Langsung ke konten utama

Review Jurnal 1 : Identifikasi Masalah

Ada yang berbeda dengan perkuliahan di etape terakhir ini, yaitu sistem umpan balik. Sistem umpan balik adalah sebuah sistem dimana semua mahasiswa bisa menjadi reviewer bagi jurnal mahasiswa yang lain. Setiap mahasiswa akan mendapatkan 1 jurnal milik mahasiswa lain untuk direview. Pasangan review kita tidak kita pilih sendiri melainkan ditentukan oleh tim formula. Dijodohin ceritanya mah. Nah, di materi 1 ini ternyata saya berjodoh dengan teh Dian alias Bu Walikota Hexagon City alias Mantika! Uwow! Sebuah kejutan yang.... Benar-benar mengejutkan! 

Asli saya grogi, dan sempet nggak PD tentu aja. Duh, saya bagaikan remahan goriorio yang disandingkan dengan Oreo Supreme hahahaha...

Tapi di sisi lain saya justru bersyukur banget loh karena orang yang akan mereview jurnal pertama saya, yang mana adalah pijakan pertama untuk langkah selanjutnya, adalah orang yang insya Allah sangat paham, bahkan mungkin paling paham, dengan materi 1 dan sistem umpan balik ini. Saya sungguh siap menerima review atau masukan apapun dari beliau.

Saya menghubungi beliau setelah pengumuman perjodohan keluar, berkenalan, dan saya dengan nggak tahu malunya bilang kalo saya deg-degan dan grogi wkwkk... Alhamdulillah teh Dian orangnya ramah banget jadi meski kami baru kenal dan saya langsung bilang kalo saya grogi, respon beliau baik, nggak kaku atau apa. Jadi obrolan kami enggak krik krik krik 😁


Hari Jum'at malam kami telponan, karena saya belum begitu paham harus nanya apa jadi saya persilahkan teh Dian mereview saya lebih dulu, saya minta izin untuk mengamati, meniru, dan memodifikasinya. Alhamdulillah teh Dian menyetujuinya.

Sambil telponan kami saling bertukar cerita tentang masalah yang kami tulis dan ambil di jurnal masing-masing. Ternyata ada benang merah yang menghubungkan kami. Teh Dian mengangkat masalah pribadi yang kemudian beliau jadikan masalah sosial (karena banyaknya perempuan yang memiliki masalah serupa), saya pun demikian. Bedanya di Bunsal ini saya belum mulai melangkah ke ranah sosial sedangkan teh Dian sudah. Benang merah berikutnya adalah masalah yang teh Dian angkat sebenarnya juga salah satu yang sedang saya rasakan hahaha... Benang merah ketiga kami sama-sama berusaha berpikir besar untuk membawa perubahan dan berdampak bagi banyak orang melalui masalah yang kami pilih, bedanya teh Dian insya Allah sudah akan memulainya seiring dengan kelas Bunsal ini sedangkan saya insya Allah akan memulainya setelah saya berproses di kelas Bunsal. Dan benang merah yang terakhir kami sama-sama berniat untuk menyelesaikan semua masalah yang kami tulis di template meski yang kami masukkan problem statement dan analisa akar masalah hanya salah satunya saja. 

Masya Allah... Ini nih yang namanya jodoh yaa...

Teh Dian mengambil tema self development. Beliau tertarik menyelesaikan masalah yang kerap dihadapi oleh para ibu yaitu perasaan kurang dalam hidup yang akhirnya berdampak pada rasa percaya diri yang rendah. Teh Dian bilang pernah mengalami hal serupa dan insya Allah saat ini beliau sudah menyelesaikannya dan berusaha membantu ibu lain untuk menyelesaikannya juga. Teh Dian, melalui cerita yang beliau sampaikan melalui telpon dan tuliskan di jurnal, terdengar dan terlihat sangat menguasai masalah yang beliau pilih. Saya sampai bingung harus menulis review apa karena semuanya udah oke. Masya Allah...

