Langsung ke konten utama

Jurnal 8 Bunda Salihah IIP : Scale Up Impact

Masya Allah Alhamdulillah... Nggak terasa akhirnya sudah sampai di tahap kedelapan perkuliahan Bunda Salihah. Meski nampaknya ini adalah akhir dari perkuliahan, namun sejatinya kami baru akan memulai proses yang sebenarnya di ekosistem Ibu Pembaharu, kalau loloooss~ hehehe... 

Yup. Seperti yang Ibu sampaikan, nggak semuanya bisa masuk ekosistem, hanya mereka yang sungguh-sungguh dan siap. Nanti akan ada seleksinya, dan seleksinya nggak main-main pastinya. Ada panelisnya, ada wawancara juga. Pas denger itu saya deg-degan. Sampe nggak bisa tidur semaleman setelah nyimak live Ibu. Kira-kira kalo yang kayak saya gini layak dan berhak ikut seleksi nggak ya? 😬

Hal lain yang membuat saya berdebar nggak karuan selesai menyimak kuliah dari Ibu adalah karena di tahap ini kami diminta menentukan kelulusan kami sendiri berdasarkan indikator yang kami buat sendiri. Jadi di awal perkuliahan memang sudah disampaikan kalau akan ada kriteria lulus administrasi yang ditentukan oleh tim Bunsal, dan ada kriteria lulus menurut pribadi masing-masing. 

Sejujurnya, kriteria kelulusan saya pribadi lebih ke perasaan ya. Nah mengubah perasaan menjadi sesuatu yang bisa diukur ini nggak mudah... Namun saya akan coba. Bismillah... 

Kriteria layak lulus menurut saya adalah... 
1. Saya menyimak semua perkuliahan dan informantika dengan sungguh-sungguh serta memahaminya. 
2. Saya mengerjakan jurnal sesuai panduan dengan sungguh-sungguh (nggak asal menggugurkan kewajiban aja) 
3. Saya menerima masalah saya dan konsisten membawanya sebagai sesuatu hal yang harus saya selesaikan. 
4. Saya menjalankan peran saya di tim dengan baik. 
5. Saya merasa bahagia selama mengikuti perkuliahan Bunda Salihah. 
6. Saat menemukan tantangan saya tidak mudah menyerah dan tetap bersungguh-sungguh melewati proses, nggak asal-asalan. 
7. Tidak ada lampu kuning atau lampu merah dari suami dan anak-anak selama saya menjalankan perkuliahan. 


Jika 5 dari 7 kriteria di atas bisa saya capai maka saya layak untuk lulus. 
Sekarang mari kita identifikasi satu per satu.
 

1. Saya menyimak semua perkuliahan dan informantika dengan sungguh-sungguh serta memahaminya ✅
Ya, saya menyimak dengan sungguh-sungguh dan memahami seluruh sesi live Ibu dan Informantika. Bisa dilihat dari isi jurnal 1-8 ini dan apa yang saya kerjakan atau ceritakan di jurnal tidak ada yang "nggak nyambung" dengan kuliah Ibu atau Informantika. 

2. Saya mengerjakan jurnal sesuai panduan dengan sungguh-sungguh (nggak asal menggugurkan kewajiban aja) ✅
Ya, jurnal 1-8 saya kerjakan dengan sungguh-sungguh. Bisa dilihat dari narasi, template, dan feedback yang diberikan oleh buddy saya, saya mengerjakan jurnal sesuai panduan dan sungguh-sungguh. 

3. Saya menerima masalah saya dan konsisten membawanya sebagai sesuatu hal yang harus saya selesaikan ✅
Ya, saya menerima masalah saya dan sejak awal hingga akhir saya konsisten dengan masalah yang saya ambil. Bisa dilihat dari jurnal 1-7 saya. 

4. Saya menjalankan peran saya di tim dengan baik ✅
Ya, karena saya memilih untuk membentuk tim sendiri maka saya siap dengan konsekuensi menjadi ketua tim. Selama menjadi ketua tim saya sudah menjalankan peran dengan baik. Hal ini sudah saya kroscek dengan anggota tim. 

5. Saya merasa bahagia selama mengikuti perkuliahan Bunda Salihah ❎
Saya bahagia bisa belajar di Kampus Ibu Pembaharu, namun ada kalanya saya tidak bahagia dengan perkuliahan Bunda Salihah. Ada saat dimana saya merasa denial dengan tugas karena merasa bukan saya banget. Ada saat dimana saya ingin berhenti dari kelas ini. Bahkan di beberapa jurnal saya menyebutkan ingin mengundurkan diri saja. 

6. Saat menemukan tantangan saya tidak mudah menyerah dan tetap bersungguh-sungguh melewati proses, nggak asal-asalan ✅
Seperti yang Ibu sampaikan di awal saat orientasi, perkuliahan Bunda Salihah itu berat. Dibutuhkan energi yang besar dan komitmen yang kuat. Saya merasakan betapa beratnya menjadi satu-satunya mahasiswa di regional sehingga tidak ada teman diskusi, pernah mengajak ngobrol teman-teman di CH tapi yaa kurang terasa energinya, mungkin karena kami udah nggak satu tim lagi di perkuliahan ini. Selain itu keseharian saya sebagai ibu 3 anak, ibu HSer, Ibu rumah tangga tanpa ART, sering ditinggal suami ke luar kota, menjalani peran sebagai Kahima, tentulah membuat tantangan selalu bermunculan. Salah satu tantangan terberat adalah ketika sekeluarga sakit bahkan saya pun hanya bisa rebahan. Namun alhamdulillah atas izin Allah semua bisa terlalui, dan saya tetap bersungguh-sungguh menjalankan perkuliahan ini.

