Setelah kemarin menuliskan catatan kuliah di sini, kali ini giliran menuliskan jurnal untuk materi pertama. Jurnal kali ini berisi identifikasi masalah beserta cerita yang mengiringinya.
Aku cukup lama memikirkan masalah apa yang akan aku bawa selama 6 bulan ke depan. Bukan karena aku nggak punya masalah, tapi masalahku terlalu banyak jadi aku bingung sendiri mau pilih masalah yang mana hahaha... Bahkan untuk membuat problem statement pun aku kebingungan. Ckckck... Baru diajak nyari masalah aja bingung, gimana mau nyari solusi >.<
Bagian paling sulit namun justru paling krusial adalah menemukan akar masalah. Nah, aku cukup dibikin sakit kepala seharian nih gara-gara yang satu ini. Rasa-rasanya akar masalahku adalah diriku sendiri hahaha... Tapi aku pun bingung apakah akar masalah ini justru menjadi big problemku saat ini? Hmm...
Satu hal yang aku yakini, aku mau menyelesaikan masalah pribadiku atau masalah di keluargaku dulu, karena masalah pribadiku aja banyak 😅 Meski nggak gampang buatku menentukan masalah pribadiku, kurasa karena aku denial... Padahal jelas-jelas itu semua masalah, hiks! Misalnya aku kesulitan ngatur waktu, aku belum berhasil nyapih si bungsu, aku masih suka minder dan insecure, aku masih butuh perhatian, pujian dan pengakuan dari orang lain biar aku PD, aku pengen bisa masak dengan durasi maksimal 30 menit untuk 2 menu, aku sering gagal kalo bikin kue/roti, aku sedih karena banyak buku yang belum kubaca, aku pengen jajan buku, kelas, skincare, dan mainan anak tapi nggak punya penghasilan sendiri, aku geregetan sama inkonsistensiku sendiri, aku kesel rumah berantakan terus, aku pusing file di laptop dan hpku berantakan, aku ngerasa gampang sakit punggung, project buletin keluarga mangkrak, project bank data anak mangkrak, dan masih banyak lagi~ Manalah sempat aku mikirin masalah dunia ini 😆
Setelah aku pikir lagi, sebagian masalah itu emang masalah yang cukup receh dan nggak ganggu banget meski frekuensinya sering, tapi sebenernyaa bisa nyeleseinnya. Bahkan setiap kalo muncul aku bisa selesaikan, tergantung mood dan konsistensiku saat itu, heu. Cuma aku kurang usaha dan latihan aja... Terutama buat yang hard skill kayak masak sama beberes. Jadi yang masak sama beberes insya Allah udah ada solusinya tinggal aku praktekin aja yaa secara konsisten, heu.
Sampai pada suatu hari, tepatnya tanggal 29 Juni yang merupakan Hari Keluarga (Hari KB Nasional), aku menjadi MC/host di acara kuliah zoom Bullying dalam Keluarga yang diselenggarakan oleh Kolaborasi 9 Regional IP, yang salah satunya adalah regionalku, Sulawesi Tengah. Aku tertampar banget sama penjelasan dari narasumber kami, mbak Puri. Aku disadarkan bahwa ternyata aku selama ini adalah pelaku bullying di keluargaku, aku melakukan bully ke anak-anakku. Dalam hal ini utamanya adalah saat aku meminta maaf pada anak-anak aku seringkali membawa-bawa kambing hitam atau melemparkan kesalahan ke orang/hal lain. Padahal kalo salah ya salah aja, minta maaf ya minta maaf aja. Nothing to lose. Lalu yang kedua aku seringkali bersikap over reacting kepada anak-anak, baik itu saat memuji maupun menegur. Ternyata ini bisa merusak konsep diri anak. Ditambah lagi aku habis nonton ODI episode mengajarkan growth mindset pada anak lewat cara memuji anak, jadi klop dan nyambung deh. Ternyata over reacting (dalam hal ini over reacting memuji) juga bisa bikin anak jadi punya pola pikir fixed mindset. Nah, aku nggak mau dong kejadian ini keulang lagi di kemudian hari. Aku nggak mau anak-anakku kelak suka nyari kambing hitam, menyalah-nyalahkan orang lain (aduh ini udah nampak bibitnya di Syaura, hiks...), rusak konsep dirinya, atau juga jadi pelaku bullying. Karena salah satu penyebab anak jadi pelaku bullying salah satunya adalah keluarga yang disfungsi akibat kesalahan pola asuh orang tua.
Akhirnya bismillah aku memilih ini sebagai masalahku. Aku juga mencari-cari info mengenai bullying di keluarga. Data spesifiknya bisa dibilang nggak ada ya, tapi kasus bullying di sekolah, fenomena bullying yang terjadi saat ini awalnya bermula dari keluarga, entah ini karena sebelumnya anak merupakan korban bullying, atau karena anak memiliki konsep diri yang buruk sehingga menjadi pelaku/korban bullying. Nah, setelah aku coret-coret di buku aku lanjut merapikannya ke ke template jurnal dan jadi seperti ini
Jurnalnya menarik mbak ;)
BalasHapus