Kalau dituangkan ke dalam template hasil review saya ke teh Dian adalah sebagai berikut



Semoga project/masalah yang teh Dian hadapi bisa selesai seiring dengan perjalanan beliau menjadi Ibu Pembaharu di kelas Bunda Salihah ini. Dan semoga setelah lulus dari Bunda Salihah teh Dian bisa membantu banyak ibu yang juga memiliki masalah yang sama dengan yang beliau tulis di jurnal beliau. Aamiin...


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Jurnal 4 : SMART Goals dan Sumber Daya

Di sistem umpan balik yang keempat ini saya mendapatkan buddy dari Jakarta, mbak Helena namanya. Beliau seorang ibu bekerja di ranah domestik dan juga aktif sebagai blogger. Saat berkenalan beliau cerita bahwa beliau pernah tinggal di Palu! Obrolan seputar tempat wisata di Palu dan sekitarnya pun mengalir. Ah, rasanya ingin sekali pandemi cepat berlalu jadi saya bisa jalan-jalan yang agak jauh lagi. Sudah lama berencana ke Donggala lagi, atau ke Poso, tapi karena Pandemi jadi tertunda. Paling jauh ke Sibedi di Sigi 😅 Selain ngobrolin tempat wisata di Palu dan sekitarnya, kami juga ngobrolin proses menjalankan tantangan 4 kemarin. Ternyata mbak Helena sama seperti saya yang berjalan bersama tim keluarga, bedanya mbak Helena melibatkan anak-anaknya sedangkan saya hanya dengan suami saja. Proses menentukan SMART Goals pun tidak terlalu sulit, diskusi yang terjadi di tim beliau berjalan lebih santai dan lebih mudah dari sebelumnya. Melihat SMART Goals dan milestone yang dibuat oleh mbak H...

Membangun Karakter di Hexagon City

Pekan ini saya kembali dibuat terkagum-kagum dengan Hexagon City. Konsep Character to Nation yang disampaikan founding mother membuat saya pribadi merinding. Bagaimana tidak? Beliau ingin kami memiliki karakter moral yang sama sebagai Hexagonia untuk membangun peradaban  Hexagon City. Karakter moral yang beliau maksud juga sama dengan karakter moral Ibu Profesional. Karakter moral sendiri diartikan sebagai kumpulan kualitas perilaku moral yang bisa menyatukan dan mendefinisikan secara budaya sebagai perbedaan dari warga lain. Kesamaan karakter moral akan menjadi identitas suatu kelompok. Di Hexagon City ada 3 komponen karakter moral yang harus kami miliki, yaitu:  Moral knowing, yaitu pengetahuan tentang moral. Ada 6 yang berlaku di Hexagon City. Moral feeling, yaitu perasaan tentang moral. Ada 6 yang harus mampu dirasakan oleh para Hexagonia. Moral action, yaitu bagaimana membuat pengetahuan moral dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata. Bisa dilihat dari 3 hal yaitu komp...

Ibu, Kuatlah! Demi Surga Anakmu!

Para pengikut yang setia mendampingi Abdullah bin Zubair makin sedikit, dan ia mengkhawatirkan keselamatan mereka. Tetapi mereka ini tidak mau meninggalkannya sendirian sebagaimana teman-temannya walau nyawa harus menjadi taruhannya. Abdullah bin Zubair menemui ibunya, Asma’ binti Abu Bakar, yang telah berusia hampir 100 tahun dan telah buta matanya. Dia datang untuk mendiskusikan masalah yang dihadapinya. Abdullah bin Zubair menceritakan kepada ibunya situasi yang sedang dihadapinya. Termasuk berbagai kemungkinan yang akan terjadi pada pasukan yang dipimpinnya. Jumlahnya memang sangat sedikit. Mendengar penuturan putranya tersebut, Asma’ jadi teringat dengan "ramalan" Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam saat melahirkannya. Inilah masa yang digambarkan oleh Rasulullah untuk putranya, dan ternyata ia ditakdirkan untuk menyaksikan kejadian tragis tersebut. Sebagai seorang ibu yang berhati tegar dan sangat teguh memegang kebenaran, Asma’ berkata, ...