan Sumber Daya

Di sistem umpan balik yang keempat ini saya mendapatkan buddy dari Jakarta, mbak Helena namanya. Beliau seorang ibu bekerja di ranah domestik dan juga aktif sebagai blogger. Saat berkenalan beliau cerita bahwa beliau pernah tinggal di Palu! Obrolan seputar tempat wisata di Palu dan sekitarnya pun mengalir. Ah, rasanya ingin sekali pandemi cepat berlalu jadi saya bisa jalan-jalan yang agak jauh lagi. Sudah lama berencana ke Donggala lagi, atau ke Poso, tapi karena Pandemi jadi tertunda. Paling jauh ke Sibedi di Sigi 😅 Selain ngobrolin tempat wisata di Palu dan sekitarnya, kami juga ngobrolin proses menjalankan tantangan 4 kemarin. Ternyata mbak Helena sama seperti saya yang berjalan bersama tim keluarga, bedanya mbak Helena melibatkan anak-anaknya sedangkan saya hanya dengan suami saja. Proses menentukan SMART Goals pun tidak terlalu sulit, diskusi yang terjadi di tim beliau berjalan lebih santai dan lebih mudah dari sebelumnya. Melihat SMART Goals dan milestone yang dibuat oleh mbak H...

Ibu, Kuatlah! Demi Surga Anakmu!

Para pengikut yang setia mendampingi Abdullah bin Zubair makin sedikit, dan ia mengkhawatirkan keselamatan mereka. Tetapi mereka ini tidak mau meninggalkannya sendirian sebagaimana teman-temannya walau nyawa harus menjadi taruhannya. Abdullah bin Zubair menemui ibunya, Asma’ binti Abu Bakar, yang telah berusia hampir 100 tahun dan telah buta matanya. Dia datang untuk mendiskusikan masalah yang dihadapinya. Abdullah bin Zubair menceritakan kepada ibunya situasi yang sedang dihadapinya. Termasuk berbagai kemungkinan yang akan terjadi pada pasukan yang dipimpinnya. Jumlahnya memang sangat sedikit. Mendengar penuturan putranya tersebut, Asma’ jadi teringat dengan "ramalan" Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam saat melahirkannya. Inilah masa yang digambarkan oleh Rasulullah untuk putranya, dan ternyata ia ditakdirkan untuk menyaksikan kejadian tragis tersebut. Sebagai seorang ibu yang berhati tegar dan sangat teguh memegang kebenaran, Asma’ berkata, ...

Perjalanan Belajar Terbang Pekan Pertama

Alhamdulillah sudah sampai di pekan pertama tahap Kupu-kupu. Di pekan ini kami diibaratkan sebagai kupu-kupu muda yang baru belajar terbang.  Pembelajaran kali ini menggunakan fitur baru dari Facebook, yaitu fitur Mentorship. Setiap mahasiswa diminta mendaftar menjadi mentor untuk bidang yang dikuasainya, dan menjadi mentee untuk bidang yang akan dipelajarinya sesuai dengan peta belajarnya. Belajar Terbang Sebagai Mentor Awalnya saya bingung akan menjadi mentor di bidang apa. Saya sempat terpikirkan untuk menjadi mentor mengawal perkembangan anak usia 0-6 tahun. Kemudian keesokan harinya saya teringat bahwa selama lebih dari enam tahun kami sudah hidup tanpa TV dan kami bahagia dengan hal itu. Anak-anak kami tetap memiliki waktu melihat layar atau screentime, tetapi waktunya kami batasi dan durasi waktu tersebut sesuai kesepakatan kami dan anak-anak. Alhamdulillah selama ini anak-anak sangat minim aktivitas layar, sehari hanya maksimal 30 menit saja. Biasanya hanya 10-20 menit. Itu...