7. Tidak ada lampu kuning atau lampu merah dari suami dan anak-anak selama saya menjalankan perkuliahan ✅
Alhamdulillah... Selama menjalankan perkuliahan Bunda Salihah tidak ada yang dikeluhkan oleh suami maupun anak-anak. Suami dan anak-anak juga menjadi anggota di tim saya di Bunda Salihah. Semua mendukung dengan caranya masing-masing. 


Setelah menjabarkan kriteria dan mengidentifikasinya ternyata saya berhak dan layak lulus dari perkuliahan Bunda Salihah berdasarkan indikator pribadi karena saya memenuhi 6 dari 7 kriteria yang saya tetapkan. 


Selain menetapkan indikator kelulusan pribadi, kami juga diminta membuat video changemaker journey tim. Ingin rasanya bisa membuat video yang keren, namun dengan kondisi yang kami jalani sekarang (suami sedang tugas di luar kota) ini video terbaik yang bisa kami buat. 



Alhamdulillah... Jurnal terakhir di kelas Bunda Salihah selesai. Semoga perjalanan saya dan juga Rumah Fasyabita benar-benar berdampak positif sesuai harapan kami. Aamiin... 

Terima kasih Ibu dan tim Bunda Salihah 💐









Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Jurnal 4 : SMART Goals dan Sumber Daya

Di sistem umpan balik yang keempat ini saya mendapatkan buddy dari Jakarta, mbak Helena namanya. Beliau seorang ibu bekerja di ranah domestik dan juga aktif sebagai blogger. Saat berkenalan beliau cerita bahwa beliau pernah tinggal di Palu! Obrolan seputar tempat wisata di Palu dan sekitarnya pun mengalir. Ah, rasanya ingin sekali pandemi cepat berlalu jadi saya bisa jalan-jalan yang agak jauh lagi. Sudah lama berencana ke Donggala lagi, atau ke Poso, tapi karena Pandemi jadi tertunda. Paling jauh ke Sibedi di Sigi 😅 Selain ngobrolin tempat wisata di Palu dan sekitarnya, kami juga ngobrolin proses menjalankan tantangan 4 kemarin. Ternyata mbak Helena sama seperti saya yang berjalan bersama tim keluarga, bedanya mbak Helena melibatkan anak-anaknya sedangkan saya hanya dengan suami saja. Proses menentukan SMART Goals pun tidak terlalu sulit, diskusi yang terjadi di tim beliau berjalan lebih santai dan lebih mudah dari sebelumnya. Melihat SMART Goals dan milestone yang dibuat oleh mbak H...

Membangun Karakter di Hexagon City

Pekan ini saya kembali dibuat terkagum-kagum dengan Hexagon City. Konsep Character to Nation yang disampaikan founding mother membuat saya pribadi merinding. Bagaimana tidak? Beliau ingin kami memiliki karakter moral yang sama sebagai Hexagonia untuk membangun peradaban  Hexagon City. Karakter moral yang beliau maksud juga sama dengan karakter moral Ibu Profesional. Karakter moral sendiri diartikan sebagai kumpulan kualitas perilaku moral yang bisa menyatukan dan mendefinisikan secara budaya sebagai perbedaan dari warga lain. Kesamaan karakter moral akan menjadi identitas suatu kelompok. Di Hexagon City ada 3 komponen karakter moral yang harus kami miliki, yaitu:  Moral knowing, yaitu pengetahuan tentang moral. Ada 6 yang berlaku di Hexagon City. Moral feeling, yaitu perasaan tentang moral. Ada 6 yang harus mampu dirasakan oleh para Hexagonia. Moral action, yaitu bagaimana membuat pengetahuan moral dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata. Bisa dilihat dari 3 hal yaitu komp...

Ibu, Kuatlah! Demi Surga Anakmu!

Para pengikut yang setia mendampingi Abdullah bin Zubair makin sedikit, dan ia mengkhawatirkan keselamatan mereka. Tetapi mereka ini tidak mau meninggalkannya sendirian sebagaimana teman-temannya walau nyawa harus menjadi taruhannya. Abdullah bin Zubair menemui ibunya, Asma’ binti Abu Bakar, yang telah berusia hampir 100 tahun dan telah buta matanya. Dia datang untuk mendiskusikan masalah yang dihadapinya. Abdullah bin Zubair menceritakan kepada ibunya situasi yang sedang dihadapinya. Termasuk berbagai kemungkinan yang akan terjadi pada pasukan yang dipimpinnya. Jumlahnya memang sangat sedikit. Mendengar penuturan putranya tersebut, Asma’ jadi teringat dengan "ramalan" Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam saat melahirkannya. Inilah masa yang digambarkan oleh Rasulullah untuk putranya, dan ternyata ia ditakdirkan untuk menyaksikan kejadian tragis tersebut. Sebagai seorang ibu yang berhati tegar dan sangat teguh memegang kebenaran, Asma’ berkata, ...