Langsung ke konten utama

Review Jurnal 6 : Saatnya Beraksi

Pekan ini padat banget. Diawali dengan event kedua di Kampus Ibu Pembaharu yaitu Kongres Ibu Pembaharu selama 3 hari, 28-30 Oktober. Kami tergabung di grup 13 Pendidikan Bermutu bersama 6 tim lainnya yang mengangkat permasalahan yang sama yaitu komunikasi. Ada yang tentang komunikasi dengan pasangan, dengan anak, dengan orangtua/mertua, ada juga komunikasi di depan publik (public speaking).

Keriuhan kongres terjadi karena kami harus membuat reels-reels yang memuat gagasan grup kami. Proses penentuan gagasan, tagline, dan konsep reels ternyata nggak mudah. Menyatukan beberapa kepala dalam satu tim aja menantang, apalagi menyatukan banyak kepala antar tim dalam satu grup hihihi. Udah gitu saya pun ketemu masalah baru pas mau posting, Instagram project kami hilang tiba-tiba. Nggak bisa log in, dicari username-nya nggak ada, cek email nggak ada, pas mau bikin baru pake username sama nggak bisa ๐Ÿ˜… Jadi ngulang bikin baru deh, huhuhu... Alhamdulillah diskusi di grup berjalan baik dan semua sudah terlewati dengan baik pula.

Dan kini saatnya bikin jurnal review, setelah tertunda di weekend karena agenda di rumah cukup banyak kalo Sabtu Minggu ๐Ÿ˜


Kali ini saya dapat buddy mbak Selna dari IP Bandung. Mbak Selna ternyata memiliki concern di SDGs yang sama dengan saya yaitu Pendidikan Bermutu. Masalah yang diangkat mbak Selna dan timnya adalah mengenai penggunaan gadget di masa kini untuk mendukung proses pengasuhan.

Waktu buka jurnal mbak Selna saya jiper, haha... Attachment progres projectnya rinci sekali... Mantap ๐Ÿคฉ๐Ÿ‘ Beda banget sama saya yang cuma nyertain template aja heu ๐Ÿ™ˆ






Semoga mbak Selna dan tim bisa terus berproses dengan baik serta projectnya bisa berjalan lancar, aamiin...

Saya sendiri penasaran banget sama worksheet gadget challenge-nya, jadi pengen juga ikutan challenge-nya deh, biar bisa lebih optimalkan gadget untuk mendukung pengasuhan yang lebih baik.

Semangat mbak Selna dan tim! ๐Ÿ’ช


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Jurnal 4 : SMART Goals dan Sumber Daya

Di sistem umpan balik yang keempat ini saya mendapatkan buddy dari Jakarta, mbak Helena namanya. Beliau seorang ibu bekerja di ranah domestik dan juga aktif sebagai blogger. Saat berkenalan beliau cerita bahwa beliau pernah tinggal di Palu! Obrolan seputar tempat wisata di Palu dan sekitarnya pun mengalir. Ah, rasanya ingin sekali pandemi cepat berlalu jadi saya bisa jalan-jalan yang agak jauh lagi. Sudah lama berencana ke Donggala lagi, atau ke Poso, tapi karena Pandemi jadi tertunda. Paling jauh ke Sibedi di Sigi ๐Ÿ˜… Selain ngobrolin tempat wisata di Palu dan sekitarnya, kami juga ngobrolin proses menjalankan tantangan 4 kemarin. Ternyata mbak Helena sama seperti saya yang berjalan bersama tim keluarga, bedanya mbak Helena melibatkan anak-anaknya sedangkan saya hanya dengan suami saja. Proses menentukan SMART Goals pun tidak terlalu sulit, diskusi yang terjadi di tim beliau berjalan lebih santai dan lebih mudah dari sebelumnya. Melihat SMART Goals dan milestone yang dibuat oleh mbak H...

Membangun Karakter di Hexagon City

Pekan ini saya kembali dibuat terkagum-kagum dengan Hexagon City. Konsep Character to Nation yang disampaikan founding mother membuat saya pribadi merinding. Bagaimana tidak? Beliau ingin kami memiliki karakter moral yang sama sebagai Hexagonia untuk membangun peradaban  Hexagon City. Karakter moral yang beliau maksud juga sama dengan karakter moral Ibu Profesional. Karakter moral sendiri diartikan sebagai kumpulan kualitas perilaku moral yang bisa menyatukan dan mendefinisikan secara budaya sebagai perbedaan dari warga lain. Kesamaan karakter moral akan menjadi identitas suatu kelompok. Di Hexagon City ada 3 komponen karakter moral yang harus kami miliki, yaitu:  Moral knowing, yaitu pengetahuan tentang moral. Ada 6 yang berlaku di Hexagon City. Moral feeling, yaitu perasaan tentang moral. Ada 6 yang harus mampu dirasakan oleh para Hexagonia. Moral action, yaitu bagaimana membuat pengetahuan moral dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata. Bisa dilihat dari 3 hal yaitu komp...

Ibu, Kuatlah! Demi Surga Anakmu!

Para pengikut yang setia mendampingi Abdullah bin Zubair makin sedikit, dan ia mengkhawatirkan keselamatan mereka. Tetapi mereka ini tidak mau meninggalkannya sendirian sebagaimana teman-temannya walau nyawa harus menjadi taruhannya. Abdullah bin Zubair menemui ibunya, Asmaโ€™ binti Abu Bakar, yang telah berusia hampir 100 tahun dan telah buta matanya. Dia datang untuk mendiskusikan masalah yang dihadapinya. Abdullah bin Zubair menceritakan kepada ibunya situasi yang sedang dihadapinya. Termasuk berbagai kemungkinan yang akan terjadi pada pasukan yang dipimpinnya. Jumlahnya memang sangat sedikit. Mendengar penuturan putranya tersebut, Asmaโ€™ jadi teringat dengan "ramalan" Nabi shalallahu โ€˜alaihi wassalam saat melahirkannya. Inilah masa yang digambarkan oleh Rasulullah untuk putranya, dan ternyata ia ditakdirkan untuk menyaksikan kejadian tragis tersebut. Sebagai seorang ibu yang berhati tegar dan sangat teguh memegang kebenaran, Asmaโ€™ berkata, ...